Tuesday, March 1, 2016

makalah problematika guru


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembahasan mengenai guru selalu menarik, karena ia adalah kunci pendidikan. Artinya jika guru sukses, maka kemungkinan besar murid-muridnya akan sukses. Guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-citanya di masa depan.
Terlepas dari hal itu, guru juga memiliki berbagai problematika atau masalah. Masalah guru senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat pada umumnya dan oleh ahli pendidikan khususnya. Pemerintah memandang bahwa seorang guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Guru mengemban tugas-tugas sosio kultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Demikian pula masalah guru di negara kita dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pensdidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Dalam GBHN, masalah guru mendapat prioritas dalam perencanaan sehubungan dengan persoalan-persoalan mutu dan relevansi dengan perluasan belajar.
Menurut Beeby dalam bukunya Oemar hamalik, masalah guru adalah masalah yang penting. Penting oleh sebab mutu guru turut mmenentukan mutu pendidikan. Sedangkan mutu pendidikan akan menentukan mutu generasi muda, sebagai calon warga negara dan warga masyarakat. Masalah mutu guru sangat bergantung kepada sistem pendidikan guru. Sebagaimana halnya mutu pendidikan pada umumnya, maka mutu pendidikan guru harus ditinjau dari dua kriteria pokok, yakni kriteria produk jug kriteria proses.
Produk pendidikan guru ditentukan oleh tujuan pendidikan guru yang hendak dicapai, baik tujuan intrinsik maupun tujuan ekstrinsik. Tujuan intrinsik merupakan tujuan-tujuan yang didasarkan pada sistem nilai dan kultural masyarakat. Di negara kita, falsafah pancasila dan UUD 1945 yang dituangkan da;am GBHN, dimana pendidikan guru merupakan bagian integral di dalamnya. Sedangkan tujuan ekstrinsik, mempersoalkan tujuan pendidikan, apakah sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan masyarakat. Secara spesifik, apakah pendidikan guru telah relevan dengan tuntutan kerja di sekolah tempat ia bertugas.
Kriteria melihat proses pendidikan guru dari sudut penyelenggaraan pendidikan, antara lain mermperbincangkan masalah kurikulum, alat, media, dan peranan guru yang bertugas dalam lembaga pendidikan guru. Tentu saja kurikulum dan berbagai komponen lainnya yang menunjang proses pendidikan guru, semuanya dibina dan direncanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai. Jadi, jelas antara kriteria produk dan kriteria proses harus sejalan.


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian problematika guru?
2. Bagaimana guru dan tantangan globalisasi?
3. Apa saja problematika guru secara umum?
4. Bagaimana solusi untuk menyelesaikan problematika tersebut?






BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Problematika Guru
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan, yang menimbulkan masalah, permasalahan, situasi yang dapat didefinisi sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan.  Jadi, problema adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran, baik yang datang dari individu guru (faktor eksternal) maupun dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah (faktor intern).
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang  yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla, dirumah, dan sebagainya.  Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sedangkan yang dimaksud dengan guru agama adalah "orang dewasa yang  bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan memberikan pertolongan terhadap mereka dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat  kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba atau khalifah Allah maupun sebagai makhluk sosial serta makhluk individu yang mandiri".
Jadi problematika guru adalah persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak didik hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani dalam pendidikan agama islam.

2. Guru dan Tantangan Globalisasi
Globalisasi telah  mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari arus globalisasi. Setiap individu dihadapkan pada dua pilihan, yakni di menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban dan terseret derasnya arus globalisasi. Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan dan berbagai implikasi dan dampaknya, baik positif maupun negatif. Dalam konteks ini tugas dan peranan guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan sangat berperan.
Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di dekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik  yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan  hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi.  Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental. Oleh karena itu, dibutuhkan sekolah yang unggul yang memiliki ciri-ciri:
1. Kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif dengan  kemerdekaan memimpin menuju visi keunggulan masa pendidikan.
2. Memilki visi, misi, dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas.
3. Guru-guru yang kompeten dan berjiwa kader yang senantiasa bergairah dalam melaksanakan tugas profesionalnya secara inovatif.
4. Siswa-siswa yang sibuk, bergairah, dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku pembelajaran.
5. Masyarakat dan orang tua yang berperan serta dalam menunjang pendidikan.

