Syirik merusak dasar-dasar beraqidah
1.
Pendahuluan
Suatu ilmu dasar di tentukan oleh kandungan ilmu tersebut, semakin
besar dan bermanfaat nilai semakin pentingnya untuk dipelajarinya, ilmu yang
paling penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT.
Salah satu komponen pokok ajaran islam adalah islam dan iman. Iman
sangatlah penting bagi umat islam dan harus di dalam setiap pribadi seorang
muslim. Agar tidak tercipta perbuatan-perbuatan yang merusak hati dan fikiran
kita seperti syirik sehingga didalam diri seseorang muslim harus terdapat
keimanan yang kuat, yang akan menuntunnya kejalan yang benar.
Syirik adalah menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah dalam
hal-hal yang merupakan kekuasaan Allah, seperti berdoa kepada selain Allah di
samping berdoa kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti
menyembelih (kurban), bernadzar, berdoa dan sebagainya kepada selain-Nya.
Karena itu, barang siapa menyembah selain Allah berarti ia
meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak
berhak, dan itu merupakan kedzaliman yang paling besar.
2.
Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana
penjelasan dari dasar-dasar aqidah?
b.
Bagaimanakah
kriteria orang syirik?
3.
Pembahasan
A.
Membentuk
dasar-dasar aqidah
Al-Qur’an
mengatakan bahwa kemusyrikan merupakan dosa yang paling besar yang dilakukan
oleh manusia karena dalam kemusyrikan itu terkandung penzaliman terhadap
hakekat, pemalsuan fakta, dan menurunkan manusia dari tingkat penguasa dunia,
seperti dikehendaki Allah Swt ke tingkat perbudakan dan ketundukan kepada
makhluk biasa, baik makhluk itu benda mati, perpohonan,hewan, manusia atau yang
lainnya.
1.
Pembahasan
Ayat Pertama beserta Pendekatan Tafsir.
Arinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain (syirik) itu, bagi siapa yang di kehendaki-Nya. Barang
siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.
(an nisa:48).
Penafsiran QS. An-nisa ayat 48
Ayat
ini dapat dipahami sebagai akibat dari printah yang lalu, yakni perintah yang
diturunkan Allah (Al-Quran) dan yang membenarkan kandungan kitab yang pernah
diturunkan kepada mereka (ayat 47), seakan-akan menyatakan bahwa kalu kamu
tidak beriman dengan apa yang diturunkan itu, kamu di nilai mempersekutukan
allah, dan sesungguhnya Allah tidak mengampuni yang mempersekutukannya.[1]
Dapat
juga di katakan bahwa orang-orang yahudi yang melakukan pelanggaran-
pelanggaran di atas berkeyakinan bahwa mereka adalah umat pilihan tuhan dan,
walaupun mereka berdosa, Allah pasti mengampuni mereka dan
pelanggaran-pelanggaran itu mengantar mereka mempersekutukan tuhan sebagaimana
dijelaskan oleh firmannya “mereka menjadikan orang-orang alimnya dan
rahib-rahibnya mereka sebagai tuhan selain Allah” (Q.S at-Taubah 31) maka,
dalam ayat ini mereka diperingatkan bahwa sesungguhnya Allah yang maha esa
tidak akan mungkin mengampuni siapapun, baik orang yahudi, nasrani, atau siapa
yang mempersekutukannya dengan sesuatu apapun tanpa taubat, atau jika
kemusryikannya berlanjut sampai ia mati. Ia tidak mengampuni mereka, apalagi
sejak semula telah diperintahnya pada ayat pertama kelompok ayat yang lalu,
agar menyembah allah dan tidak mempersekutukannya dengan sesuatupun (ayat 36).
Dan adapun selain syirik maka dia mengampuni segala dosa selain dari itu, baik
dosa besar maupun dosa kecil baik yang bersangkutan memohon ampun atau tidak,
tetapi itu semua bagi siapa yang dikehendakinya dan berdasarkan ketetapan dan
kebijaksanaannya.
Tidak
di ampuni nya dosa syiirik / mempersekutukan Allah karena itu pelanggaran utama
yang mengundang pelanggaran lainnya dan mengantar kepada kesesatan yang amat
jauh. Karena itu, barang siapa yang mempersekutukan Allah pada masa lalu, kini,
atau akan datang, maka sungguh ia telah berbuat kebohongan dengan sengaja terhadap
Allah, dan kebohongan itu merupakan dosa besar.
