BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kepribadian (personality)merupakan
salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau
temuan-temuan ( hasil praktek penanganan kasus)para ahli.Objek kajian
kepribadian adalah “human behavior”perilaku manusia,yang pembahasannya
terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut.[1]
Perkembangan kepribadian individu
dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah faktor hereditas dan
lingkungan. Di dalam makalah ini akan di bahas mengenai faktor-faktor tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian kepribadian ?
2.
Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Kepribadian
Kepribadian
adalah dinamika organisasi psikofisik fungsional manusia yang menjelma dalam
pola-pola tingkah laku spesifik dalam menghadapi medan hidupnya.Jadi
manifestasi kepribadian adalah seluruh tingkah laku masusia itu sendiri.Setiap
orang (individu) mempunyi keunikan fungsional sistem organisasi psikofisisnya
dalam lingkungan hidup, dalam arti berinteraksi dengan dan dalam lingkungannya,
maka tiap individu mempunyai kepribadian sendiri-sendiri dalam menyesuaikan
diri, mengatasi, mengubah, ataupun menyerah dalam lingkungan tadi.[2]
Faktor-faktor
pendukung terbentuknya kepribadian dan watak ialah unsur-unsur badan dan jiwa
manusia dan lingkungan,yang kedua ini bisa di sebut sebagai faktor endogen dan
eksogen. Faktor endogen dan eksogen menjadi
determinan kepribadian manusia, karena pertumbuhan dan perkembangan
manusia, berarti perkembangan kepribadian dan wataknya ditentukan dan
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan kedua fakor tersebut.[3]
2. Faktor yang
Mempengaruhi Kepribadian
1.Faktor Endogen atau Genetika
(Pembawaan)
Adalah
faktor-faktor yang dibawa (dimiliki)anak semenjak dilahirkan,implisit
sifat-sifat keturunan,sifat-sifat pembawaan, dan bakat. Sifat-sifat heredity
yaitu segala sifat yang didapat anak ( keturunan dari ayah dan ibu,orang tua biologis)
pada saat anak diciptakan atau dilahirkan. Sifat-sifat ini diperoleh dari
perpaduan kromosom-kromosom spermatozoon dan ovum di mana pada kromosom itu
terdapat ribuan gen, faktor sifat keturunan biologis.[4]
Berikut
teori-teori mengenai faktor endogen:
1.pandangan
nativisme (arthur schopenhauer-jerman).
“bahwa
faktor-faktor endogenlah yang dominan dalam proses perkembangan kepribadian
manusia.”
2.pandangan
empirisme atau teori tabula rasa ( john locke-inggris)
“bahwa
bayi lahir itu keadaan jiwanya masih kosong,bagi kertas putih bersih yang akan
terisi tulisan atau goresan apapun tergantung penulisnya.
3.pandangan
konvergensi (william stern-jerman)
“bahwa
perkembangan anak itu berarti juga
perkembangan kepribadian dan wataknya sebagai hasil perpaduan dan resultan
antara kekuatan dari dalam (faktor endogen) dan dari luar ( faktor eksogen).
Pada masa
konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom dari ibu,
dan 23 kromosom dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen
yang mengandung sifat fisik dan psikis individu atau yang menentukan
potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu
menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut.
Pengaruh gen
terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi
gen secara tidak secara langsung adalah (1) kualitas sistem syaraf, (2)
keseimbangan biokoimia tubuh, dan (3) struktur tubuh.
Lebih lanjut
dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan
kepribadian adalah (1) sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik,
intelegensi, dan temperamen (2) membatasi perkembangan kepribadian dan
mempengaruhi keunikan kepribadian.
Dalam kaitan
ini Cattel dkk., mengemukakan bahwa “kemampuan belajar dan penyesuaian diri
individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme individu itu
sendiri”. Misalnya kapasitas fisik (perawakan, energi, kekuatan, dan kemenarikannya),
dan kapasitas intelektual (cerdas, normal, atau terbelakang). Meskipun begitu
batas-batas perkembangan kepribadian, bagaimanapun lebih besar dipengaruhi oleh
faktor lingkungan.
Contohnya:
seorang anak laki-laki yang tubuhnya kurus, mungkin akan mengembangkan “self concept” yang tidak nyaman, jika dia berkembang dalam
kehidupan sosial yang sangat menghargai nilai-nilai keberhasilan atletik, dan
merendahkan keberhasilan dalam bidang lain yang diperolehnya. Sama halnya
dengan wanita yang wajahnya kurang, dia akan merasa rendah diri apabila berada
dalam lingkungan yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya.
Ilustrasi
diatas menunjukkan, bahwa hereditas sangat mempengaruhi “konsep diri” individu
sebagai dasar sebagai individualitasnya, sehingga tidak ada orang yang
mempunyai pola-pola kepribadian yang sama, meskipun kembar identik.
Menurut C.S.
Hall, dimensi-dimensi temperamen : emosionalitas, aktivitas, agresivitas, dan
reaktivitas bersumber dari plasma benih (gen) demikian halnya dengan
intelegensi.
Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh hereditas terhadap kepribadian, telah banyak para
ahli yang melakukan penelitian dengan menggunakan metode-metode tertentu. Dalam
kaitan ini, Pervin (1970) mengemukakan penelitian-penelitian tersebut.
a. Metode
Sejarah (Riwayat) Keluarga
Galton (1870) telah mencoba meneliti kegeniusan
yang dikaitkan dengan sejarah keluarga. Temuan penelitiannya manunjukkan bahwa
kegeniusan itu berkaitan erat dengan keluarga. Temuan ini bukti yang mendukung
teori hereditas tentang kegeniusan individu.
b. Metode
Selektivitas Keturunan
Tryon (1940) menggunakan pendekatan ini dengan
memilih tikus-tikus yang pintar, cerdas “bright”,
dengan yang bodoh “dull”. Ketika
tikus-tikus dari kedua kelompok tersebut dikawinkan, ternyata keturunannya
mempunyai tingkat kecerdasan yang berdistribusi normal.
c.
Penelitian terhadap Anak Kembar
Newman,
Freeman, dan Halzinger (1937) telah meneliti kontribusi hereditas yang sama
terhadap tinggi dan berat badan, kecerdasan dan kepribadian. Mereka menempatkan
19 pasangan kembar identik dalam pemeliharaan yang terpisah, 50 pasangan kembar
identik dalam pemeliharaan yang sama, dan 50 pasangan kembar “fraternal” dalam pemeliharaan yang sama
juga.
Hasilnya
menunjukkan bahwa kembar identik yang dipelihara terpisah memiliki kesamaan
satu sama lainnya dalam tinggi dan berat badan, serta kecerdasannya. Demikian
juga kembar identik yang dipelihara bersama-sama, ternyata lebih mempunyai
kesamaan dari pada kembar “faternal”
d. Keragaman
Konstitusi (Postur) Tubuh
Hippocrates
menyakini bahwa temperamen manusia dapat dijelaskan bardasarkan cairan-cairan
tubuhnya. Kretsvhmer telah mengklasifikasikan postur tubuh individu pada tiga
tipe utama, dan satu tipe campuran. Pengklasifikasian ini didasarkan pada
penelitiannya terhadap 260 orang yang dirawatnya. Berikut ini adalah tipe pengklasifian
tubuh menurut Kretschmer.
1) Tipe Piknis (Stenis): pendek, gemuk, perut
besar, dada dan bahunya bulat.
2) Tipe Asthenis (Leptoshom): tinggi dan
ramping, perut kecil, dan bahu sempit.
3) Tipe Atletis: postur tubuhnya harmonis (tegap,
bahu lebar, perut kuat, otot kuat).
4) Tipe Displastis: tipe penyimpangan dari tiga
bentuk di atas.
Tipe-tipe ini berkaitan dengan: (1) gangguan
mental, seperti tipe piknis berhubungan dengan manik depresif, dan asthenis.
(2) karaktritis individu yang normal, seperti tipe piknis mempunyai sifat-sifat
bersahabat dan tenang, sedangkan asthenis bersifat serius, tenang dan senang
menyendiri.[5]
2 .FaktorEksogen/ Lingkungan ( Environment)
a.
Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pemebentukan kepribadian
anak. Alasannya adalah (1) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang
menjadi pusat identifikasi anak, (2) anak banyak yang menghabiskan waktunya di
lingkungan keluarga, dan (3) para anggota keluarga merupakan ‘’significant
people’’ bagi pembenukan kepribadian anak.
Baldwin dkk. (1994), telah melakukan penelitian tentang pengaruh
pola asuh orang tua terhadap kepribadian anak . pola asuh orang tua itu
ternyata ada yang demokratis dan juga autoritarian. Orang tua yang demokratis
ditandai dengan perilaku (1) menciptakan iklim kebebasan (2) bersikap respek
terhadap anak (3) objektif, dan (4) mengambil keptusan secara rasional.
Sementara yang autoritarian ditandai dengan sikap kesewenang-wenangan atau
diktator dalam memberikan perlakuan kepada anak.
Anak yang dikembangkan dalam iklim demokratis
cenderung memiliki ciri-ciri kepribadian: labih aktif, lebih bersikap sosial,
lebih memiliki harga diri, dan lebih konstruktif dibandingkan dengan anak yang
dikembangkan dalam iklim authoritarian.[6]
Bidang
kebudayaan suatu pendapat mengatakan bahwa kehidupan kebudayaan menentukan
dalam lapang pikiran manisia. Tanpa latar belakang kebudayaan yang tinggi maka
perkembangan kebudayaan manusia (masyarakat akan terlambat, kurang pesat,
bahkan mencapai kemajuan-kemajuan yang berarti. Paham Culturalisme mengatakan
bahwa lapangan kebudayaan merupakan landasan, fondasi dari perkembangan
manusia.[7]
Kluckhohn
berpendapat bahwa, “kebudayaan meregulasi (mengatur) kehidupan kita dari
mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari.”
