Tuesday, March 1, 2016

makalah profil guru



A. Pendahuluan
Profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Secara khusus guru dituntut untuk memberikan layanan professional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Sehingga guru yang dikatakan professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Guru adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan paserta didiknya lebih baik dalam segala hal. Dalam islam makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangkau sekolah perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Profil seorang guru yang baik merupakan salah satu jalan untuk menjadi guru yang professional. Bagaimana dan seperti apa profil guru yang diinginkan masyarakat akan dibahas secara lebih terperinci di bab pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil seorang guru?
2. Seperti apa posisi seorang guru?
3. Bagaimana syarat-syarat menjadi seorang guru?



C. Pembahasan
1. Profil Guru
a. Pengertian Profil Guru
kata profil berasal darik italia, profilio dan profilare, yang berarti gambaran garis besar. Arti kata profil antara lain :
a. Gambaran tampang atau wajah seseorang yang dilihat dari samping. Arti ini dilihat dari dunia seni.
b. Dalam bidang komunikasi dan bahasa, berarti biografi atau riwayat hidup seseorang. Arti inilah yang digunakan dalam “membaca profil tokoh”.
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab kepada pendidikan murid murid, baik  secara individual maupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah.
Guru atau pendidik menurut stari Imam Barnadib adalah “Tiap orang yang dengan pendidik ialah  sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan. Selanjutnya ia mengemukaan bahwa  pendidik ialah (1) orang tua, (2) orang dewasa lain yang bertanggung jawab tentang kedewasaan anak.
Dengan kata lain profil guru ialah gambaran riwayat singkat seseorang  yang pekerjaannya mengajar dan ikut berperan dalam suatu pembentukan sumber daya yang potensial dibidang pembangunan pendidikan.
b. Profil Guru yang Sukses
1. Memandang bahwa pekerjaan mendidik sebagai suatu yang menarik dan menantang. Guru harus menyadari bahwa pekerjaan mendidik  harus memerlukan tanggung jawab.
2. Menganggap bahwa adanya masalah sebagai suatu yang harus ditangani dan dipecahkan. Guru tidak boleh menyerah terhadap maslah yang ada.
3. Bersedia bekerja atau melayani siswa yang lambat. Jangan smapai ada perasaan kurang nyaman dalam mengajar, hanya karena ada siswa yang lambat dalam menerima pelajaran.
4. Bersikap realistik terhadap siswa. Guru harus menyadari bagaimana kemampuan yang di miliki oleh setiap siswa.
5. Suka melakukan hubungan antar  pribadi dengan siswa. Guru yang sukses mampu untuk melakukan hubungan yang baik dengan semua siswa.
6. Memnganggap siswa sebagai pribadi yang sedang belajar. Jangan jadikan siswa sebagai beban dalam proses belajar mengajar, namun hargailah mereka sebagai individu yang sedang belajar yang memerlukan arahan dan bimbingan.
7. Hangat dan tampak istimewa dimata siswa,
8. Melihat diri sendiri sebagai  orang yang berperan memecahkan masalah yang timbul. Jangan terlalu tergantung kepada sekolah dalam menyelesaikan masalah  yang menyangkut peserta didik.
c. Profil guru masa depan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan dinegeri ini, harus terus berkelanjutan, dan jangan pernah berhenti seiring dengan perkembangan situasi atau kondisi. Ini menegaskan bahwa mutu itu dinamis, dan selalu mengikuti perubahan.
Mutu itu merupakan output dari input dan proses. Idealnya, jika input dan proses baik, maka output-nya juga akan baik. Akan jauh lebih baik lagi jika input-nya tidak begitu baik, tetapi setelah melalui proses berupah menjadi baik. Konsumen atau pemakai jasa layanan pendidikan. Pendek kata, masyarakat  sebagai konsumen pendidikan menginginkan input yang dititipkan (peserta didik) kepada sekolah, yang tadinya kurang baik menjadi baik, bahkan lebih baik lagi.