Beberap tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dengan  mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar. Dengan kondisi ini guru harus bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif, dan bijaksana. Responsif artinya guru harus bisa menguasai dengan baik produk iptek, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan iptek yang baik, maka guru akan tertinggal dan menjadi korban iptek serta menjadi guru yang “isoku iki”.
2. Krisis moral yang melanda bangsa negara Indonesia. Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergesaran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung tinggi moralitas kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh hibura cetak maupun elektronik yang menjurus pada hal-hal pornografi telah menjadikan remaja tergoda dengan kehidupan yang menjurus  pergaulan bebas dan materealisme. Mereka sebenarnya hanya menjadi korban dari globalisasi yang selalu menuntut kepraktisan, kesenangan belaka (hedonisme) dan budaya instant. Salah satu survei yang dilakukan sebuah lembaga di Yogyakarta menunjukan angka mengkhawatirkan, yaitu sekitar 10% siswa tingkat SMP di kota itu pernah berhubungan badan. Tentu saja hasil survei tersebut mengejutkan kita semua, mengingat rata-rata usia siswa SMP 12-15 tahun, suatu usia yang masih belum waktunya untuk melakukan suatu hubungan seperti layaknya suami istri. Disamping itu, kita mengenal bahwa Yogyakarta merupakan kota pelajar. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa arus globalisasi, terutama yang bersifat negatif, bila tidak hati-hati akan menghancurkan generasi muda dengan perilaku-perilaku menyimpang.
3. Krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dam kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Akibat perkembangan industri dan kapitalisme maka muncul masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti dan menikmati dunia industri dan kapitalisme. Mereka yang lemah secar pendidikan, akses, dan ekonomi akan menjadi korban ganasnya industrialisasi dan kapitalisme. Ini merupakan tantangan guru untuk merespons realitas ini, terutama dalam dunia pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidkan yang formal dan sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta didik  yang siap hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun.
4. Krisi identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia. Sebagai bangsa dan negara di tengah bangsa-bangsa di dunia membutuhkan identitas kebangsaan ( nasionalisme ) yang tinggi dari warga negara Indonesia. Semangat nasionalisme dibutuhkan untuk tetep eksisnya  bangsa dan negara Indonesia. Nasionalisme yang tinggi dari warga negara akan mendorong jiwa berkorban untuk bangsa dan negara sehingga akan berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Dewasa ini ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti kurang  apresiasinya generasi muda pada kebudayaan asli bangsa Indonesia, pola dan gay hidup remaja yang lebih ke barat-baratan, dan beberao indikator lainnya. Melihat realitas diatas guru sebagai penjaga nilai-nilai nasionalisme harus mampu memberikan  kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya jiwa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia. Kondisi di atas membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi kualitas  sumber daya manusia. Dibutuhkan SDM yang andal dan unggul yag bersaing dengan bangsa-bangsa lain di Dunia. dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan SDM  yang di gambarkan seperti diatas. Oleh karen itu di butuhkan  guru yang visioner, kompeten, dan berkedikasi tinggi sehingga mampu membekali peserta didik dengan sejumlah  kompetens yang diperlukan  dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.


