Saturday, January 7, 2017

makalah pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan islam

I.     PENDAHULUAN
Pada masa sekarang, masa dimana globalisasai tidak bisa dihindari, akan tetapi adanya perkembangan zaman itulah yang harus diterima dengan cara memfilter apa yang seharusnya dipilih untuk maslahah bersama.
Belakangan ini banyak ditemukan pendidikan yang bobrok, realita ini
banyak ditemukan di wilayah kota-kota besar. Memang dalam keilmuan non
agama bisa dikatakan unggul, akan tetapi nilai spiritual yang ada sangatlah tidak cocok bila dikatakan sebagai seorang muslim.
Pendidikan Islam adalah salah satu cara untuk merubah pola hidup
mereka. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah pendidikan Islam itu seperti apa.Akankah pendidikan merupakan jalan keluar dari permasalahan ini.
Melihat kenyataan bahwa Pendidikan Islam merupakan disiplin ilmu,
maka asumsi bahwa pendidikan Islam dapat merubah hal itu bukanlah hal yang
mustahil dilakukan. Tetapi yang menjadi pertanyaan lagi adalah mengapa
pendididkan Islam sebagai disipin ilmu. Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini akan dijelaskan dalam makalah ini.

II.  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian ilmu pendidikan Islam secara etimologi itu?
2.      Apa pengertian ilmu pendidikan Islam secara terminologi itu?
3.      Apa saja ruang lingkup ilmu pendidikan Islam itu?

III.   PEMBAHASAN
1.      Pengertian Pendidikan Islam Secara Etimologi
Pendidikan dalam wacana keIslaman lebih populer dengan istilah tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad, dan tadris. Masing-masing istilah tersebut memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut bersamaan. Namun, kesemuanya akan memilki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah yang lain. Atas dasar itu, dalam beberapa buku pendidikan Islam, semua istilah itu digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan Islam.
Tarbiyah
Kata al-tarbiyah berasal dari kata rabba atau rabaa didalam al-Quran disebutkan lebih dari dalapan ratus kali, dan sebagian besar atau bahkan seluruhnya dengan Tuhan, yaitu terkadang dihubungkan dengan alam jagat raya (bumi, langit, bulan, bintang, matahari, tumbu-tumbuhan, binatang, gunung, laut dan sebagainya), dengan manusia seperti pada kata rabbuna (Tuhan kami), rabbuhu (Tuhannya), rabbuhum (Tuhan mereka semua), rabbiy (Tuhan-ku). Karena demikian lausnya pengertian al-tarbiyah ini, maka ada sebagian pakar pendidikan, seperti Naquid al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar pendidikan lainnya yang menggunakan kata al-tarbiyah dengan arti pendidikan. Menurutnya, kata al-tarbiyah terlalu luas arti dan jangkauannya. Kata tersebut tidak hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya sebagaimana tersebut. Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak dapat dididik, karna benda-benda alam selain manusia itu tidak memiliki persyaratan potensial, seperti akal, pancaindra, hati nurani, insting, dan fitrah yang memungkinkan untuk dididik. Yang memiliki potensi-potensial diatas itu hanya manusia. Untuk itu Naquid al-Attas lebih memilih kata al-ta’dib (sebagaimana nanti akan dijelaskan) untuk adti pendidikan, dan bukan kata al-tarbiyah.
Tetapi menurut ulama’. tarbiyah dapat juga dapat diartikan dengan “proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (rabbani). Kepada peserta didik agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.” Sebagai proses, tarbiyah menuntut adanya perjenjangan dalam transformasi ilmu pengetahuan yang sulit. Pengertian tersebut diambil dari QS. Ali imron ayat 79


