Sunday, April 24, 2016

Makalah ilmu syiah itsna asy'ariyah

KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang kelompok mujahidin Al – Qaeda.
Penyusunan Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Ilmu Kalam tentang Syiah Itsna Asy’ariyah.
Kami memahami bahwa dalam penyusunan Makalah ini hasilnya masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya Makalah ini.
Dengan selesainya penyusunan Makalah ini kami berharap semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR ISI

KATA  PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Asal usul penyebutan Imamiyah dan Syiah Itsna Asy’ariyah .........................6
B. Proses munculnya Imamiyah dan Syiah Itsna Asy’ariyah.............................     6
C. Konsep Imamah bagi Syiah Itsna Asy’ariyah................................................7
D. Imamiyah dalam teori politik Syiah .................................................................10
BAB III
PENUTUP...........................................................................................................11
A. Kesimpulan......................................................................................................11
B  Saran................................................................................................................ 11
C  Tanggapan........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Semenjak meletusnya revolusi Iran tahun 1979 di bawah pimpinan Ayatullah Al-Imam Khomeini, Iran menjadi pusat perhatian dunia karena revolusinya yang sukses dan menggemparkan itu. Perhatian dunia pada Iran sekaligus identik dengan perhatian pada madzhab Syi’ah, karena memang Iran merupakan kubu Syi’ah terbesar (mayoritas bangsa  Iran adalah beragama Islam Syi’ah madzhab Dua Belas Imam). Namun karena silau memandang dan terpukau dengan semangat revolusioner Syi’ah, banyak yang terlupa dengan aqidah Syi’ah yang sebenarnya telah meleset dari rel aqidah Islam namun dibungkus dengan taqiyyah, sebagai salah satu senjata muslihat yang paling ampuh untuk mempropagandakan aqidah mereka. Sampai sekarang, golongan Syi’ah banyak terdapat di India, Pakistan, Irak, Yaman dan terutama di Iran dimana Syi’ah menjadi madzhab resmi Negara.
Jika kita menelaah lebih dalam, kita akan mendapati prinsip dan dasar yang pokok dalam madzhab Syi’ah Dua Belas Imam, yaitu Imamah. Bahkan Imamah seperti halnya pokok agama (ushuluddin). Karena menurut mereka masalah tersebut adalah rangkaian kalimat tauhid. Barangsiapa tidak percaya kepada Imamah, ia sama dengan orang yang tidak percaya kepada kalimat syahadat. Sehingga perkataan para Imam merupakan hal yang wajib diikuti, sekalipun menyimpang dari ajaran agama. Dan konsep Imamah inilah yang memberi dampak sangat signifikan dalam seluruh ajaran Syi’ah Dua Belas Imam. Namun dikarenakan mereka masih menanti munculnya Imam kedua belas, Imam Mahdi Al-Muntazhar (Imam Mahdi yang ditunggu), seorang Imam yang muncul pada tahun 868 dan kemudian menghilang. Para pengikut Itsna Asy’ariyyah meyakini bahwa Imam Mahdi akan kembali untuk menghadapi dajjal dan akan membangun pemerintahan Islam. Selama masa penantian tersebut, Ayatullah Khomeini membentuk konsep yang dinamakan Wilayah al-Faqih sebagai konstitusi negaranya setelah revolusi 1979.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asal usul penyebutan Syiah Itsna Asy’ariyah?
Bagaimana Proses Munculnya Syi’ah  Itsna Asy’ariyah?
Bagaimana konsep Imamah bagi syi’ah Asy’ariyah?
Bagaimana Imamiyah dalam teori politik Syiah?