Firman-nya
:”sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan dia mengampuni
dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang di kehendakinya” menunjukkan
bahwa dosa syirik merupakan dosa yang terbesar karena bukti keEsaannya
sedemikian gamblang dan jelas terbentang dialam raya, bahkan diri manusia
sendiri. Allah SWT, telah menciptakan manusiadalam keadaan memiliki potensi
untuk mengenalnya dan memenuhi tuntutan-tuntutannya. Jika anda duduk termenung
seorang diri menghalau hiruk-pikuk
kehidupan duniawi, satu dorongan akan terasa dalam jiwa anda untuk
berhubungan satu totalis wujud yang tidak terbatas. Itulah dorongan fitrah
manusia untuk berhubungan Allah Swt.
Itulah fitrah yang teklah dinyatakan olehnya sebagai :
”
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”(Q S ar rum:30) itu juga yang diisyaratkan oleh rasul:”
setiap manusia diciptakan dalamkeadaan membawa fitrah kesucian (kepercayaan
kepada tuhan yang maha esa) tetapi kedua
orang tua (lingkungan)nya yang menjadikan dia yahudi, nasrani, atau
majusi “(HR. Bukhari).
Selanjutnya,
karena dosa ini berkaitan dengan Zat Allah serta substansi yang amat menentukan
dari akidah islam, bahwa hubungan manusia, bahkan makhluk dengan allah adalah
hubungan penghambaan diri secara tulus kepada Yang Maha Esa, yang berarti
adapenghambaan diri dengan mempersekutukan-Nya, sangat wajar bila allah tidak
mengampuni pelaku syirik karena tiada penghambaan diri kepada-Nya yang dapat lahir
dengan mempersekutukan-nya. Bukan Allah berfirman, “Aku tidak menciptakan
jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-ku” (QS. Adz- Dzariyat {51}:
56), dan juga berfirman ,
“mereka
menjadi orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain allah,
dan(Jika mereka mempertuhankan) Al Masih putra maryam: padahal mereka hanya di
suruhmenyembah Tuhan Yang Maha Esa,
tidaTuhan (yang berhak disembah)selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka
persekutuan”QS At Taubah
{9}:31)
Mempersekutukan
Allah adalah pengkhianatan terbesar di bidang akidah. Dalam undang-undang yang
dikenal manusia pun ada pelanggaran yang tidak dapat dimaafkan. Makar untuk
merebut kekuasaan atau mengubah dasar negara, pelakunya dinilai berkhianat
kepada negara, tidak diampuni, dan bahkan dijatuhi hukuman mati. Adapun
pelanggaran yang tidak sampai kepada makar, hukumnya lebih ringan, bahkan boleh
jadi dimaafkan karena jasa- jasa yang pernah di lakukan oleh yang bersangkutan
atau atas pertimbangan kemanusiaan dan sebagainya. Dengan ketetapan tidak
mengampuni dosa syirik, Allah Swt. Menggariskan bagi setiap makhluk untuk
mengakui-Nya sebagai penguasa tunggal, tiada sekutu baginya, dan bila itu telah
di laksanakan maka yang bersangkutan telah masuk ke dalam koridor keamanan dan
sudah terpelihara jiwa, raga, harta, dan kehormatannya berdasarkan ketetapan-
ketetapan yang berlaku.
Adapun
pengakuan Allah terhadap dosa-dosaselain syirik, ini terjadi dengan berbagai
jalan, bisa jadi dengan syafaat para nabi, malaikat, atau amal-amal kebajikan
seseorang atau bahkan semata-mata karena sifatnya yang Maha Pengampun. Sebelum
manusia meminta maaf, Allah telah memaafkan banyak hal. Bukan hanya Rasul saw ,
yang dimaafkan sebelum beliau meminta
maaf (baca QS at taubah [9]:43), tetapi orang-orang durhaka pun. Dengarkanlah
firman Yang Maha Pemaaf itu:
“
Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu
terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak
bersyukur, atau kapal-kapal itu dibinsakan-Nya karena perbuatan mereka atau Dia
memberi maaf sebagian besar (dari mereka)” (QS. Asy syura [42] :34)
Sesungguhnya
orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari dua pasukan itu bertemu, hanya
saja mereka digelincirkan oleh setan disebabkan sebagian kesalaha yang telah
mereka perbuat (di masa lampau), dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun (QS. Ali Imran [3]:155)
Firman-Nya:”
Dia mengampuni yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” merupakan syarat sekaligus peringatan bagi setiap pelanggar untuk
tidak mengandalkan sifat pengampunan Allah atau berdalih dengannya untuk
melakukan pelanggaran. Memang, seandainya semua pelanggaran syirik
diampuni-Nya, tidak ada lagi arti perintah dan larangan-Nya, batal juga
ketetapan agamanya, serta tidak berguna pendidikan Illahi yang menuntun manusia
ke jalan kebaikan.
