Thursday, March 24, 2016

makalah aliran-aliran dalam tasawuf


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan suatu pengetahuan pada diri kita yang mana bisa membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan jelas. Sedangkan secara lughowi adalah mensucikan. Tujuan dari mempelajari tasawuf adalah mendekatkan diri pada allah.Tasawuf muncul pada masa Tabi’in, sedangkan pada nabi dan sahabat tasawuf tidak ada (tapi dikenal dengan naamaa zuhud). Kemunculan tasawuf pada abab ke II. Kemudian pada abad ke III dan IV, muncullah aliran-aliran dalam tasawuf.  Aliran-aliran itu meliputi aliran  tasawuf Falsafi, tasawuf amali, dan tasawuf akhlaki.
Pada masa tasawuf sunni ajarannya berpedoman pada al-qur’an dan al-Hadits. Pada masa tasawuf falsafi aadalah tasawuf yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran. Tasawuf  yang diartikan dengan kehendak memperbaiki budi dan membersihkan batin adalah tasawuf amali.

B.  Rumusan Masalah
1.      Macam-macam dan Tokoh-tokoh aliran Tasawuf?
2.      Perkembangan Aliran Tasawuf?












BAB II
PEMBAHASAN
A.  Macam-macam dan Tokoh aliran tasawuf
Disini ada beberapa aliran dan tokoh tasawuf diantaranya :
1.    Aliran tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah aliran yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistik (ghaib) dan visi rasional (akal). Terminology filosofis yang berasal dari macam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya, namun orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang. Walaupun demikian tasawuf filosofis tidak bisa dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa dan tidak pula bisa dikatagorikan pada tasawuf (yang murni) karena sering diungkapkan dengan bahasa filsafat.[1]
Selain itu tasawuf falsafi memiliki pengertian sebagai berikut tasawuf yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran. Tasawuf model ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pikiran dari para filsof,baik menyangkut tentang tuhan, manusia, dan sebaginya.
Tokoh aliran tasawuf Falsafi
a.      Ibn Khaldun
Dalam muqaddimahnya  menyimpulkan, bahwa tasawuf falsafi mempunyai empat obyek utama dan menurut Abu al-wafa bisa dijadikan karakter sufi falsafi yaitu:
a)      Latihan rohaniah dengan rasa, instuisi serta intropeksi yang timbul darinya.
b)      Hakikat yang tersingkap dari alam ghaib
c)      Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun ksmos berpengaruh terhadap berbagai bentuk kerahmatan.
d)     Penciptaan umgkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syathahiyat)[2].

b.      Al jilli
Ajaran tasawuf al jilli yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia sempurna) menurut al-Jilli insane kamiul adalah nuskhah atau copy tuhan, seperti yang disebutkan dalam hadits yang artinya: “Allah menciptakan adam dalam bentuk yang maharman” Hadits lain Artinya: “Allah menciptakaan adam dalam bentuk dirinya”
c.       Al-Hallaj
Menurut al-Hallaj bahwa dalam diri manusia terdapat luhut (unsure ketuhanan dan nuhut ( unsure kemanusiaan. Jika manusia berusaha mensucikan hati sesuci-sucinya maka akan terjadi luhut manusia naik keatas dan nusut Tuhan turun kebawah sehingga terjadi  terjadi apa yang dimaksud ittihad (bersatunya nasut tuhan dengan lahut manusia dalam diri manusia).
Al-Hallaj menggunakan paham hulul . hulul merupakan salah satu konsep  didalam tasawuf falsafiyang menyakini terjadnya kesatuan antara Khaliq dengan makhluk. Kata hulul diimplikasikan kepada bersemnyngnya sifat-sifat ke-tuhanan kedalam diri manusia atau maasuk dalam suatu dzat kedalam dzat yang lainnya. Hulul adalah doktrin yang sangat menyimpang  denan Tuhan.
d.      Ibn ‘Arbi         
Ajaran pertama dari  Ibn ‘Arabi adalah wahdatul wujud (kesatuan wujud). Isi dari wahdatul wujud yakni “ wujud semua yang ada hanya satu dan wujud makhluk pada hakekatnya adalah wujud khaliq. Tidak ada perbedaan dari segi hakekat, kalaupun ada perbedaan hal itu dilihat dari sudut pandang panca indra lahir dan akal yang terbatas kemampuannya dalam menangkap hakekatnya apa yang ada pada zat-nya dari kesatuan dzatiyah yang segala sesuatunya terhimpun padanya.
e.       Ibn Sab’in
Ibn Sab’in terkenal dengan fahaamnya yaitu kesatuan mutlak yang menempatkan ketuhanan pada tempat pertama. Sebab  wujud allah menurutnya adalah asal segala yang ada. Sementaraa wujud materi yang tampak justru dia rujukan pada wujud mutlak. Pmikiran ini dirujuk dengan dalil a-qur’an  yang diimplitasikan secara khusus dan terkadang ia memperkuatnya dengan hadits nabiSAW.

2.    Aliran Tasawuf Amali
Tasawuf amali adalah aliran tasawuf ini lebih  menekankan pembinaan moral dalam upaya mendekatan diri kepada tuhan untuk mencapai hubungan yang dekat dengan tuhan, seseorang harus mentaati dan melaksanakan sya’riat atau ketentuan agama.
Tasawuf amali berkonotasikan tarekat. Tarekat disini dibedakan antara kemampuan sufi yang satu dari pada yang lain, ada orang yang dianggap mampu dan tahu cara mendekatkan diri kepada allah, orang yang memerlukan bantuan orang lain dianggap memiliki otoritas dalam masalah itu. Dalam tasawuf amali yang berkonotasikan tarekat ini mempunyai aturan, prinsip dan sistem khusus. Menurut J.Spencer Trimingham, tarekat adalah suatu metode praktis untuk menuntun seorang sufi secara berencana dengan jalan pikiran, perasaan, dan tindakan, terkendali terus-menerus kepada suatu rangkaian maqam untuk dapat  merasakan  hakekat sebenarnya.[3]
Tokoh Aliran Tasawuf Amali
Syech Abdul Qadir Al jailani( 470H/1077M-561H/1166M), dia adalah orang pertama yang mendirikan madrasah ini dalam bentuk tariqah. Kemudian diikuti oleh Imam Ahmad Al-Rifa’i(w.578H/1106M), Imam Abu Hasab Al-Shadhili, dan imam Baha’ al-Din Muhammad al-Naqshabandi (717-791M).