BAB II
PEMBAHASAN
Asal-usul Penyebutan  Syi’ah Itsna Asy’ariyah .
Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat nabi Muahmmad SAW seperti yang ditunjukan nas. Adapun Al- Ausiya (penerima wasiat) setelah Ali bin Abi Thalib adalah keturunan garis Fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husaen bin Ali sebagaimana yang disepakati. Setelah Husain adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut : Muhammad Al-Bakir, Abdullah, Ja’far Ash-Shiddiq, Musa Al-Kahzim, Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari, dan Muhammad Al-Mahdi sebagai imam, mereka dikenal dengan sebutan Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah (Itsna ‘Asy’ariyah).
Nama dua belas (Itsna ‘Asy’ariyah) terbentuk setelah lahirnya kedua belas Imam yaitu kira-kira pada tahun 260 H/878 M. Pengikut sekte ini menganggap bahwa Imam kedua belas, Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan ghoibah (accultation). Muhammad Al-Mahdi bersembunyi di ruang bawah tanah rumah ayahnya di samara dan tidak kembali. Itulah sebabnya, kembalinya imam Al-Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah. Ciri khas kehadirannya adalah sebagai ratu adil yang akan turun diakhir zaman. Oleh karena itu, Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntazhar.

Munculnya Syi'ah Imamiyah Itsna Asyariyah.
Pada umumnya aliran-aliran Syi'ah yang ada sekarang di dunia Islam seperti Iran, Irak, Pakistan, dan negara-negara lain, adalah golongan yang membawa nama Syi'ah Imamiyah.
Syi'ah Itsna Asyariyah juga dikenal sebagai Syi'ah Imamiyah, yang mengakui eksistensi 12 orang Imam yang  Ke-12 Imam tersebut dimulai berhak memimpin seluruh masyarakat muslim  sebagai penerima wasiat dari  40H dari Ali bin Abi Thalib (w Nabi ( melalui nash(SAW Para penerima wasiat (al-Awsiyah) setelah Ali ), Husein bin Ali( 50 H(adalah keturunan Fatimah yaitu Hasan bin Ali (w (), kemudian berturut-turut Ali Zainal Abidin bin al-Husain (w( 61 H((w ), Ja'far al-Shadiq  114 H(), Muhammad al-Baqir bin Ali (w(95 H  183 H), Ali ar-Ridha(), Musa al-Kazhim bin Ja'far (w( 148 H(Muhammad (w  220 H), Ali(), Muhammad al-Jawwar bin Ali (w( 203 H(bin Musa (w  260(), Al-Hasan al-Askari bin Ali (w( 254 H(al-Hadi bin Muhammad (w (), dan anaknya Muhammad al-Mahdi bin al-Hasan sebagai Imam yang ke-12(H Imam yang terakhir ini lahir pada tahun 256 hijrah, diyakini mengalami masa kegaiban kecil pada 256 hijrah, dan disusul dengan kegaiban besar pada tahun 329 hijrah  Selama masa()((bersembunyi pada tahun 256 H kegaiban kecil, 4 orang wakil khusus secara berturut-turut menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kaum Syi'ah dan menyelesaikan  Setelah itu sang Imam mengalami kegaiban( Seluruh permasalahan mereka besar, hingga suatu waktu atas perintah Tuhan ia akan muncul kembali untuk memimpin dunia ini dengan keadilan.
Menurut Syalabi, Syi'ah Imamiyah terbentuk sesudah pertengahan abad ke-3 hijrah, yakni setelah (lahirnya Imam-Imam yang berjumlah 12 itu Perkembangannya yang  Pertama, adalah ketika terpenting setidaknya terjadi pada dua masa.  Masa ini kekhalifahan Abbasiyah berada di bawah kendali Dinasti Buwaihi  dan aliran ini dianut oleh para penguasa bermula dari tahun 932-1062 M.  Kedua, ketika Syah Ismail Buwaihi sebagai paham keagamaan mereka menjadikan aliran ini sebagai paham resmi negara Persia baru yang  Ini terus berlangsung sampai sekarang, didirikannya pada tahun 1502 M di mana Imamiyah (Itsna Asyariyah) tetap merupakan mazhab resmi Republik Islam Iran.