Dalam
QS. An Nisa [4]: 116, ayat yang serupa dengan ayat 48 ini dikemukakan lagi.
Disana, Allah berfirman “ sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan- Nya dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi
siapa yang di kehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan
Allah,maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” Ayat ini di
kemukakan dalam konteks siksa ukhrawi,
sedang ayat 48 diatas dikemukakan dalam konteks ancaman siksa duniawi. Demikian
Thabathaba’i dalam tafsirnya.
Karena
kemusyrikan adalah sarang kebatilan dan khurafat maka alqur’an mengajak untuk
menyembah Allah Swt semata, dan mendeklarasikannya sebagai prinsip utama
bersama risalah para nabi seluruhnya. Seluruh nabi mengajak kepada kaumnya
untuk menyembah Allah.
Al-Qur’an
membuka jalan yang menghubungkan antara Allah Swt dengan hamba-hambanya. Tidak
ada tempat “perantara”, yang memonopoli hubungan antara Allah Swt dan
hamba-Nya, dan yang mmemberikan kesan kepada manusia bahwa mereka tidak mungkin
sampai kepada allah Swt kecuali melalui perantaraan mereka. Padahal, pintu
Allah Swt terbuka bagi seluruh orang yang menginginkan-Nya, dan tangan-Nya
terbuka lebar memberikan nikmat bagi orang yang berdo’a kepada-Nya.
2.
Pembahasan
Ayat Kedua beserta Pendekatan Tafsir.
“Dan,
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah)
bahwasannya Aku adlah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohonkepada-Ku, maka hendaklah mereka ia memenuhi ( segala
perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada
dalam kebenaran,” (al Baqarah:186)[2]
“Aku
adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku. “ Betapa lembut, halus, sayang, ramah, dan akrabnya kalimat ini. Di
manakah letak kesulitan berpuasa dan beratnya tugas ini di bawah bayang-bayang
kasih sayang, kedekatan, keramahan, dan keakraban ini?
Setiap
kata yang di ungkapkan dalam ayat ini bernuansakah kasih sayang itu,
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku maka (jawablah) bahwasannya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku.”
Dinisbatkan
hamba-hamba ini kepada-Nya dan dijawabnya secara langsung pertanyaan mereka
itu, tanpa mengatakan, “Maka katakanlah kepada mereka,’ aku adalah dekat.’ “
Tetapi ia sendiri langsung menjawab pertanyaan hamba-hamba-Nya ini,” ‘aku
adalah dekat”, dan ia tidak mengatakan ,” Aku mendengar doa itu” Dan, ia
bersegera mengabulkan doa itu,” aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku.”
Sungguh ini
merupakan ayat mengagumkan. Ayat yang meneteskan embun yang manis kedalam hati
orang yang beriman. Ia juga meneteskan cinta kasih sayang, kerelaan dan
ketenangan, serta kepercayaan dan keyakinan. Dengan demikian, si mukmin hidup
dalam sisi kerelaan, dalam kedekatan yang penuh kasih sayang, dalamkelezatan
yang penuh keamanan, dan dalam tempat yang kokoh kuat.
Di bawah
naungan keramahan yang penuh kecintaan, di bawah kedekatan yang penuh kasih
sayang, dan di bawah pengabulan doa yang mengesankan ini, Allah mengarahkan
hamba-hamba-Nya agar memenuhi segalanya perintah-Nya dan beriman kepada-Nya.
Sehingga mereka selalu terbimbing ke jalan yang lurus, kepada petunjuk dan
kesalehan.
“Maka,
hendaklah mereka itu memenuhi ( segala perintah) Ku dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenran.”
Buah akhir dari
pemenuhan perintah dan keimanan bagi mereka adalah keberadaan dalam kebenaran,
petunjuk, dan kesalehan. Sedangkan, Allah sendiri Mahakaya, tidak memerlukan alam
dan makhluk ini sedikit pun.
Sikap yang
benar dan lurus yang di timbulkan oleh iman dan kepatuhan kepada Allah inilah
kelurusan yang sebenarnya. Dan, jalan hidup Illahi yang di pilih Allah untuk
manusia ini adalah satu-satunya jalan hidup yang lurus dan benar. Sedangkan,
selainnya adalah kejahiliahan dan kebodohan yang tidak di sukai oleh orang yang
berpikiran lurus, dan tidak akan membawa kepada kebenaran. Dan, pengabulan doa
dari Allah kepada hamba-hamba-Nya ini sangat di harapkan akan terwujud apabila
mereka memenuhi perintah-Nya dan berjalan di atas jalan hidup yang benar. Dan,
memang mereka harus berdoa memohon kepadanya dan jangan tergesa-gesa karena
Allah itu mampu mengabulkannya pada waktunya sesuai dengan ketentuan-Nya yang
bijaksana.