Ta’lim
Ta’lim merupakan kata benda buatan  (mashdar) yang berasal dari akar kata ‘allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran. Kalimat allamahu al-‘ilm memiliki arti mengajarkan ilmu kepadanya.[1]
Menurut Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim  dengan :”proses  tranmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.” Pengertian ini didasarkan atas Firman Allah SWT. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 31.
Ta’dib
Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika. Ta’dib yang seakar dengan adab memilki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan. Artinya, orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya, peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.
Riyadhah
Riyadhah secara bahasa diartikan dengan pengajaran dan pelatihan. Menurut al-bastani, riyadhah dalam konteks pendidikan berarti mendidik jiwa anak dengan akhlak yang mulia. Pengertian ini akan berbeda jika riyadhah dinisbatkan kepada disiplin tasawuf atau olahraga. Riyadhah dalam tasawuf berarti latihan rohani dengan cara menyendiri pada hari-hari tertentu untuk melakukan ibadah dan tafakur mengenai hak dan kewajibanya. Sementara riyadhah dalam disiplin olahraga berarti latihan fisik untuk menyehatkan tubuh.
Pemilihan Istilah Pendidikan dalam Islam
Dalam khazanah Islam, terdapat enam macam istilah yang masing-masing berkemungkinan menjadi peristilahan dalam pendidikan Islam, yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan riyadhah. Untuk simplikasi bahasan ini perlu pemetaan sebagai beikut:
Pertama, kubu yang mengajukan istilah al-tarbiyah. Tokoh yang mengajukan istilah ini adalah Muhammad Athiyah al-abrasyi. Menurutnya, istilah al-tarbiyah mencakup keseluruhan aktifitas pendidikan, sebab didalamnya tercakup  upaya mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, mencapai kebahagiaan hidup, cinta tanah air, memperkuat fisik, menyempurnakan etika, sistematisasi logika berpikir, mempertajamkan intuisi, giat dalam intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi terhadap perbedaan, fasih berbahasa, serta mempertinggi ketrampilan. Sementara al-ta’lim hanya mencakup aspek-aspek pendidikan tertentu.
Kedua, kubu yang mengajukan istilah al-ta’lim. Tokoh yang mengajukan istilah ini adalah ‘Abd Fatah Jalal. Menurutnya, ta’lim merupakan proses transmisi pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah, sehingga terjadi penyucian diri (tazkiyat al-nafs) manusia dari segala kotoran, serta menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima hikmah (wisdom), serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan mempelajari apa yang tidak diketahui. Sedangkan tarbiyah merupakan proses mempersiapkan dan memelihara individu pada fase kanak-kanak di dalam lembaga keluarga. Pengertian tarbiyah  ini didasarkan pada QS. Al-isra’ ayat 24 dan asy-Syu’ara ayat 18. Objek kedua ayat tersebut ditujukan pada fase bayi dan fase kanak-kanak.
Ketiga, kubu yang mengajukan istilah al-ta’dib. Tokoh yang mengajukan istilah ini adalah Muhammad al-naquib al-attas. Menurutnya, istilah ta’dib paling cocok digunakan untuk peristilahan pendidikan Islam. Istilah tarbiyah hanya mengacu pada kondisi eksitensial yang spesifik, karena ditujukan pada aspek-aspek kepemilikan dan berkaitan dengan jenis relasional, seperti tarbiyah al-rabb (Tuhan) dengan makhluk-Nya, bukan tarbiyah manusia pada sesamanya.
Keempat, kubu yang mengajukan istilah  al-riyadhah. Tokoh yang mengajukan istilah ini adalah abd hamid muhammad al-ghazali. Berdasarkan uraianya sendiri, al-ghazali membatasi ruang lingkup al-riyadhah pada fase kanak-kanak, sehingga disebut dengan riyadhat al-shibyan atau riyadhat al-athfal (pendidikan kanak-kanak).[2]

2.      Pengertian Pendidikan Islam Secara Terminologi
a.       Pendidikan Islam
1.      Menurut Drs. Ahmad D. Marimba: pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah “kepribadian muslim”, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam. Memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam. Dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
2.      Menurut team penyusun buku teks Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim. Lebih lanjut mereka menyatakan bahwa dari satu segi kita melihat bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri, maupun orang lain di segi lainnya pendidikan Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.