  Konsep Imamah Bagi Syi'ah Itsna Asyariyah
Menurut paham Imamiyah (Itsna Asyariyah) imamah merupakan salah satu arkânul iman mereka yang lima yaitu at-Tauhid, al-Adl, an-Nubuwwah, al-Imâmah dan al-Ma'ad Dan dalam salah satu buku pegangan mereka yaitu al-Kâfi, disebutkan bahwa setiap orang yang tidak beriman kepada Imam dua belas maka dia adalah kafir, sekalipun dia adalah keturunan Ali dan Fathimah. Menurut mereka, Allah wajib menetapkan imam untuk memimpin hamba-hamba-Nya. Begitu pula Rasul, ia wajib menunjuk orang yang akan menggantikannya sebagai Imam.  Maka tidak ada urusan manusia dalam penentuan iradah Tuhan berdasarkan ini mereka menolak keberadaan Khalifah Abu bakar dan Umar .  Kemudian ucapan para Imam itu setara dengan sabda Nabi Usman Perbedaannya hanya pada keadaan Nabi yang menerima wahyu sedang seluruh umat Islam wajib mematuhi dan membantu Imam dalam melaksanakan Imamah ini, sebab Imam adalah pemimpin yang menjalankan otoritas ilâhiyah dan an-Nubuwwah.  Imam memiliki sifat ma'sum (suci) tidak mungkin salah ataupun berdosa adalah orang yang memiliki pengetahun yang tidak terbatas sebab langsung menerimanya dari Tuhan melalui ilham dengan perantaraan ruh qudus. Bagi mereka,  Imam  yang ke-12 yang bersembunyi di Sardab diyakini masih hidup dan tidak akan mati sampai ia memimpin Syi'ah untuk menegakkan keadilan, dialah Al-Mahdi al-Muntazhar yang dinantikan kemunculannya.
Dalam aqidah Syi'ah pada umumnya, Imam bukanlah  Imam pada hakikatnya dijadikan dari nur yang diciptakan manusia biasa.  Dalam suatu hadis yang dinisbahkan kepada sebelum adanya alam ini. Sayyidina Ali bahwa Nabi bersabda yang artinya:
Saya dan Ali adalah nur dalam diri Adam, lalu kami berpindah kedalam sulbi-sulbi yang suci dan rahim-rahim yang bersih hingga akhirnya kami berada. Kemudian kami berpecah dua: satu bagian berpindah sulbi Abdul Muthalib  (Dari kepada Abdullah dan satu bagian lagi berpindah kepada Abu Thalib Abdullah turun kepada Nabi dan dari Abu Thalib turun kepada Ali).  al-Furqan:54: Dan Dia Inilah yang dimaksud oleh firman Allah dalam QS (Allah) yang telah menjadikan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu berketurunan dan berkeluarga dan adalah Tuhanmu Maha berkuasa.
Dengan demikian kedudukan Imam sebagai pengganti Nabi menduduki martabat yang  Dalam setiap zaman haruslah ada orang yang setingkat dengan Nabi membimbing umat kejalan yang lurus agar mereka tidak sesat dalam kehidupan  Orang tersebut dan memperoleh kehidupan di dunia dan di akhirat.  Imam memiliki wilayah adalah merupakan pewaris Nabi dalam berdakwah umum atas manusia mengatur urusan dan kemaslahatan mereka, menegakkan keadilan serta menghilangkan kezaliman dan persengkataan sesama mereka.
Dalam kaitan dengan syari'at, peranan Imam tidak hanya sebagai pelaksana dan penegak ajaran dan hukum agama, bahkan juga sebagai orang yang menyempurnakan syari'at, menafsirkan dan menyampaikan kepada manusia apa yang telah diserahkan kepada mereka.
Beberapa ajaran mereka lainnya adalah sebagai berikut:
a. Sifat Tuhan
( Esa dalam sifat dan zat-Nya tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya (Allah SWT).
b. Al-'Adl
Mereka memberi makna keadilan Tuhan dengan pengertian menafikan Tuhan berbuat.  Dia wajib memberi pahala bagi orang-orang yang taat .  Dia tidak membebani hamba-Nya siksa bagi orang-orang yang berbuat dosa dengan sesuatu yang tidak disanggupi dan tidak menyiksa mereka.  Tuhan wajib mewujudkan siksa yang seharusnya mereka terima baik dan terbaik bagi hamba-Nya.
c. Al-Taqiyyah
Al-Taqiyyah adalah tindakan menyembunyikan keyakinan yang benar demi kewaspadaan, yang dilakukan untuk menjaga agama yang benar dari musuh-musuh dengan menyembunyikannya dalam keadaan-keadaan dimana ada ketakutan akan dibunuh atau ditangkap atau difitnah Demi kepentingan umat.  Landasan hukum pelaksanaannya dilaksanakan sebagai suatu kewajiban.  Secara aqli adalah dibolehkan( al-Taqiyyah adalah dalil 'aqli dan naqli menolak bahaya dengan bertaqiyyah dan secara naqli dapat dilihat dalam Alquran surat ali-Imran ayat 28,
"janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang  Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari mukmin pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu " Imam Ja'far as-Shadiq menyatakan bahwa(((((((yang ditakuti dari mereka al-Taqiyyah adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Barang siapa yang tidak bertaqiyyah, maka tidak ada agama baginya.
d. (Ar-Raj'ah dan al-Mahdiyah
Ar-Raj'ah adalah keyakinan yang meyakini bahwa sebahagian manusia akan mengalami proses reinkarnasi atau hidup kembali kedunia setelah mereka mengalami  konsep ini telah ada sebelumnya dalam agama Yahudi tentangk kematian.  Dan juga dalam agama Nasrani yang menganut kembalinya Uzair dan Harun ajaran bahwa Nabi Isa yang dipandang anak Tuhan itu telah disaliboleh orang-orang Yahudi, tapi tidak mati dan dia bangun kembali dari kuburnya setelah tiga hari, lalu naik kelangit dan duduk disebelah kanan Bapaknya.  Dalam kalangan Syi'ah, menjelang akhir zaman di syurga adalah orang-orang yang menzalimi dan menganiaya para Imam dan ahlu al-Bait setelah itu baru Allah menghidupkan kembali al-Imam satu persatu  Namun dimulai dari Ali bin Abi Thalib, sampai dengan Hasan al-Asykari sebelum kedatangan mereka akan muncul terlebih dahulu Imam al-Mahdi (Muhammad ibnu Hasan al-Askari) sebagai pembuka jalan bagi Raj'ahnya.  Raj'ah mereka kedunia ini adalah sebagai pengganti para Imam yang lain atas hak syar'inya dalam khalifah dan yang belum mereka wujudkan dalam kehidupan sebelum raj'ah.
Sebagian ulama Syi'ah meyakini bahwa musuh-musuh para Imam itu seperti khalifah Abu Bakar, Umar dan Ustman dan lain-lain dari para penguasa khalifah Amawiyah dan Abbasiyah yang telah merampas hak Sayidina Ali sebagai khalifah Nabi, juga akan dikembalikan Allah keatas bumi ini,  pada masa para Imam itu berkuasa untuk menerima hukuman yang setimpal dari mereka atas dosa mereka merampas hak-hak para Imam yang sah.
Demikianlah paham raj'ah yang dianut dalam kalangan Syi'ah Imamiyah yang nampaknya dibuat sebagai suatu ajaran untuk memenuhi nafsu balas dendam terhadap orang-orang yang dipandang sebagai musuh mereka.
Hingga masa yang belum lama lagi, Syi'ah Imamiyah tidak lagi melakukan shalat jum'at karena Imam  Bahkan sebagian ulama( Imam yang terakhir masih gaib(tidak ada lagi mereka mengharamkan shalat jum'at hingga kembalinya Imam dari  Akan tetapi pada akhir-akhir ini hal yang demikian(persembunyiannya telah berubah berkat adanya fatwa para ulama yang menjelaskan bahwa tidak ada kaitannya Imam yang gaib itu dengan kewajiban shalat jum'at  Dan sekarang shalat jum'at itu telah(dan berjihad di jalan Allah (dilaksanakan lagi seperti dahulu
e. Tafsir al-Qur'an
Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-quran para ulama Syi'ah melakukannya dengan apa yang mereka sebut tafsir batini. Ada ajaran yang yang bermakna hakiki sebagaimana lafadznya, ada juga yang ditakwilkan sebagai batin  Seperti kata shalat, agama yang bertujuan untuk keilahiyan Imamah bermakna sebagai shalat itu sendiri, namun dalam tafsir batin diartikan  Selajutnya, hampir semua kalimat( 74-43)(sebagai mengikuti Imam (QS wali, wilayah dan isytiqaq lainnya dalam Al Qur'an dikaitkan dengan Imam Ali dan anak keturunannya.