4.
Refleksi
Mempersekutukan Allah adalah pengkhianatan terbesar di bidang
akida. Tidak diampuninya, dosa syirik
/mempersekutukan Allah karena itu adalah pelanggaran utama yang mengundang
pelanggaran lainnya dan mengantar kepada kesesatan yang amat jauh.[3]
Macam-macam syirik ada dua:
a.
Syirik
besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah atau mendekatkan diri dengan penyembelihan
qurban ataubernadzar kepada selan Allah.
b.
Syirik
kecil ada dua macam:
1`. Syirik
dhohir ( nyata) dalam bentuk ucapan atau perbuatan.
2. Syirik khafi (tersembunyi) dalam hal
keinginan dan niat seperti riya’.
5.
Kesimpulan
Al quran mengatakan bahwa kemusyrikan merupakan dosa yang paling
besar yang dilakukan oleh manusia karena
dalam kemusryikan itu terkandung penzaliman terhadap hakikat, pemalsuan fakta,
dan menurunkan manusia dari tingkat penguasa dunia, seperti dikehendaki Allah
Swt ke tingkat perbudakan dan ketundukan kepada makhluk biasa. Karena musyrik
adalah sarang kebatilan dan khurafat maka Al quran mengajak untuk menyembah
Allah Swt semata, danmendeklarasikan sebagai prinsip utama bersama risalah para
nabi seluruhnya. Seluruh nabi mengajak kepada kaumnya untuk menyembah Allah.
Dengan demikian orang
musyrik disamping menyembah Allah mengabdikan kepada Allah, juga mengabdikan
kepada yang selain Allah. Jadi orang musyrik itu ialah mereka yang
mempersekutukan Allah baik dalam I’tikad (kepercayaan), ucapanmaupun dalam
bentuk amal perbuatan. Mereka (orang musyrik) menjadilan makhluk yang
diciptakan Allah ini baik yang berupa benda maupun manusia sebagai Tuhan
danmenjadikan sebagai alihah, andad, thoghut, dan arbab.
a.
Alihah
ialah suatu kepercayaan terhadap benda dan binatang yang menurut keyakinannya
dapat memberikan manfaat serta dapat menolak bahaya. Misal, kita memakai cicin
merah delima,dan kita yakin bahwa memakainya dapat menghindarkan bahaya.
b.
Andad,
sesuatu perkara yang dicintai dan dihormati melebihi daripada mencintainya
kepada Allah, sehingga dapat memalingkan seseorang dari melaksanakan ketaatan
terhadap Allah dan Rasulnya. Misalnya saja seorang yang senang mencintai kepada
benda, keluarga,rumahdan sebagainya, dimana cintanya melebihi cinta terhadap
Allah dan Rasulnya, sehingga mereka melalaikan dalam melaksanakan kewajiban
agama, karena terlalucintanya terhadap benda tersebut (makhluk tersebut).
c.
Thoghut
ialah orang yang ditakuti dan ditaati seperti takut kepada Allah, bahkan
melebihi rasa takut dan taatnya kepada Allah, walaupun keinginan dan
perintahnya itu harus berbuat durhaka kepadanya.
d.
Arbab
ialah para pemuka agama (ulama’atau ustadh) yang suka memberikan fatwa, nasihat
yang menyalahi ketentuan (perintah dan larangan) Allah dan Rasulnya, kemudian
di ikuti oleh para pengikutnya tanpa diteliti dulu seperti mentaati terhadap
Allah dan Rasulnya.
Bentuk musyrik
ini menyesatkan terhadap perilaku manusia. Dan dengan memiliki aqidah seperti
itu dapat menghilangkan keimanan.
6.
Daftar
Pustaka
Sayyid
Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 2000
Yusuf
Qordawi, Berintraksi dengan Al-Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 1999
Ibrahim
Muhammad Bin Abdullah Al Bukhari, Pengantar Study Aqidah Akhlak,
Jakarta: Robbani Press, 1998
[1] Yusuf
Qordawi, Berintraksi
dengan Al-Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 1999, hlm.109-111
[2]Sayyid
Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, hlm. 309-310
[3] Ibrahim
Muhammad Bin Abdullah Al Bukhari, Pengantar Study Aqidah Akhlak,
Jakarta: Robbani Press, 1998, hlm. 277