Adapun tokoh sentral yang paling berperan merubah kondisi sebagaimana dibutuhkan, tiada lain adalah guru. Singkatnya, gurulah yang paling bertanggung jawab akan hitam putihnya anak didik. Mengapa demikian, karena guru sebagai transformator sangat mengetahui anak didiknya mau dibawa kemana, sesuai dengan potensi yang dtunjukkan anak didik setelah kurun waktu tertentu. Guru juga dapat merekomendasi bahwa seorang anak didiknya; apakah cerdas dalam bahasa, matematika-logika, pemahaman ruang, kinestetik, musical, interpersonal, dan multiple intelligence.
Keseriusan pemerintah pada persoalan mutu pendidikan, terlihat dengan diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 tahun 2010 tentang penguatan kemampuan kepala sekolah dan pengawasan sekolah. Menurut Direktur Tenaga Kependidikan (2010), apabila ingin meningkatkan mutu pendidikan, maka yang harus dibenahi terlebih dahulu adalah kepala seklah dan pengawas sekolah. Itu karena melalui tangan dingin kedua komponen inilah, mutu pembelajaran dan mutu pendidikan dapat dirubah.
2. Posisi Seorang Guru
a. Guru Sebagai Contoh  (Suri Teladan)
Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik.
Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.
Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar  yang dapat ditunjukkan oleh peserta didiknya. Untuk itu, apabila seseorang ingin menjadi guru yang profesional maka sudah seharusnya ia dapat selalu meningkatkan wawasan pengetahuan akademis dan praktis melalui jalur pendidikan berjenjang ataupun up grading dan atau pelatihan yang bersifat in service training dengan dengan rekan-rekan sejawatnya.
Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan melalui peningkatan kemampuan mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang efektif dapat segera terdeteksi dan perlahan-lahan dihilangkan. Untuk itu, maka perlu adanya perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru yang diharapkan akan berpengaruh pada cara belajar siswa, diantaranya sebagai berikut:
1. Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat merasa puas dalam mengajar apabila banyak menyajikan informasi (ceramah) dan terlalu mendominasi kegiatan belajar peserta didik.
2. Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang menantang peserta untuk berfikir dan bekerja (melakukan).
3. Mengubah dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yag lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau belajar kalau ada guru.
4. Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok, percaya diri, terbuka untuk saling member dan menerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
b. Guru sebagai Model.
Salah satu tumpuan teori kognitif sosial adalah modeling. Model menjadi perhatian utama teori kognitif sosial karena pada prinsipnya pembelajaran dalam konteks ini melibatkan pengamatan terhadap model. Menurut Bandura 1977, mengatakan Segala sesuatu yang dipelajari dari pengalaman langsung juga dapat dipelajari dengan pengalaman tidak langsung, yaitu melalui modeling. Namun Bandura menunjukkan bahwa tidak semua model dapat dipelajari atau ditiru. Orang akan memilih model yang dianggap efektif dan mengabaikan model yang penampilan atau reputasinya tidak bagus.
c. Guru sebagai Cermin
Banyak hal yang kepada anak didik yang akan sempurna jika disertai dengan contoh perbuatan dan perilaku yang baik. Dengan demikian apa yang dilakukan guru dapat menjadi cermin bagi murid-muridnya. Hidayatullah dalam bukunya Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas, mengatakan bahwa cermin memiliki lima filosofi sebagai berikut:
Menerima dan menampakkan apa adanya
Cermin memiliki karakteristik bersedia menerima dan memperhatikan apa adanya. Untuk itu, guru harus memiliki sifat jujur, sederhana, objektif dan jernih.
Tempat yang tepat untk introspeksi
Karena menampilkan bayangan seseorang apa adanya, guru harus siap untuk mawas diri dan beintrospeksi.
Menerima kapan pun dan dalam keadaan apa pun
Artinya guru mesti memiliki sifat-sifat, seperti: pengabdian, setia, dan sabar.
Tidak pilih kasih atau tidak diskriminatif
Cermin memiliki sifat tidak pernah pilah-pilih. Siapa saja yang mau bercermin pasti diterima. Artinya tidak membeda-bedakan.
Pandai menyimpan rahasia
Seorang guru harus pandai menyimpan rahasia, dan juga memiliki sifat-sifat ukhuwah atau persaudaraan, peduli, kebersamaan, tidak menjatuhkan, dan tidak mempermalukan orang lain.
3. Syarat syarat Guru
1. Bertaqwa kepada Allah Swt.
Dalam hal ini mudah dipahami bahwa guru yang tidak taqwa sangat sulit  atau tidak mungkin bisa mendidik muridnya menjadi bertaqwa kepada Allah Swt.
2. Berilmu
Bahwa guru memang harus mempunyai ijazah memang benmar, akan tetapi jelas tidak cukup selembar ijazah yang tidak disertai dengan keluasan dan kedalaman ilmu pengetahuan, terutama bidang ilomu yang ditekuninya.
3. Berkelakuan baik
Mengingat tugas guru yang antara lain untuk mnge,mbangkan akhlak yang mulia. Maka sudah barang tentu ia harus memberikan contoh untuk bwerakhlak mul;ia terlebih dahulu.
4. Sehat jasmani
Kesehatan jauh lebih penting untuk dimiliki guru, namun bukan berarti kesehatan fisik atau jasmani tidak diperlukan.
Pekerjaan sebagai pendidik bukan sekedar untuk mencari nafkah, tapi juga merupakan pekerjaan layanan dalam bidang pendidikan kepada masyarakat, yang menuntut adanya pengetahuan dan keahlian khusus, karenanya pekerjaan guru dapat dikatakan  sebagai profesi. Untuk memperkuat alasan bahwa pekerjaan sebagai tenaga pendidik (guru) dapat dianggap sebagai profesi hal ini didasarkan kenyataan sebagai berikut:
1. Lapangan kerja guru atau pendidik adalah lapangan kerja yang serius dan berencana secara teliti memperhitungkan komponen komponen sistemnya yang terdiri dari komponen  input, proses, out put pemakaian yang berada dalam lingkungan tertentu.
2. Lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan memberikan konsepsi teoritis ilmu kependidikan beserta cabng cabangnya.
3. Lapangan ini membutuhkan waktu pendidikan dan latihan yang lama sejak dari pendidikan dasar sampai kepada pendidikan tingkat sarjana bahkan ditambah pula dengan pendidikan profesional.
Disamping punya kompetensi pribadi  dan sosial, seorang agar dapat  melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang  guru haruslah memiliki kemampuan  profesional, yaitu:
1. Menguasai landasan kependidikan, yang meliputi pengenalannya terhadap tujuan pendidikan, mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat, mengenal prinsip prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam PBM.
2. Menguasai bahan pengajaran, yang meliputi bahan pelajaran dalam kurikulum dan bahan pengayaan.
3. Menyusun program pengajaran, yang meliputi penetapan tujuan, memilih dan mengembangkan bahan pengajaran, strategi belajar mengajar,  media pengajaran dan memilih serta memanfaatkan sumber pengajaran.
4. Melaksanakan program pengajaran, yang meliputi penciptaan iklim belajar mengajar yang tepat, mengatur ruangan belajar dan menbgelola interaksi belajar mengajar.
5. Menilai hasil dan proses belajar  mengajar yang telah dilaksanakan,  meliputi penilaian prestasi murid untuk kepentingan pengajaran dan menilai proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
Sifat ideal yang harus dimiliki guru adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Mahmud Yunus berikut ini:
1. Menyayangi muridnya dan memperlakukan mereka seperti menyayangi dan meberlakukan seperti anaknya sendiri.
2. Hendaknya guru memberi nasehat kepada muridnya seperti melarang mereka menduduki suatu tingkat sebelum berhak mendudukinya.
3. Hendaknya guru memperingatkan muridnya bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk mendekartkan diri kepada tuhan, bukan untuk menjadi pejabat, untuk beremegah megah atau untuk bersaing.
4. Hendaknya guru melarang muridnya berkelakuan tidak baik dengan cara lemah lembut, bukan dengan cara memaki maki.
5. Hendaknya guru mengajarkan kepada murid muridnya mula mula bahan pelajaran  yang mudah dan banyak terjadi didalam masyarakat.
6. Tidak boleh guru merendahkan mata pelajaran lain yang tidak diajarkannya.
7. Hendaknya guru  mengajarkan maslah yang sesuai dengan kemampuan muridnya.
8. Hendaknya guru mendidik mujridnya supaya berfikir dan berijtihad, bukan semata mata menerima apa yang diajarkan guru.
9. Hendaknya guru mengamalkan ilmunya, jangan perkataannya berbeda dengan perbuatannya.
10. Hendaknya memberlakukan semua muridnya dengan cara adil, jangan membedakan murid atas dasar kekayaan atau kedudukan.
Kepribadian guru yang telah dewasa memiliki karakteristik, diantaranya:
1. Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dengan ciri:
a. Melaksanakan tugas secara mandiri
b. Mengambil keputusan secara mandiri, dan
c. Menilai diri sendiri (refleksi diri)
2. Memiliki etos kerja sebagai pendidik dengan ciri
a. Bekerja keras
b. Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, dan
c. Mengembangkan diri secara terus menerus sbagai pendidik.
Kepribadian guru yang arif memiliki karakteristi diantaranya:
1. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan anak didik
2. Bertindak atas dasar kemanfaatan sekolah
3. Bertindaka atas dasar kemanfaatan masyarakat
4. Menunjukkan kererbukaan dalam berfikir dan bertindak dengan menerima kritik dan saran untuk peraikan dan menempatkan diri secara proporsional.
Kepribadian memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Bertindak sesuai dengan norma  religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) yang ditandai dengan menghargai ajaran agama yang dianut maupun agama lain, menerapkan ajaran agama yang dianut, menerapkan norma kejujuran, dan menunjukkan keikhlasan.
2. Memiliki perilaku yang dapat diteladani anak didik dengan bertutur kata sopan sehingga menjadi teladan bagi anakdidik dan berperilaku terpuji sehingga menjadi teladan anak didik.
Kepribadian yang berwibawa memiliki karakteristik perilaku yang berpengaruh positif terhadap anak didik yang ditandai dengan:
a. Mengemukakan pendapat yang berpengaruh positif terhadap anak didik dan menunjukkan tindakan yang berpengaruh positif terhadap anak didik.
b. Serta memiliki perilaku yang disegani dengan berperilaku yang dihormati anak didik, berperilaku yang dihormati oleh sejawat, dan
berperilaku yang dihormati oleh masyarakat.
D. Simpulan
a. profil guru ialah gambaran riwayat singkat seseorang  yang pekerjaannya mengajar dan ikut berperan dalam suatu pembentukan sumber daya yang potensial dibidang pembangunan pendidikan.
b. Posisi Seorang Guru
Guru Sebagai Contoh  (Suri Teladan)
Guru sebagai Model.
Guru sebagai Cermin
c. Syarat syarat Guru
Bertaqwa kepada Allah Swt.
Berilmu
Berkelakuan baik
Sehat jasmani
E. Daftar Pustaka
Agus Wibowo, Hamrin. 2012.  Menjadi Guru Berkarakter, Yogyakarta: Pustaka Belajar
H. Hamzah B. Uno. 2010. Profesi Kependidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara
Joko Wahyono. 2012. Cara Ampuh Merebut Hati Murid, Jakarta: PT Glora Aksara Pratama
Mahnud Yunus. 1966. Sedjarah Pendidikan Islam, Jakarta: Mutiara
Muh. Uzer Usman. 1996.  Menjadi Guru Profesional, bandung: Remaja Rosdakarya
Nur Uhbiyati. 2001.  Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Roestiyah. 1982. Masalah Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara
Sigit Setiawan. 2013. Guruku Panutanku,Yogyakarta: Kanisius
Sutari Imam Barnadib. 1993. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi Offset
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta
Syaiful Sagala. 2009.  Kemampuan Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta

No comments:

Post a Comment