3.      Menurut Abdur Rahman Nahlawi:
اَلتَّرْبِيَةُ الْاِسْلَامِيَةُ هِيَ التَّنْظِيْمُ المُنْفَسِى وَالْاءِجْتِمَاعِيُّ الَّذِي يُؤْدِيْ اِلَى اعْتِنَاقِ الْإِسْلَامِ وَتَطْبِيْقَةٍ كُلِّيًا فِي حَيَاةِ الْفَرْدِ وَالْجَمَاعَةِ
Artinya : pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
4.      Menurut Drs. Burlian Shomad
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi mahluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.
Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas:
a.       Tujuannya untuk membentuk individu menjadi bercocok diri tertinggi menurut ukuran Alquran.
b.      Isi pendidikannya ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam Alquran yang pelaksanaannya di dalam praktek hidup sehari-sehari sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW
5.      Menurut Musthafa Al-Ghulayaini
Pendidikan Islam ialah menanamkan ahlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbahannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat. Sehingga ahlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujudnya keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
6.      Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas
Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari egala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadian.
7.      Menurut Prof.Dr Hasan Langgulung
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi, yaitu:
a.       Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalm masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
b.      Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkut dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c.       Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan (integration) suatu masyarakat, tidak akan terpelihara yang akhirnya akan beerkesudahan kehancuran masyarakat itu sendiri.[3]
8.      Hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan:
“Bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Upaya pendidikan dalam pengertian ini diarahkan pada keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, melalui bimbingan, pengarahan, pengajaran, pelatihan, pengasuhan, dan pengawasan yang kesemuanya dalam koridor Islam[4]
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli didik Islam berbeda pendapat menitikberatkan segi pembentukan ahlak anak sebagian lagi menuntut pendidikan teori dan praktek, sebagian lain menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan lain-lain. Perbedaan tersebut diakibatkan yang pentingnya dari masing-masing ahli tersebut. Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan adanya titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut: pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memilikikepribadian muslim.
b.      Ilmu pendidikan Islam
Sebagaimana diuraikan di muka bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau tuntunan pendidik kepada anak didik agar tumbuh secara wajar dan berkepribadian muslim.
Ilmu ialah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat alamiah. Adalagi yang mengemukakan ilmu adalah suatu uraian yang tersusun dan lengkap tentang salah satu dari keberadaan. Uraian tersebut adalah tentang segi-segi dari keberadaan tertentu. Segi-segi itu saling terkait, mempunyai hubungan sebab akibat, tersusun logis dan diperoleh melalui cara atau metode tertentu.
Dengan demikian Ilmu pengetahuan Islam ialah uraian secara sistematis dan ilmiah tentang bimbingan atau tuntutan pendidikan kepada anak didik dalam berkembangnya agar tumbuh sacara wajar berpribadi muslim, sebagai anggota masyarakat yang hidup selaras dan seimbang dalam memenuhi kebutuhan hidup di dunia dan akhirat. Secara ringkas Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang membicarakan persoalan-persoalan pokok yang dibicarakan dalam Ilmu pengetahuan Islam antara lain : apakah pendidikan Islam itu, apa tujuan yang akan dicapai, siapa anak didik dan siapa pula pendidik dalam pendidikan Islam serta bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam itu.
Tujuan Ilmu pendidikan Islam ini ialah mencerahi situasi ilmu pendidikan Islam, sehingga menjadi jelas perhubungan antara unsur-unsur dasarnya, sehingga orang yang mempelajarinya memperoleh pegangan yang berguna untuk pratek pendidikan.

3.      Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
a.       Ruang lingkup pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik langsung atau tidak langsung.
Adapun segi-segi dan pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
·         Perbuatan mendidik itu sendiri
Yang dimaksud dengan perbuatan dan sikap yang di lakukan oleh pendidikansewaktu menghadapi/mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, pembimbing, memberikan pertolongan dari seorang pendidik Islam. Dalam perbuatan mendidik ini sering disebut dengan istilah tahzib.
Pertama-pertama yang dilakukan dalam mendidik adalah bahan atau akhlak yang baik, Tidak cukup dengan ilmu dan materi yang dikuasai akan tetapi mengerti akan pendidikan dan arti pendidikan itu sendiri.