Imamiyah Dalam Teori Politik Syi'ah
Dalam Syi'ah Imamiyah, pemerintah adalah milik Imam saja, sebab dia berhak atas kepemimpinan politik dan otoritas keagamaan Mereka, seperti sudah disinggung, meyakini bahwa yang berhak atas otoritas spiritual dan politis dalam komunitas Islam pasca Nabi Muhammad adalah Ali bin Abi Thalib beserta sebelas keturunannya. Karenanya, mazhab ini dikenal sebagaimana yang telah dipaparkan diatas dengan Syi'ah dua belas.
Imam terakhir, al-Mahdi, mengalami apa yang oleh umat Syi'ah Imamiyah disebut sebagai "Ghaib sempurna" pada tahun 941 M, dan akan diyakini.  Oleh sebab itu menurut keyakinan Syi'ah, Imam al-Mahdi datang kembali.  Ia masih hidup dan masih menjadi pemegang kekuasaan yang sah  Karena Imam Mahdi kembali pada saat yang akan ditentukan oleh Tuhan.  Jadinya perlunya keberadaan masih hidup, maka lembaga Imamah masih hidup seorang pemimpin umat bagi kalangan Syi'ah lebih penting.  Bahkan pada mazhab Syi'ah prinsip Imamah –sebagaimana kalangan Sunni telah dijelaskan diatas- adalah termasuk rukun Iman. Masalah Imamah inilah yang menjadi salah satu sumber skisma dalam Islam,  antara sunni  Syafruddin al-Musawi mengaku bahwa tiada suatu penyebab A dan Syi'ah.
Perpecahan diantara umat Islam yang lebih hebat dari pada perbedaan,  Tiada bentrokan dalam pendapat yang berhubungan dengan persoalan Imamah Islam demi suatu prinsip agama yang lebih parah dari pada Soal Imamah. menurut al-Musawi, persoalan ini penyebab utama yang secara langsung telah menimbulkan perpecahan selama  Generasi demi generasi yang mempertengkarkan soal Imamah telah menjadi gandrung dan terbiasa dengan sikap fanatik dalam kelompoknya masing-masing tanpa mau mengkaji dengan kepala dingin.
Orang-orang Syi'ah seperti yang ditulis oleh Thabataba'i, memang muncul karena kritis dan protes terhadap dua masalah dasar dalam Islam, kendati tidak berkeberatan dalam cara-cara keagamaan yang melalui perintah-perintah.  Dengan kata lain, tidak ada Nabi merata dikalangan kaum muslimin.  Kedua masalah itu perbedaan secara prinsipil antara sunni dan syi'i adalah berkenaan dengan pemerintahan Islam dan kewenangan dalam pengetahuan-pengetahuan keagamaan yang menurut kalangan Syi'ah menjadi hak istimewa ahli bait.
Kaum Syi'ah menyatakan bahwa tidaklah masuk akal ditinjau dari sifat keadilan dan kasih sayang (luthf). Tuhan  Berbeda pada manusia, jika ia membiarkan masalah Imamah tanpa keputusan dengan pandangan kaum sunni, kaum Syi'ah menganggap bahwa masalah kepemimpinan umat adalah masalah yang terlalu vital untuk diserahkan begitu saja. Pada musyawarah manusia-manusia biasa yang bisa saja memilih orang yang salah untuk kedudukan tersebut dan karenanya bertentangan (dengan tujuan wahyu ilahi