3.    Aliran tasawuf sunni(tasawuf Akhlaki)
Tasawuf akhlaki adalah membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku.tasawuf akhlaki gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu akhlak, akhlak hubungnnya sangat erat  dengan tingkah laku dan perbuatan manusia sdalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya.
Tasawuf akhlaki biasa disebut dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf model ini berusaha untuk mewujudkan akhlak mulia dalam diri si sufi, sekaligus menghindarkan diri dari akhlak mazmumah (tercela).Dan tasawuf sunni juga memiliki pengertian yaitu bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan al-Qur’an dan al-hadits secara ketat, serta mengaitkan ahwal(keadaan) dan Maqomat )tngkatan rohaniah) mereka kepada kedua sumber tersebut.Dalam ilmu tasawuf dikenal dengan sebutan takhali(pengosongan diri dari sifat-sifat  tercela), tahali(menghiasi diri dengan sifat-siat terpuji), dan tajalli (terungkapnya nur Ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga mampu melihat cahaya ketuhanan)[4].
Tokoh Aliran tasawuf Sunni( tasawuf akhlaki) :            
a.      Al-Qusyairi
Al-Qusyairi adalah seorang tokoh sufi ulama abad V Hijriyah. Kedudukannya demikian penting karyanya banyak dipakai sebagai rujukan paa sufi, seperti: al-Risalah al-Qusyairiyah, isinya lengkap , baik secara teoristis maupun praktis. Dia dikenal sebagai pembela teologi Alh Sunnah Wal Jamaah, yangmampu mengkompromiksn syari’ah dan hakikat. Dia berusaha mengembalikan tasawuf pada landasannya, al-Qur’an dan al-Sunnah.
Dia mengkritik tentang syathahiyat yang dikatakan oleh sufi semi falsafi, dan cara berpakaian mereka yang menyerupai orang miskin. Sementara pada saat yang sama tindakan mereka bertentangan dengan pakaiannya. Dia menekankan bahwa kesehatan bbatin, dengan berpegang teguh kepada al_qur’an dan sunnah, lebih penting dari pakaian lahiriah.
Dalam karyanya Ar Risalah Al Qusyairiyyah, Al Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf keatas landasan doktrin ahlussunnah. Dalam ungkapannya al-Qusayiri menolak par sufi syathahi, yang mengesankan terjadinya perpaduan antara sifay-sifat ketuhanan, khususnya sifat terdahuluNya, dan sifat-sifat kemanusiaan, khususnya sifat-sifat baharunya.
Selain itu dia mengecam keras para sufi yang gemar mempergunakan pakian orang miskin, sedangkan tindakan mereka bertentangan dengan tindakan mereka. Dalam konteks berbeda  Al-Qusyairi mengemukakan suatu penyiumpangan lain dari para sufi, dengan ungkapan pedas. “Kebanyakan para sufi yang menempuh jalan kebenaran dari kelompok tersebut telah tiada. Tidak ada bekas mereka yang tinggal dari kelompok tersebut kecuali bekas-bekas mereka”. Dalam hal ini jelaslah baha al-Qusyairi adalah pembuka jalan bagi kedatangan Al Ghozalin yang berafilias pada aliran yang sama yaitu al Asy’riyyah, yang nantinya merujuk pada gagasan al-Qusyairi.
b.      AL-Harawi
Al-Harawi menganggap bahwa orang yang suka mengeluarkan syathahat itu muncul dari ketidak tenangan. Sebab apabila ketenangan itu terpaku dalam qalbu mereka, akan membuat seseorang terhindar dari keganjilan ucapan ataupun segala penyebabnya.
c.       Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah pembela tasawuf sunni yang menduduki peringkat setingkat lebih tinggi dari pada kedua sufi yang telah disebutkan dimuka. Pilihan al-Ghazali jatuh kepada taswuf sunniyang berdasarkaan doktrin Ahl al- sunnah wa Al-Jamaah, corak tasawufnya adalah psikomoral, yang mengutamakan pendidikan moral. Hal ini dapat dilihat dalam karya-karyanya seperti Ihya Ulumuddin, Bidayan Al Hidayah, dan sebagainya.
Al Ghozali menilai negatif kepada syathhiyat, karena dianggapnya mempunyai dua kelemahan: pertama, kurang memperhatikan amal lahiriah,hanya mengungkapkan kata-kata yang sulit dipahami. Kedua, keganjilan ungkapan yang tidak dipahami maknanya,diucapkan dengan hasil pemikiran yang kacau(hasil pemikiran sendiri).
Al Ghozali juga menolak teori kesatuan dia menyodorkan teori baru tentang ma’rifat dalam batas pendekatan diri pada allah tanpa diikuti penyatuan denganNYA. Jalan menuju  ma’rifat adalah paduan antara ilmu dan amal.
d.      Hasan Al Basri
Hasan al Basri adalah seorang yang masyur dikalangan tabi’in . ajaran-ajaran tentang kerohanian didasarkan pada Sunnah Nabi. Para sahabat Nabi mengakui kebesaran Hasan Al Basri, karir pendidikan Hasan al Basri dimulai di Hijaz, kemudian ia pindah ke Basrah dan memperoleh puncak keilmuannya disana.
Ajaran tasawufnya yaitu: pertama, perasaan takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik dari pada rasa tentram menimbulkan rasa takut. Kedua, tafakur membawa kitaa pada kebaikan dan selalu berusaha untuk mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita bermaksud untuk tidak mengulanginya lagi. Ketiga dunia adalah negeri tempat beramal.
B.  Perkembangan Aliran-aliran Tasawuf
1.      Perkembangan Tasawuf Falsafi
Pada abad VI Hijriyah, tampillah tasawuf falsafi, yaitu tasawuf yang bercampur dengan ajaran filsafat, kompromi dalam pemakaian term-term[5] filsafat yang maknanya di sesuaikan dengan tasawuf. Oleh karena itu tasawuf yang berbau filsafat ini tidak bisa di katakana sepenuhnya tasawuf, dan juga tidak bisa dikatakan sebagai filsafat. Karena itu sebut saja tasawuf falsafi, karena di satu pihak memakai term-term filsafat, namun secara eoistimologi memakai dzauq/intuisi/wujdan (rasa).
Pada abad VI dan dilanjutkan VII Hijriyyah, muncul cikal bakal orde-orde (thariqah) sufi keamanan. Hingga dewasa ini,  pondok-pondok merupakan oasis-oasis ditengah-tengah gurun pasir kehidpan duniawi.[6]
2.      Perkembangan Tasawuf Sunni(akhlaki)
Pada abad III dan IV Hijriyah, terdapat dua aliran. Pertama, aliran tasawuf sunni yaitu bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan al-Qur’an dan al-Hadits secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqomat (tingkatan ruhaniyah) mereka terhadap dua sumber tersebut. Tasawuf sunni memenangkan pertarungan, dan berkembang sedemikian rupa, sedangkan tasawuf semi falsafi tenggelam dan akan muncul lagi pada abad VI Hijriyah dalam bentuknya yang lain. Kemenangan tasawuf sunni ini dikarenakan menangnya aliran teologi[7] Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah yang di pelopori oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari (w 324 H), yang mengadakan kritik pedas terhadap teori Yazid al-Bushthamy dan al-hallaj[8], sebagaimana tertuang dalam syathahiyatnya yang nampak bertentangan dengan kaidah dan akidah islam. Oleh karena itu tasawuf pada abad ini cenderung mengadakan pembaharuan yang merupakan konsolidasi, yakni periode yang di tandai pemantapan dan pengembalian tasawuf ke landasannya, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Tokoh-tokohnya ialah al-Qusyairi, al-Harawi, dan al-Ghazali.
3.      Perkembangan aliran asawuf amali
Perkembangan tasawuf selanjutnya adalah masuk pada periode generasi setelah sahabat yakni pada masa kehidupan para “Tabi’in (sekitar abad ke-1 dan abad ke-2 Hijriyah), pada periode ini munculah kelompok(gerakan) tasawuf yang memisahkan diri terhadap konflik-konflik politik yang di lancarkan oleh dinasti bani Umayyah yang sedang berkuasa guna menumpas lawan-lawan politiknya. Gerakan tasawuf tersebut diberi nama “Tawwabun” (kaum Tawwabin), yaitu mereka yang membersihkan diri dari apa yang pernah mereka lakukan dan yang telah mereka dukung atas kasus terbunuhnya Imam Husain bin Ali di Karbala oleh pasukan Muawiyyah, dan mereka bertaubat dengan cara mengisi kehidupan sepenuhnya dengan beribadah. Gerakan kaum Tawwabin ini dipimpin oleh Mukhtar bin Ubaid as-Saqafi yang akhir kehidupannya terbunuh di Kuffah pada tahun 68 H.[9]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.      Tasawuf Falsafi adalah aliran yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistik (ghaib) dan visi rasional (akal). Tokohnya: Ibn Khaldun, Al-Jilli, Al-Hallaj, Ibn ‘Arabi, Ibn Sab’in. Tasawuf ini muncul padaa abad VI.
2.      Tasawuf amali adalah aliran tasawuf ini lebih  menekankan pembinaan moral dalam upaya mendekatan diri kepada tuhan untuk mencapai hubungan yang dekat dengan tuhan, seseorang harus mentaati dan melaksanakan sya’riat atau ketentuan agama. Tokohnya: Syech Abdul Qadir Al jailaniH Ahmad Al-Rifa’iImam Abu Hasab Al-Shadhili, dan imam Baha’ al-Din Muhammad al-Naqshabandi. Tasawuf ini muncul pada abad I dan II.
3.      Tasawuf akhlaki adalah membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku.tasawuf akhlaki gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu akhlak, akhlak hubungnnya sangat erat  dengan tingkah laku dan perbuatan manusia sdalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya. Tokohnya: AL-Qusyairi,al-Hawari, Al-Ghozali, dan Hasan al basri. Tasawuf ini muncul pada abad IIIdan IV.