·         Anak didik
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologi, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Definisi itu memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain agar bisa tumbuh dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya.
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Al-Ghozali, yng dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu:
1.      Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
2.      Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrowi
3.      Bersikap tawadlu
4.      Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran
5.      Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah)
6.      Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak) atau dari ilmu yang fardlu ain menuju ilnu kifayah
7.      Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu lainnya.
8.      Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang di pelajari
9.      Memprioritaskan ilmu diniyyah yang terkait dengan kewajiban sebagai mahluk Allah.
10.  Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan
11.  Peserta didik harus tunduk pada nasehat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit terhadap dokternya.[5]
Peserta didik Yaitu pihak yang merupakan obyek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah untuk membawaanak didik ke arah tujuan pendidikan Islam yang kita cita-citakan. Dalm pendidikan Islam anak didik itu sering kali disebut dengan istilah yangbermacam-macam, antara lain:santri, talib, muta’alim,tilmiz.
·         Dasar dan tujuan pendidikan Islam
Yaitu landasan yang menjadi fondamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Maksudnya pelaksanaan pendidikan Islam harus berlandaskan atau bersumber dari dasar tersebut. Dalam hal ini dasar atau sumber pendidikan Islam yaitu arah ke mana anak didik ini akan di bawa, secara ringkas, tujuan pendidikan Islam yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia (dewasa) muslim yang takwa kepada Allah secara ringkas kepribadian muslim.
Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan untuk merealisasikan dasar ideal/sumber pendidikan Islam. Dalam Islam dasar operasional segala sesuatu adalah agama, sebab agama menjadi frame bagi setiap aktifitas yang bernuansa keIslaman. Dengan agama maka semua aktifitas menjadi bermakna, mewarnai dasar lain, yang bernilai ubudiyah.

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha  yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan lain. Disamping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha pendidikan.
Adapun tujuan pendidikan Islam itu sendiri adalah sebagai berikut:
1.      Terbentuknya insan kamil(manusia paripurna) yang mempunyai wajah-wajah qur’ani.
2.       Terciptanya insan insan kaffah.[6]
·         Pendidikan
Yaitu subyek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam. Pendidikan ini sering di sebut muallim, muhadzib, ustad, kyai, dan sebagainya.
Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif(rasa), kognitif(cipta), maupun psikomotorik(karsa).
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya. Agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. Dan mampu melakukan tugas sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk individu yang mandiri.
Pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses atau tidaknya anak sangat tergantung pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya. Kesuksesan anak kandung merupakan cerminsn atas kesuksesan orang tua juga.
Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
·         Materi  atau kurikulum pendidikan Islam
Yaitu bahan-bahan, atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. Dalam pendidikan Islam materi pendidikan inisering kali disebut dengan istilah maddatut tarbiyah.
Dalam ilmu pendidikan Islam, kurikulum merupakan komponen yang amat penting, karena merupakan bahan-bahan ilmu pengetahuan yang di proses didalam sistem kependidikan Islam. Ia juga menjadi salah satu bagian dari bahan masukan yang mengandung fungsi sebagai alat pencapaian tujuan (inpu instrumental) pendidikan Islam.
Mengingat dasar dan watak atau sifatnya, kurikulum pendidikan Islam dipandang sebagi cermin idealitas Islami yang tersusun dalam bentuk program yang berbentuk kurikulum itu. Kita dapat mengetahui tentang cita-cita apakah yang hendak diwujudkan oleh proses kependidikan, dengan memperhatikan program yang berbentuk kurikulum itu, oleh karena itu kita dapat mengetahui tentang cita-cita apakah yang hendak diwujudkan oleh proses kependidikan Islam itu. Dengan kata lain, produk (hasil) dari proses kependidikan Islam yang dicita-citakan berwujud manusia yang bagaimana dan yang berkemampuan apa? Dan pertanyaan ini terjawab dalam kurikulum itu.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka Prof. Dr. Mohammad Fadlil Al-Jamali menyatakan bahwa: semua jenis ilmu yang terkandung didalam Al-qur’an harus diajarkan kepada manusia didik. Ilmu-ilmu tersebut meliputi ilmu Agama, Sejarah, ilmu Falaq, ilmu bumi, ilmu jiwa, ilmu kedokteran, ilmu pertanian, biologi, ilmu hitung, ilmu hukum, dan perundang-undangan, ilmu kemasyarakatan (sosiologi), ilmu ekonomi, balaghoh, serta bahasa Arab, ilmu pembelaan negara, dan segala ilmu yang dapat mengembangkan kehidupan umat manusia dan yang mempertinggi derajatnya. Ahli didik Islam semuanya menyadari bahwa kurikulum pendidikan Islam harus mencerminkan idealitas Al-qur’an yang tidak memilah-milah jenis disiplinilmu, menjadi ilmu agama terpisah dari ilmu-ilmu duniawi yang lazim disebutkan oleh umat Islam khususnya diIndonesia ilmu-ilmu pengetahuan umum. Mereka menegaskan bahwa kesempurnaan manusia itu tidak akan terwujud kecuali dengan menserasikan antara agama dan ilmu pengetahuan.[7]
Menurut At Al-Taumi  prinsip-prinsip dasar yang harus dipegang pada waktu menyusun kurikulum ada tujuh macam, yaitu :
1.      Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum termasuk tujuan, kandungan, cara-cara perlakuan dan hubungan yang berlaku dalam lembaga pendidikan harus berdasar pada agama dan ahlak Islam dan bertujuan untuk membina pribadi yang mukmin.
2.      Prinsip kedua adalah prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan dan kandungan kurikulum. Kalau tujuannya harus meliputi segala aspek pribadi pelajar maka kandungannya harus meliputi juga segala yang berguna untuk membina pribadi pelajar yang berpadu dan membina akidah akal dan jasmaniyah.
3.      Prinsip ketiga adalah keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan kurikulum. Kalau ia memberi perhatian besar pada perkembangan aspek spiritual dan ilmu syariat, tidaklah ia membolehkan aspek spiritual itu melampaui aspek penting yang lain dalam kehidupan, juga tidak boleh ilmu syariat melampaui ilmu, seni, dan kegiatan lain yang tidak harus diadakan untuk individu dan masyarakat.
4.      Prinsip keempat adalah berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhan pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan sosial dimana pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran dan pengalaman dan sikapnya
5.      Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan individual diantara pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga memelihara perbedaan dan kelainan diantara alam sekitar dan masyarakat.
6.      Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan Islam yang menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip, dasar kurikulum, motode mengajar pendidikan Islam mencela keras sifat meniru (taqlid) cara membabibuta danmembeku pada yang kuno yang diwarisi dan mengikut lantas selidik.