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Asal-usul Penyebutan  Syi’ah Itsna Asyariyah .
Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat nabi Muahmmad SAW seperti yang ditunjukan nas. Adapun Al- Ausiya (penerima wasiat) setelah Ali bin Abi Thalib adalah keturunan garis Fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husaen bin Ali sebagaimana yang disepakati. Setelah Husain adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut : Muhammad Al-Bakir, Abdullah, Ja’far Ash-Shiddiq, Musa Al-Kahzim, Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari, dan Muhammad Al-Mahdi sebagai imam, mereka dikenal dengan sebutan Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah (Itsna ‘Asy’ariyah).
Munculnya Syi'ah Imamiyah Itsna Asyariyah.
Pada umumnya aliran-aliran Syi'ah yang ada sekarang di dunia Islam seperti Iran, Irak, Pakistan, dan negara-negara lain, adalah golongan yang membawa nama Syi'ah Imamiyah.
Konsep Imamah Bagi Syi'ah Itsna Asyariyah
Menurut paham Imamiyah (Itsna Asyariyah) imamah merupakan salah satu arkânul iman mereka yang lima yaitu at-Tauhid, al-Adl, an-Nubuwwah, al-Imâmah dan al-Ma'ad. Dan dalam salah satu buku pegangan mereka yaitu al-Kâfi, disebutkan bahwa setiap orang yang tidak beriman kepada Imam dua belas, dia adalah kafir, sekalipun dia adalah keturunan Ali dan Fathimah.
Imamiyah Dalam Teori Politik Syi'ah
Dalam Syi'ah Imamiyah, pemerintah adalah milik Imam saja, sebab dia berhak atas kepemimpinan politik dan otoritas keagamaan Mereka, seperti sudah disinggung, meyakini bahwa yang berhak atas otoritas spiritual dan politis dalam komunitas Islam pasca Nabi Muhammad adalah Ali bin Abi Thalib beserta sebelas keturunannya. Karenanya, mazhab ini dikenal sebagaimana yang telah dipaparkan diatas dengan Syi'ah dua belas.
Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan saran serta masukan yang mendukung agar makalah ini dapat lebih berguna bagi yang membaca serta dapat dijadikan ilmu yang bermanfaat.

