BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Allah SWT
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dibandingkan makhluk
lainnya yang ada di muka bumi ini. Manusia lebih sempurna dibandingkan dengan
binatang. Berbeda dengan binatang, manusia diberi oleh Allah berupa fitriyah,
khawasiyah, dan akliyah. Dengan menggunakan akliyah manusia dapat membedakan
baik dan buruk sehingga dapat memilikib ahlak yang terpuji dan ahlak yang
tercela.
Sebagai
manusia yang sempurna dan sebagai khalifah di muka bumi ini maka manusia di
tuntut untuk beraklak terpuji karena dengan aklak terpuji maka manusia akan
selamat di dunia dan akhirat dan hendaklah berakhlak terpuji dimanapun berada
dimulai dengan berbuat baik terhadap diri sendiri ,lingkungan keluarga dan
masyarakat, dan salah satu akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap manusia
adalah besikap jujur karena kejujuran itu membawa kebaikan.
sebagai mana sabda Nabi SAW:
عن أبى ذرّجندب بن جنادة وأبى عبدالرحمن معاذبن جبل رضي الله تعالى عنهما عن
رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم قال: إِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
وَاَتْبِعِ السَّيِئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقٍ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ.
Artinya :”Berkata Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu’adz
r.a., RAsulullah saw. Bersabda: “Bertaqwalah pada Allah di mana saja kamu
berada dan ikutkanlah keburukan itu dengan kebaikan yang akan menghapuskannya
dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (H.R. Tirmidzi)
- Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian kejujuran membawa kebajikan?
2.
Apa dasar atau hadist tentang kejujuran?
3.
Apa manfaat kejujuran?
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Jujur
Jujur adalah
sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur
tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini maka mereka akan dapat
menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya
tahu maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu sangat mudah ditemukan
yakni masih saja banyak orang belum jujur jikadibandingkan dengan
orang yang telah jujur. Berikut ini saya akan mencoba memberikan
penjelasan sebatas kemampuan saya tetang makna dari kata jujur ini.
Kata jujuradalah kata yang digunakan untuk
menyatakan sikap
seseorang. Jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena
maka orang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau
fenomena tersebut. Jika orang itu menceritakan informasi
tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan”
(sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan
jujur.
Kejujuran
merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman
itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil
saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun
terbiasa untuk jujur.
Menjadi
orang jujur atau pendusta merupakan pilihan bagi setiap orang, dan
masing-masing pilihan memiliki konsekuensinya sendiri. Bagi orang yang memilih
menjalani hidupnya dengan penuh kejujuran dalam segala aspek kehidupannya, maka
ia akan memiliki citra yang baik di mata orang-orang yang mengenalnya.
Ketika seseorang selalu berkata jujur dan berbuat benar, maka akan
diterima ucapannya di hadapan orang-orang dan diterima kesaksiannya di hadapan
para hakim serta disenangi pembicaraanya. Sebaliknya, bagi mereka yang selalu
berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak akan memliki pandangan yang baik
oleh orang-orang di sekitarnya.
حديث عبدالله بن
مسعود رضي الله عنه عن النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم قل : إِنَّ الصِّدْقَ يَهْد
إِلَى اْلبِرِّ وَإِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِي إِلَى اْلجَنَّةِ وَ إِنَّ الرَّجُلَ
لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُوْنَ صِدِّيْقًا. وَإِنَّ اْلكِذْبَ يَهْدِي إِلَى
اْلفُجُوْرِ وَ إِنَّ اْلفُجُوْرِ يَهْدِي إِلَى النَّارِ. وَ إِنَّ الرَّجُلَ
لَيَكْذِبُ خَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا.
(أخرج البخارى فى : 78- كتاب الأدب
:69 باب قول الله تعالى : ياأيها الذين امنوااتقواالله وكونوا مع الصادقين)
Abdullah ibnu Mas’ud berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya benar
(jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga, dan
seseorang itu berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah sebagai seorang
yang siddiq (yang sangat jujur dan benar). Dan dusta menuntun kepada curang,
dan curang itu menuntun ke dalam neraka. Dan seorang yang dusta sehingga
tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
(Dikeluarkan
oleh imim Bukhari dalam kitab ”Tatakrama” bab: firman Allah Ta’ala: Hai
orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu semua
bersama orang-orang yang benar).
b.
Tinjauan
Bahasa
الصِّدْقُ : Dalam ucapan berarti lawan dari bohong Dalam niat
berarti ikhlas; dalam janji berarti menepatinya; dalam kelakuan berarti
tidak melakukan kejahatan; baik secara sembunyi-sembunyi maupun zahir. Kalau
dalam berbagai hal shiddiq (benar) Dinamakan الصِّدِّيْقُtetapi kalau
benar dalam berbagai sifat saja dinamakan الصَّادِقُ
اَلْبِِرُّ : Sebutan yang mencakup segala kebaikan
يهدي : Menuntun, membawa
اَلْفُجُو ر : Lawan (kebalikan) dari اَلْبِرُّ
c.
Penjelasan
Sebagaimana diterangkan di atas bahwa
berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di
dunia maupun di akhirat. Ia akan dimasukan ke dalam surga dan mendapat gelar
yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar.