7.      Prinsip ketujuh adalah prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktifitas yang terkandung dalam kurikulum. Begitu juga dengan pertautan antara kandungan kurikulum dan kebutuhan murid, kebutuhan masyarakat, tuntutan zaman tempat dimana murid itu berada. Begitu juga dengan perkembangnan yang logis yang tidak melupakan kebutuhan, bakat, dan minat murid.[8]
·         Metode dan Alat-alat pendidikan Islam
Metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui, dan hodos yang berarti jalan ke atau cara ke. Dalam bahasa arab metode di sebut thoriqah yang artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menuruut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.
Sedangkan pendidikan Islam yaitu bimbingan secara sadar dan pendidik (orang dewasa ) kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma yang Islami agar berbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim.
Selanjutnya yang dimaksud metode pendidikan Islam di sini adalah jalan, atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim.
Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dengan demikian maka alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk didalamnya metode pendidikan Islam.
Metode dan alat pendidikan Islam yaitu cara dan segala apa saja yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia berkepribadian musli yang di ridhoi oleh Allah. Oleh karena itu metode dan alat pendidikan ini harus searah dengan Al-qur’an dan As-sunah atau dengan kata lain tidak boleh bertentangan dengan Al-qur’an dan As-sunah.
Metode dan alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan yang menghyubungkan pendidik dengan anak didik menuju ketujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknyakepribadian muslim.
Berhasil atau tidsknya pendidikan Islam ini dipengaruhi oleh seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam ini. Apabila timbul permasalahan didalam pendidikan Islam, maka kita harus dapat mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi itu ke dalam faktor yang ada.
Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor metode alat ini maka kita pun harus pandai memerinci dan mengklasifikasikan ke dalam klasifikasi masalah metode pendidikan Islam yang lebih kecil dan terperinci lagi. Misalnya dalam segi apa dan masalah metode dari atau alat apa? Memang masalah metode ini sangat penting, karena itulah Rosulullah menganjurkan kepada pendidik untuk bersikap  tepat sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.[9]
·         Evaluasi pendidikan
Dari segi bahasa evaluasi berarti penilaian atau penaksiran. Karena itu evaluasi pendidikan Islam berarti penilaian atau penaksiran terhadap pelaksanaan pendidikan Islam untuk diketahui sampai seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai.
Menurut terminologi yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penelitian terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidikan Islam umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau pentahapan tertentu. Oleh karena itu mencapai atau penilaian pada tahap atau fase dari pendidikan Islam tersebut. Apabila tujuan pada tahap atau fase ini telah tercapai kemudian dapat dilanjutkan, pelaksanaan pendidikan tahap berikutnya dan berakhir kepribadian muslim.
Fred Percival dan Henry Ellington membedakan assessment dengan evaluation. Assessment sebagai kegiatan yang dirancang untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa (student learning achieved) yang diperoleh sebagai hasil dari proses belajar mengajar.sedangkan evaluation adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur efekti vitas sistem belajar mengajar secara keseluruhan.
Dengan demikian menurut fred percival dan henry ellington bahwa evaluasi lebih luas daripada assesment, sebab tidak hanya mengukur hasil belajar yang diperoleh anak atau siswa selama proses belajr mengajar, tetapi lebih luas daripada itu yaitu mencakup segi pendidik, metode, materi, alat dan lain lain.
Menurut team penyusunbuku pedomanbahan penataran guru agama Islam departemen agama Republik Indonesia menyatakan bahwa fungsi evaluasi ada 4 macam yaitu:
a.       Berfungsi sebagai penilaian formatif yaitu untuk mengetahui kelemahan sistem pengajaran yang diberikan oleh guru atau kelemahan cara belajar yang dilakukan oleh murid, dan dengan pengetahuan itu dapat diperbaiki proses belajar mengajar serta untuk mengadakan program remidial bagi murid.
b.      Berfungsi penilaian sumatif yaitu : untuk mengetahui tingkat kemajuan atau hasil belajar murid yang dapat dijadikan bahan laporan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Fungsi penilaian seperti dilakukan diatas sangat mempengaruhi, bahkan menentukan guru dalam menentukan aspek tingkah laku yang dinilai, cara penyusunan soal tes dan cara pengolahan hasil tes.