Tanggapan
Menurut saya Kelompok Syiah Itsna Asy’ariyah sangatlah tidak dibenarkan karena percaya pada madzhab 12 imam. Sedang yang dianut kita sebagai umat Islam terutama yang beralirkan ahlussunah wal jamaah adalah empat madzhab. Selain itu  Para ulama dari Ahlusunah  wal Jamaah pun  menghadapi kebingungan yang parah ketika ingin menjelaskan dan menafsirkan hadis yang menyatakan “Imam/Khalifah berjumlah 12 orang” tanpa menemukan artinya, apalagi untuk bersepakat akan pribadi-pribadi tersebut. Ditambah lagi dengan adanya hadis yang mengkhususkan bahwa kedua belas orang itu semuanya dari Bani Hasyim, ini semakin membingungkan mereka. Kebingungan itu diakui oleh seorang tokoh ulama Ahlusunah sendiri, Ibnu Hajar dalam “Kitab Fathul-Bari fi Syarh Sahih Al-Bukhari.
Itulah sebabnya aliran ini sangatlah dilaknat oleh Allah karena sangat menyimpang jauh dari ajaran Islam yang tidak melaksanakan perintah Allah dan Rosul malah membentuk madzhab sendiri 12 imam, sedang yang diajarkan Rosul dan Sahabat hanya empat madzhab. Jadi jangan sampai mendekati  atau bahkan bergabung dengan aliran tersebut yang sangat berbahaya dan jauh melenceng dari ajaran Islam. Allah telah menyiapkan siksa yang amat pedih bagi orang yang beraliran tersebut di akherat kelak.











DAFTAR PUSTAKA
http://nasutionlangsa.blogspot.com/2009/10/syiah-itsna-asyariyah.html

http://ilmudanalquran.blogspot.com/2012/11/pengertian-kemunclan-dan-macam-macam.html

http://inpasonline.com/new/konsep-imamah-syiah-itsna-asyariyyah/

No comments:

Post a Comment