DAFTAR PUSTAKA

Abu al  Wafa al Ganimi at Taftazani, Madikhal ilat Tashawwuf al Islami,Kairo:Daruts Tsaqofah, 1979.
Abu Yazid al-Busthami dengan teori fana’nya, dan al-hallaj dengan teori al-hululnya.
          Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2012.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia téologi berarti: pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kpd Allah dan agama, terutama berdasarkan pd kitab suci)
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam  Jakarta.PT.Ichtiar Baru Van J, 1993.
IAIN Sumatera,Pengantar Ilmu Tasawuf, 1982.
J.Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam, Now York:Oxford University,1971.
M.Amin Syukur, Menggugat Tasawuf,Pustaka pelajar,Yogyakarta,1999.
Term dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti: istilah; kata




[1]Abu al  Wafa al Ganimi at Taftazani, Madikhal ilat Tashawwuf al Islami,(Kairo:Daruts Tsaqofah, 1979), hlm. 187-188
[2] Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2012.hal 71
[3] J.Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam, (Now York:Oxford University),1971,hal.4.
[4] IAIN Sumatera,Pengantar Ilmu Tasawuf, 1982, hal.94
[5] Term dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti: istilah; kata
[6] M.Amin Syukur, Menggugat Tasawuf,Pustaka pelajar,Yogyakarta,1999, hlm. 36-40
[7]Dalam kamus besar bahasa Indonesia téologi berarti: pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kpd Allah dan agama, terutama berdasarkan pd kitab suci)
[8]Abu Yazid al-Busthami dengan teori fana’nya, dan al-hallaj dengan teori al-hululnya.
[9] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam  (Jakarta.PT.Ichtiar Baru Van J, 1993), hal80

No comments:

Post a Comment