c.       Fungsi penilaian yang ke tiga adalah untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar atau program pendidikan yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan, karakteristik lainnya yang dimiliki murid. Penilaian ini merupakan penilaian penempatan (placement).
d.      Fungsi penilaian yang keempat adalah untuk mengenal latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan murid yang mengalami kesulitan belajar. Hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan –kesulitan belajar. Penilaian diagnostik.
Dengan penjelasan diatas dapatlah dikatakan bahwa evaluasi mempunyai arti penting bagi pelaksanaan pendidikan Islam sebab dengan adanya evaluasi paling tidak dua hal dapat diamati.
1.      Baik atau tidaknya pelaksanaan pendidikan Islam, apabila sudah baik maka perlu ditingkatkan atau disempurnakan mana saja yang perlu dibenahi lebih intensif dibandingkan dengan aspek-aspek yang lainnya.
2.      Berhasil atau tidaknya belajar siswa, apabila sudah berhasil perlu ditingkatkan sistem belajarnya , paling tidak dapat mempertahankan prestasi maksimalnya, jika belum berhasil maka dapat diketahui dimana letak kelemahan atau kekurangannya. Dengan demikian bimbingan mana yang lebih tepat diberikan agar ia memperoleh hasil optimal (masalah yang terakhir ini sebenarnya menjadi tanggung jawab konselor). 
·         Lingkungan sekitar atau milieu pendidikan Islam
Yang dimaksud lingkungan sekitar atau milieu ialah sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya.

Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud lingkungan sekitar ialah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan, perkembangan kecuali gen-gen. Dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Pendapat lain mengatakan bahwa didalam lingkungan itu tidak hanya terdapat sejumlah faktor pada suatu saat, melainkan terdapat pula faktor-faktor lainyang banyak jumlahnya, yang secara potensial dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Tetapi secara aktual hanya faktor-faktor yang ada di sekeliling anak tersebut yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan tingkah laku anak.
Alam sekitar merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor pendidikan yang ada. Dengan demikian alam sekitar merupakan faktor penting pula bagi pelaksanaan pendidikan. Namun demikian faktor alam sekitar jelas berbeda apabila dibandingkan denagn faktor pendidik. Kedua faktor pendidikan ini diakui ada persamaannya yaitu keduanya mempunyai pengaruh pada pertumbuhan, perkembangan dan tingkah laku anak. Disamping itu diakui pula ada perbedaannya. Penagruh alam sekitar hanya merupakan penagaruh belaka, tidak tersimpul unsur tanggung jawab didalamnya. Anak didik akan untung apabila kebetulan mendapat pengaruh yang baik, sebaliknya anak didik akan rugi apabila kebetulan mendapatkan pengaruh yang kurang baik
Memang alam sekitar berpengaruh besar pada anak didik, meliputi alam sekitar yang baik atau yang tidak baik. Lebih-lebih alam sekitar yang kurang baik mudah mempengaruhi anak didik. Mengingat alam sekitar tidak bertanggung jawab mempengaruhi anak didik, maka sudah sepantasnyalah jika pendidik bersikap bijaksana dalam bersikap dan menghadapi alam sekitar tersebut.
Sedangkan faktor pendidikan secara sadar dan bertanggungjawab menuntun dan membimbing anak ketujuan pendidikan yang diharapkan.
Mengingat adanya perbedaan tanggungjawab pengaruh pendidikan terhadap anak didik tersebut maka para ahli didik umumnya memisahkan dalam membahas pendidik dan alam sekitar sebagai faktor pendidikan. Namun demikian kelima faktor pendidikan tersebut salaing berhubungan dan saling berpengaruh. Karena itu mungkinlah tiap-tiap faktor itu berdiri sendiri. Seolah-olah faktor pendidikan tersebut merupakan suatu “ gestalt”. Ialah suatu keseluruhan yang berarti, dan apabila salah satu bagian dari keseluruhan itu dihilangkan, maka akan tidak berarti bagian-bagian tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.[10]

IV.   KESIMPULAN
1)      Tarbiyah memiliki banyak istilah yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan riyadhah
·         Tarbiyah
Diartikan dengan “proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (rabbani). Kepada peserta didik agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.”


·         Ta’lim
Diterjemahkan dengan pengajaran. Kalimat allamahu al-‘ilm memiliki arti mengajarkan ilmu kepadanya.
·         Ta’dib
Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.
·         Riyadhah
Riyadhah secara bahasa diartikan dengan pengajaran dan pelatihan. Menurut al-bastani, riyadhah dalam konteks pendidikan berarti mendidik jiwa anak dengan akhlak yang mulia
2)      Ilmu pengetahuan Islam secara terminologi ialah uraian secara sistematis dan ilmiah tentang bimbingan atau tuntutan pendidikan kepada anak didik dalam berkembangnya agar tumbuh sacara wajar berpribadi muslim, sebagai anggota masyarakat yang hidup selaras dan seimbang dalam memenuhi kebutuha hidup di dunia dan akhirat.
3)      Ruang lingkup pendidikan Islam
Adapun segi-segi dan pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
·         Perbuatan mendidik itu sendiri
Yang dimaksud dengan perbuatan dan sikap yang di lakukan oleh pendidikansewaktu menghadapi/mengasuh anak didik.
·         Anak didik
Adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologi, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat kelak
·         Dasar dan tujuan pendidikan Islam
Dasar yaitu landasan yang menjadi fondamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan.
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha  yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan lain
·         Pendidikan
Yaitu subyek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan.
·         Materi  atau kurikulum pendidikan Islam
Yaitu bahan-bahan, atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik
·         Metode dan   Alat-alat pendidikan Islam
Yaitu cara dan segala apa saja yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia berkepribadian musli yang di ridhoi oleh Allah.
·         Evaluasi pendidikan
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penelitian terhadap hasil belajar anak didik
·         Lingkungan sekitar atau milieu pendidikan Islam
Ialah sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya










Pertanyaan
  1. Nuur Laila Nihayatus Suroyya: Bagimana mendidik seorang anak dengan tanpa memaksa ?
  2. Khoirul Umam : Seberapa penting pendidikan itu ?
  3. Sisika Rahmawati : Menurut pemakalah apakah pendidikan di Indonesia sudah bagus ? 
Jawab
  1. Mendidik seorang anak harus berhati-hati bukan berarti tanpa memaksa memang di satu sisi kita (orang yang mempunyai tangungjawab) harus terbuka pada anak di karenakan mereka juga mempunya hak atas kehidupannya sendiri, kita (orang yang mempunyai tangungjawab) terkadang malah harus memaksa pada mereka untuk melakukan sesuatu yang baik memang tersa tidak enak bagi mereka tapi itu adalah pelajarang bagi mereka bila itu di butuhkan kemudian sebagai orang yang mempunya tangungjawab penuh pada anak tersbut harus memperhatikan secara penuh apa yang mereka inginkan kita harus bisa memfasilitasi kemudian memberikan mereka kesempatan utnuk melakukan apa yang mereka senangi kemudian tugas kita adalah mengawasi, jangan samapi anak tersebut kita terus paksa untuk melakukan apa yang kita sukai pada hal mereka tidak suka jadi biarkan bila itu baik kemudian kita awasi selanjutnya bila anak ia melakukan yang tidak baik kita paksa dangan hati-hati tanpa menyakiti sehingga ia dapat berjalan di jalan yang benar.
  2. Pendidikan itu sangat penting karena setiap hari yang kita lakukan adalah perilaku yang yang berhubungaan dengan ilmu, ilmu kaitannya dengan pendidikan.
  3. Pendidikan yang ada sekrang belum bagus bukan berarti tidak bagus, banyak sekali saya lihat guru yang tidak menyontohkan prilaku yang baik pada anak didiknya seperti merokok dan lain sebagainya.
Tambahan
Himmatul Ulyani : Kita sebagai seorang calon pendidik sebisa mungkin hari ini kita memulai melakukan kebaikan karena itu sangat penting bukan karena kita akan menjadi seorang guru tapi karena itu adalah perintah Allah sungguh tidak etis bila kita hari ini tidak memulai melkukan kebaikan pada hal besok kita adalah seorang guru.
Duroh Nafisah : Seberapa penting pendidikan itu ? Penting sekali Rasulullah mengajarkan pada kita "Menuntut ilmu itu dari lahir hingga mati" itulah mengapa kita harus menuntut ilmu, kita hidup di dunia bila ingin bahagia harus dengan ilmu kelak kita mati kemudian di akhirat bila ingin bahagia tentu juga dengan ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Dra.Hj.Nur Uhbiyati.Ilmu Pendidikan Islam (IPI).CV Pustaka Setia.Bandung.
Dr.Abdul Mujib, M.Ag dan Dr.Jusuf Mudzakkir, M.Si. Ilmu Pendidikan Islam. Kencana Prenada Media.jakarta.                                                                                                                                                                                                                             
Dr.Abdul Mujib,M.Ag. Ilmu pendidikan Islam.Fajar Interpratama Offset.Jakarta





[1] Hans Wehr, A Dictionary of modern written Arabic, Op cit., hlm. 636
[2] Dr.Abdul Mujib, M.Ag dan Dr.Jusuf Mudzakkir, M.Si.Op.Cit.hal 10-24
[3] Dra.Hj.Nur Uhbiyati.Ilmu Pendidikan Islam (IPI).CV Pustaka Setia.Bandung.9-11
[4] Dr.Abdul Mujib, M.Ag dan Dr.Jusuf Mudzakkir, M.Si. Ilmu Pendidikan Islam. Kencana Prenada Media.jakarta. hal 27                                                                                                                                                                                                                            
[5] Dr.Abdul Mujib,M.Ag. Ilmu pendidikan Islam.Fajar Interpratama Offset.Jakarta hal 103-105
[6]Ibid hal:84-85
[7] Dra.Hj.Nur Uhbiyati. Op.Cit. hal 143-144
[8] Ibid hal 133-135
[9] Ibid hal 163-164
[10] Ibid hal 12-15