3. Problematika Guru secara Umum
Ada beragam problem yang dihadapi oleh guru, yang secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Rendahnya penguasaan IPTEK
Memasuki era persaingan global sekarang ini, penguasaan IPTEK menyebabkan rendahnya kualitas nilai SDM. Hal ini merupakan ancaman sekaligus tantangan yang nyata bagi guru khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya dalam menjaga eksistensi guru dimasa depan.
2) Rendahnya kesejahteraan guru
Hal lain yang juga merupakan problem yang harus dihadapi oleh guru adalah rendahnya gaji guru sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya secara memadai. Seringkali orientasi kerja guru dituntut hanya semata-mata mengabdikan dirinya untuk kepentingan profesi dan mengabaikan kebutuhan dasar tersebut. Akibatnya kesejahteraan guru rendah dan timbulah keinginan memperbaiki kesejahteraan itu. Dalam keadaan seperti ini, tenaga dan pikiran guru akan lebih tersita untuk memenuhi kebutuhannya dari pada tuntutan profesinya.
3) Kurangnya minat guru dalam meningkatkan kualitas keilmuannya dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam hal ini seharusnya semua pihak memberi kelonggaran dan dukungan sepenuhnya supaya guru mendapatkan kesempatan seluas-luasnya.
4) Rendahnya minat baca.
Dengan cara menyadari tentang pentingnya pengembangan wawasan keilmuan dan pengetahuan serta kemajuan dalam dunia pendidikan sehingga guru bisa memiliki tingkat intelektual yang matang.
5) Guru seharusnya menyadari bahwa tugasnya yang utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik.
Berbagai kasus menunjukkan bahwa diantara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pelaksanaan maupun dalam evaluasi pembelajaran.
6) Aspek psikologi menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya sehingga menuntut materi yang berbeda pula.
7) Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam hal ini, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat  membimbing peserta didik secara optimal.
8) Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya dalam berbagai alasan, banyak guru mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika melakukan pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan.
9) Sering terjadi persiapan pembelajaran (Mall Educative). Banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan. Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas yang  harus dikerjakan peserta didik diluar kelas (pekerjaan rumah) namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan siswa dan mengabaikannya tanpa memberi komentar, kritik, dan saran untuk kemajuan peserta didik. Seharusnya guru menerapkan kedisiplinan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
10) Guru sering mengabaikan perbedaan individu peserta didik. Sebagaimana diketahui bahwa peserta didik memiliki perbedaan individual yang  sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang sangat variatif dan sering memperlihatkan sejumlah perilaku tampak aneh. Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang  unik, memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, inteligensi, dan daya kompetensinya.
Dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang harus menjadi hak dan kewajiban seorang guru, bahwa hak seorang guru adalah:
1) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan social.
2) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanaan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
5) Memperoleh dan memanfaatjkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
6) Memiliki kebebasan dalam penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan/sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.


4. Solusi untuk menyelesaikan problematika guru
Untuk mengatasi problematika guru di atas, diperlukan kerjasama dari kita semua untuk dapat saling membantu agar guru mampu meneliti, mendapatkan income tambahan dari keprofesionalannya, dan menyulut guru untuk kreatif dalam mengembangkan sendiri media pembelajarannya. Bila itu semua dapat terwujud, maka kualitas pendidikan kita pun akan meningkat.
Semoga guru-guru dapat mengatasi sendiri problematika yang dihadapinya. Jangan menyerah dan pasrah dengan keadaan yang ada. Justru gurulah yang harus menjadi motivator dan inspirator bagi lingkungannya. Dan untuk mengantisipasinya perlulah seorang guru memiliki profil yang mampu menampilkan sosok kualitas personal, sosial dalam menjalankan tugasnya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Problematika guru adalah persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak didik hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani dalam pendidikan agama islam.
2. Guru dan tantangan globalisasi telah  mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari arus globalisasi. Setiap individu dihadapkan pada dua pilihan, yakni di menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban dan terseret derasnya arus globalisasi. Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan dan berbagai implikasi dan dampaknya, baik positif maupun negatif. Dalam konteks ini tugas dan peranan guru sebagai ujung  tombak dunia pendidikan sangat berperan.

3. Problematika guru secara umum yaitu :
1. Rendahnya penguasaan IPTEK
2. Rendahnya kesejahteraan guru
3. Kurangnya minat guru dalam meningkatkan kualitas keilmuannya dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4. Rendahnya minat baca.
5. Guru seharusnya menyadari bahwa tugasnya yang utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik.
6. Aspek psikologi
7. Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar
8. Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien
9. Sering terjadi persiapan pembelajaran
10. Guru sering mengabaikan perbedaan individu peserta didik
4. Solusi Untuk mengatasi problematika guru di atas, diperlukan kerjasama dari kita semua untuk dapat saling membantu agar guru mampu meneliti, mendapatkan income tambahan dari keprofesionalannya, dan menyulut guru untuk kreatif dalam mengembangkan sendiri media pembelajarannya. Bila itu semua dapat terwujud, maka kualitas pendidikan kita pun akan meningkat.










DAFTAR PUSTAKA


Baharuddin, Profesi Keguruan, Malang: IKIP Malang, 1995.
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif,  Jogjakarta: DIVA Press, 2010.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta: Rosda, 2003.
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004.
Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002.
Undang-undang Republik Indonesia No14, Tahun 2005 Diakses dari; http://www.slideshare.net/srijadi/uu-no-14-2005-guru-dan-dosen.


No comments:

Post a Comment