Bahkan dalam Al-qur’an dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu
menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa:
Artinya : ”Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya,
mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”
(Q.S. Az-
Zumar : 33)
Hal itu sangat pantas diterima oleh
mereka yang jujur dan dipastikan tidak akan berhianat kepada siap saja, baik
kepada Allah SWT, sesama manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta
mengikuti segala sunah Rasulullah SAW, karena hal itu merupakan janjinya kepada
Allah ketika mengucapkan dua kalimah syahadat.
Dengan kata lain, orang jujur akan
menjadi orang yang paling taat kepada Allah SWT. Dalam sebuah riwayat disebutkan
tentang seorang badui yang meminta nasihat kepada Rasulullah SAW. Belilau hanya
berkata “jangan bohong” perkataan Rasulullah SAW terus mengiang–ngiang
ditelinga sang badui sehingga setiap kali dia akan melakukan perbuatan tercela,
dia berfikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakannya dan dia harus jujur. Dia
pun tidak jadi melakukan perbuatan terlarang tersebut. (Syafe’i: 2000: 81-84)
1. Hadits tentang kejujuran membawa
kebaikan
عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ
الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ
الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)
Artinya:
Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata,
Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidq (kejujuran) itu membawa kepada
kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak
jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan
sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke
neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt
sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih).
عن عبد الله
بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : عَلَيْكُمْ
بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلىَ البِرِّ وَإِنَّ البرَّ يَهْدِيْ
إِلىَ الجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتىَّ
يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِيْقاً وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ
يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ
كذاباً رواه مسلم .
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur
karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu
menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur
sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh
kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan
keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan
berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta”
(HR Muslim) Shohih Muslim hadits no : 6586
Perowi hadits:
Dia adalah Abu Abdurrahman Abdullah
bin Mas’ud salah seorang Assabiqun Al-awalaun (golongan yang pertama-tama masuk
Islam), termasuk kalangan sahabat utama dan ahli fiqih, hafal dari Rasulullah
saw 70 surat. Meninggal di Madinah tahun 32 H dalam usia 60 tahun
Makna Secara Umum:
Dalam hadits ini mengandung isyarat
bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi
karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha untuk dusta
maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan
berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Hadits diatas menunjukkan agungnya
perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah
serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa
orang yang dusta ke neraka.
Faedah Yang Bisa Diambil dari
Hadits:
1. Kejujuran
termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2. Diantara
petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
3. Jujur merupakan
sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4. Seorang mukmin
yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia.
5. Membimbing
rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
6. Menjawab secara
jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan
kewajiban.
7. Dusta merupakan
sifat buruk yang dilarang Islam.
8. Wajib
menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
9. Dusta merupakan
jalan yang menyampaikan ke neraka.
A. DALIL AL-QUR’AN
Dalam
AlQur’an telah di sebutkan beberapa ayat tentang kejujuran antara lain adalah:
1. Surat Al-Anfal ayat 58
Dan jika kamu khawatir akan
(terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian
itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berkhianat.
2. Surat
An-Nahl ayat 105
Sesungguhnya yang mengada-adakan
kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan
mereka Itulah orang-orang pendusta.
3. Surat
At-Taubah ayat 119
Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur
(benar)
B. DALIL AL-HADIST
Dalam Hadist Nabi Juga dimuat (dijelaskan) tentang kejujuran, antara lain adalah 1. Hadist Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud ra.
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلعم قال : ان الصدق يهدى الى البر وان البر يهدى الى الجنة وان الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا ان الكذب يهدى الى الفجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا { متفق عليه }
Dalam Hadist Nabi Juga dimuat (dijelaskan) tentang kejujuran, antara lain adalah 1. Hadist Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud ra.
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلعم قال : ان الصدق يهدى الى البر وان البر يهدى الى الجنة وان الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا ان الكذب يهدى الى الفجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا { متفق عليه }
Artinya:
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi SAW, Beliau bersabda; sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya berkata benar(jujur) sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai orang yang benar, sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan(kemaksiatan) dan keburukan itu membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim)
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi SAW, Beliau bersabda; sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya berkata benar(jujur) sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai orang yang benar, sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan(kemaksiatan) dan keburukan itu membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim)
2. Hadist
dari Abi Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA
عن ابى محمد الحسن بن على بن ابى طالب رضي الله عنهما قال : حفظت من رسول الله صلعم دع ما يريبك الى ما لا يريبك , فان الصدق طمأنينة والكذب ريبة { رواه الترمذى}
عن ابى محمد الحسن بن على بن ابى طالب رضي الله عنهما قال : حفظت من رسول الله صلعم دع ما يريبك الى ما لا يريبك , فان الصدق طمأنينة والكذب ريبة { رواه الترمذى}
Artinya:
Abi Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA, Ia berkata; Saya hafal (hadist) dari Nabi SAW, “ Tinggalkan sesuatu yang meragukan pada sesuatu yang tidak meragukan, maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan(hati) dan dusta adalah keraguan(hati)”. (HR Turmudzi
Abi Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA, Ia berkata; Saya hafal (hadist) dari Nabi SAW, “ Tinggalkan sesuatu yang meragukan pada sesuatu yang tidak meragukan, maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan(hati) dan dusta adalah keraguan(hati)”. (HR Turmudzi
Referensi:
- Minhajul Muslim, Abu Bakr Jabir al Jazairi
- Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah
- Ash shidq wa shadiqun, Ahmad bin Khalil Jum’ah
No comments:
Post a Comment