Pengaruh
kebudayaan terhadap kepribadian ini dapat dilihat dari perbedaan antara
masyarakat modern, yang budayanya maju dengan masyarakat primitif, yang
budayanya masih sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya (life
style), seperti cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi,
pencaharian, dan cara berpikir (cara memendang sesuatu).[8]
c.
pengaruh
faktor pendidikan (education)/Sekolah
Faktor pendidikan penting sekali di
dalam kehidupan manusia.pendidikan adalah bimbingan secara sadar dan sistematis
agar seoarang dapat mengembangkan segala potensi yang ada padanya dan untuk
menanamkankepada seseorang sifat-sifat dan
kecakapan-kecakapan sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut pandangan
ilmu jiwa setiap anak mempunyai potensi yang akan berkembang,pendidik
berkewajiban untuk menanamkan sifat-sifat baik, misalnya sifat-sifat patriotik,
susila dan sebagainya dan kecakapan-kecakapan dalam bidang-bidang hukum,
dokter, ahli bangunan, politik, pegawai dan sebagainya. Untuk menuju kepada
tujuannyayaitu manusia berbudaya, manusia yang mengenal, memiliki,memelihara,
mengembangkan, mencipta nilai-nilai kebudayaan. Maka tiap-tiap pendidikan
adalah usaha sadar yang bertujuan tegas, dan selalu bersifat memengaruhi
perkembangan anak didik secara aktif.[9]
Lingkungan
sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor-faktor yang dipandang
berpengaruh itu diantaranya sebagai berikut :
1)
Iklim
emosional kelas
2)
Sikap
dan perilaku guru
3)
Disiplin
(tata tertib)
4)
Prestasi
belajar
5)
Penerimaan
teman sebaya.[10]
d.
Faktor
ekonomi
faktor
ekonomi menyangkut kedudukan sosial ekonomi atau kejayaan seseorang atau
keluarga atau bangsa.sebab jika ekonomi “kuat” maka segala kebutuhan dapat terpenuhi
dan sebaliknya jika ekonomi “lemah” akan
serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan materi.[11]
e.
Faktor
sosial atau kemasyarakatan
Faktor sosial atau kemasyarakatan adalah
pergaulan dan hubungan sosial yang dari keluarga,sekolah,masyarakat,tempat
kerja dan sebagainya. Teoti-teori kaum Utopi mengatakan bahwa pergaulan sosial
tidak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan manusia.
Penguasaan sesuatu oleh diri sendiri
memakan waktu yang lama, dan tak akan maju. Dengan hidup dalam pergaulan
sosial, di mana ada kesempatan tukar menukar barang-barang kebutuhan, tukar
menukar pikiran, pengalaman dan sebagainya. Pergaulan sosial sangat penting
dalam kehidupan manusia, yang mendorong arah usaha-usaha untuk maju.[12]
f.
Faktor
politik
Kehidupan
politik adalah kehidupan yang berhubungan dengan hal-hal kenegaraan, misalnya :
kebebasan, kedaulatan, dan sebagainya. jika suku bangsa (manusia) tertindas
oleh bangsa lain, tidak ada kebebasan, tidak ada kedaulatan, maka perkembangan
bangsa itu akan terhambat, kehidupan politik itu sendiri bersifat kompleks,
menyangkut kehidupan yang lain (ekonomi, kebudayaan, agama dan sebagainya).
Dengan
adanya kebebasan, kemerdekaan, berarti adanya suatu kesempatan untuk
mengeluarkan pendapat, ini mempunyai pengaruh terhadap perkembangan. Pergaulan
sosial memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengadakan tukar pikiran
dengan oranglain, sehingga dapat mendorong ke arah kemajuan pada waktu yang
akan datang.[13]
g.
faktor
religi (agama)
suatu
pendapat mengatakan agama mempunyai pengaruh yang menentukan dalam perkembangan
manusia. Misalnya : bangsa arab, sebelum agama islam timbul, bansa arab hidup
terpecah belah. Dengan timbulnya agam islam, maka timbullah persatuan antara
suku-suku bangsa arabmenujunkepada suatu integrasi kebudayaan dengan dasar agama
islam.[14]
Agama
memberi landasan untuk pengembangan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan agama yag kuat dan berkembang di masyarakat dan negara,
diharapkan pendidikan dan pengembangan moralitas individu dan masyarakat
menjadi baik dan maju, berarti watak individu, masyarakat dan bangsa menjadi
subur.[15]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa faktor yang memepengaruhi kepribadian yaitu faktor hereditas atau
genetika yang meliputi unsur fisik yang diturunkan oleh orang tua seperti
bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan dari orang tua.
Selanjutnya faktor lingkungan yaitu antara lain lingkungan rumah, sekolah, dan
masyarakat. Di samping itu, meski kepribadian seseorang itu relatif konstan,
kenyataannya sering ditemukan perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi
dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
FudyartantaKi.2007.Psikologi
Kepribadian,Yogyakarta:Zenith Publisher
Fudyartanta
Ki.2011.Psikologi Umum 1&2, Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Yusuf
Syamsu.2005.Teori Kepribadian, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya