Monday, March 28, 2016

makalah asbabun nuzul

ASBABUN NUZUL
MACAM-MACAM DAN FAEDAHNYA
       I.  PENDAHULUAN
Diantara kemurahan Allah terhadap manusia adalah Dia tidak saja memberikan sifat yang bersih yang dapat membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia ke arah kebaikan, tetapi juga dari waktu ke waktu Dia mengutus seorang rasul kepada umat manusia dengan membawa kitab dari Allah, dan menyuruh mereka beribadah hanya kepada Allah saja, menyampaikan kabar gembira, dan memberikan peringatan agar menjadi bukti bagi manusia.
 "(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (An Nisaa':165).
 Perkembangan dan kemajuan berpikir manusia senantiasa disertai wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problematika yang dihadapi kaum setiap rasul, sampai perkembangan itu mengalami kematangannya. Allah menghendaki agar risalah Muhammad saw muncul di dunia ini, maka diutuslah beliau saat manusia tengah mengalami kekosongan para rasul, untuk menyempurnakan "bangunan" saudara-saudara pendahulunya (para rasul) dengan syariatnya yang universal dan abadi, serta dengan kitab yang diturunkan kepadanya, yaitu Alquran..
Al-Quran diturunkan untuk memahami petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar Quran pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah saja. Dalam penjelasan hukum-hukum dalam Al-Quran mereka menggunakan asbabun nuzul dalam mentafsilkannya.
Oleh karena itu asbabul nuzul menjadi hal yang harus dipelajari agar kita bisa lebih mengenal tentang silsilahnya dan lebih memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh lagi sehingga dalam proses mempelajarinya kita tidak menemukan kesulitan.

    II.  RUMUSAN MASALAH
  1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul ?
  2. Apakah macam-macam asbabun nuzul?
  3. Apakah faedah (manfaat) dari mempelajari asbabun nuzul ?

 III.  PEMBAHASAN
A.    Pengertian asbabun nuzul
Asbab al-nuzul secara bahasa berarti sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Quran. Al-Quran diturunkan Allah SWT kepada Muhammad secara berangsur-angsur dalam masa kurang lebih 23 tahun. Al-Quran diturunkan untuk memperbaiki aqidah, ibadah, akhlak yang sudah menyimpang dari kebenaran. Ini adalah sebab umum bagi turunnya Al-Quran.
Munurut Al-Zarqoni asbab al-nuzul adalah sesuatu kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, suatu peristiwa yang dapat dijadikan petunjuk hukum berkenaan turunnya suatu ayat.[1]
Shubhi Al-Shaleh memberikan definisi sebab al-nuzul adalah sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu atau member jawaban terhadap sebab itu.[2]
Definisi ini memberikan pengertian bahwa sebab turun suatu ayat yaitu adanya suatu kasus atau beberapa kasus yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, dan ayat-ayat itu dimaksudkan untuk memberikan penjelasan terhadap kasus itu. Jadi, ada beberapa unsur yang tidak boleh diabaikan dalam analisa asbab al-nuzul, yaitu adanya suatu kasus atau peristiwa, adanya pelaku peristiwa, adanya tempat peristiwa, dan adanya waktu peristiwa.

B.     Macam-Macam Asbab al-Nuzul
Pembagian asbab al-nuzul bisa ditinjau dari berbagai aspek. Jika ditinjau dari aspek bentuknya dibagi menjadi dua bentuk. Yang pertama, berbentuk peristiwa dan yang kedua berbentuk pertanyaan. Asbab al-nuzul yang berbentuk peristiwa ada tiga macam, yaitu pertengkaran, kesalahan yang serius, cita-cita dan harapan. Dan asbab al-nuzul yang berbentuk pertanyaan dibagi menjadi tiga macam, yaitu pertanyaan tentang masa lalu, masa yang sedang berlangsung, dan masa yang akan datang.[3]
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab al-nuzul dibagi menjadi dua, yaitu ta’addul al-asbab wa al-nazil wahid (sebab turun ayat banyak dan inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun satu) dan ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid (inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat banyak sedang sebab turunnya satu).
Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turun ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda maka kedua riwayat ini diteliti dan dianalisis. Permasalahan ada empat bentuk, yaitu:
1.      Salah satu dari keduanya shahih dan lainnya tidak.
2.      Keduanya shahih, akan tetapi salah satunya mempunyai penguat (Murajjih)
dan lainnya tidak.                                                                                                  
3.      Keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak mempunyai penguat (murajjih) dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus.
4.       Keduanya shahih, sama-sama tidak mempunyai penguat (murajjih) dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus.
Bentuk pertama diselesaikan dengan jalan mempegangi riwayat yang shahih dan menolak yang tidak shahih. Misalnya , perbedaan yang terjadi antara riwayat Bukhari Muslim dari satu pihak dan riwayat al­-Thabrani dan Ibnu Abi Syaibah dipihak lain. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Jundap, Jundap berkata: “Nabi SAW kesakitan sehingga ia tidak bangun satu atau dua malam.”  Seorang perempuan datang kepadanya dan berkata: “Hai Muhammad, saya tidak melihat setanmu kecuali ia telah meninggalkanmu.” Maka Allah menurunkan ayat-Nya:
4ÓyÕÒ9$#ur ÇÊÈ È@ø©9$#ur #sŒÎ) 4ÓyÖy ÇËÈ $tB y7t㨊ur y7/u $tBur 4n?s% ÇÌÈ

Artinya : "Demi waktu matahari sepenggalahan naik, Dan demi malam apabila Telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu" (Q.S. Ad-Dhuha : 1-3).

Sedangkan al-Thabrani dan Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Hafsh Ibn Maisarah dari ibunya (nenekya dari ibunya) dan ibunya ini pembantu Rasul SAW:
 “Sesungguhnya seekor anak anjing memasuki rumah Nabi SAW. Anak anjing itu masuk kebawah tempat tidur dan mati, maka selama empat hari Nabi SAW tidak dituruni wahyu. Maka ia (nabi) berkata: Hai Khaulah, apa yang terjadi di rumah rasulallah? Jibril tidak datang kepadaku.”  Saya berkata pada diri saya sendiri: “Sekiranya engkau persiapkan rumah ini dan engkau sapu, maka saya jangkaukan penyapu kebawah tempat tidur itu.” Maka saya mengeluarkan anak anjing tersebut. Nabi SAW pun dalam keadaan jenggotnya gemetar. Dan memang jika turun (wahyu) kepadanya ia menjadi gemetar. Maka Allah menurunkan والضحى hingga firman-Nya  فَتَرْضَى menurut al-Zarkani, kita mendahulukan riwayat yang pertama dalam menerangkan sebab turunnya ayat tersebut karena keshahihan riwayatnya dan tidak riwayat yang kedua. Sebab dalam sanad riwayat kedua terdapat periwayat yang tidak dikenal.
Bentuk kedua ialah keadaan dua riwayat itu shahih, akan tetapi salah satu diantaranya mempunyai penguat (murajjih). Penyelesaiannya adalah dengan mengambil yang kuat (rajihah). Penguat (murajjih) itu adakalanya salah satunya lebih sahih dari yang  berlangsung sebagai periwayat lainnya tidak demikian.
Bentuk ketiga ialah keshahihan dua riwayat itu sama dan tidak ditemukan penguat (murajjih) bagi salah satu keduanya. Akan tetapi, keduanya dapat di kompromikan kedua sebab itu benar terjadi dan ayat turun mengiringi peristiwa tersebut karena masa keduanya berhampiran penyelesaianya adalah dengan mengaggap terjadinya beberapa sebab bagi turunnya ayat tersebut
 Bentuk keempat ialah keadaan dua riwayat itu sahih dan keduanya tidak ada penguat (murajjih) dan tidak mungkin menjadikan keduanya sekaligus sebagai asbab al-nuzul karena waktu peristiwanya jauh berbeda. Penyelesaian masalah ini adalah dengan mengaggap berulang-ulangnya ayat itu turun sebayak asbab al-nuzulnya.

 

C.     Faedah Asbab Al-Nuzul
Asbab al-nuzul mempunyai arti penting dalam menafsirkan al-quran. Seseorang tidak akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat asbab al nuzul suatu ayat al wahidi (W.46811075), seseorang ulamak klasik dalam bidang ini mengemukakan: “pengetahuan tentang tafsir dan ayat-ayat tidak mungkin, jika tidak dilengkapi dengan pengetahuan tentang peristiwa dan penjelasan yang berkaitan dengan diturunkanya suatu ayat.”
Sebagai contoh tentang bahaya menafsirkan al-Quran tanpa mengetahui sebab turunnya ialah penafsiran Utsman Ibn Maz’un dan Ibn Mu’addi Kariba  terhadap ayat:
}§øŠs9 n?tã šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Óy$uZã_ $yJŠÏù (#þqßJÏèsÛ #sŒÎ) $tB (#qs)¨?$# (#qãZtB#uä¨r (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# §NèO (#qs)¨?$# (#qãZtB#uä¨r §NèO (#qs)¨?$# (#qãZ|¡ômr&¨r 3 ª!$#ur =Ïtä tûüÏYÅ¡ósçRùQ$# ÇÒÌÈ
Artinya: “Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertaqwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh.” ( Al-Maidah: 93)

Mereka membolehkan minum khamr berdasarkan ayat ini. Al-Syuti berkomentar bahwa sekiranya mereka mengetahui sebab turun ayat ini, tentunya mereka tidak akan mengatakan demikian. Sebab, Imam Ahmad, Al Nasa’i, dan lainnya meriwayatkan bahwa sebab turun ayat ini adalah orang-orang yang ketika khamr diharamkan mempertanyakan nasib kaum Muslimin yang terbunuh di jalan Allah sedang mereka dahulunya minum khamr.[4]
Al Zarqoni menyebutkan tujuh macam kegunaan mengetahui asbab al-nuzul.
1.      Pengetahuan sabab al nuzul membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan Allah secara khusus mensyariatkan agamaNya melalui al-Quran.
2.      Pengetahuan sabab al nuzul membantu dalam memahami ayat al-Quran dan menghindari kesulitannya.
3.      Pengetahuan sabab al nuzul dapat menolak dugaan adanya pembatasan dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung pembatasan.
4.      Pengetahuan sabab al nuzul dapat mengkhususkan hukum sebab.
5.      Dapat mengetahui pula bahw sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasibnya( yang mengkhususkan).
6.      Dapat diketahui ayat tertentu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran.
7.      Pengetahuan tentang sabab al nuzul akan mempermudah menghafal ayat-ayat al-Quran serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika ia mengetahui sebab turunnya.

 IV.  KESIMPULAN
·         Ayat-ayat dalam al-Quran dapat dikelompokkan pada dua bagian dilihat dari segi sebab diturunkannya. Sekelompok ayat diturunkan tanpa dihubungkan dengan suatu sebab-sebab secara khusus. Sekelompok ayat-ayat lainnya diturunkan atau disangkutpautkan dengan suatu sebab khusus.
·         Asbab al nuzul adalah pengetahuan tentang  sebab-sebab turunnya ayat.
·         Macam-macam asbab al-nuzul, dibagi menjadi dua aspek. Yang pertama dari aspek bentuknya dibagi menjadi dua bentuk,yaitu peristiwa dan pertanyaan.
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab al-nuzul dibagi menjadi dua, yaitu ta’addul al-asbab wa al-nazil wahid ( sebab turun ayat banyak dan inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun satu) dan ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid ( inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat banyak sedang sebab turunnya satu).
·         Al Zarqoni menyebutkan tujuh macam kegunaan mengetahui asbab al-nuzul.
1.      Pengetahuan sabab al nuzul membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan Allah secara khusus mensyariatkan agamaNya melalui al-Quran.
2.      Pengetahuan sabab al nuzul membantu dalam memahami ayat al-Quran dan menghindari kesulitannya.
3.      Pengetahuan sabab al nuzul dapat menolak dugaan adanya pembatasan dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung pembatasan.
4.      Pengetahuan sabab al nuzul dapat mengkhususkan hukum sebab.
5.      Dapat mengetahui pula bahw sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasibnya( yang mengkhususkan).
6.      Dapat diketahui ayat tertentu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran.
7.      Pengetahuan tentang sabab al nuzul akan mempermudah menghafal ayat-ayat al-Quran serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika ia mengetahui sebab turunnya.


























DAFTAR PUSTAKA

Al Suyuthi, Jalaluddin, Asbab al-Nuzul, Iskandariyah, 1990.
M. Quraish Shihab dkk, Sejarah Ulumul Quran, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1999.
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.




[1] M. Quraish Shihab dkk, Sejarah dan Ulumul Quran, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1999, hal 78
[2] Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 41
[3] Ibid, hal 77.
[4] Al Suyuthi, Jalaluddin, Asbab al-Nuzul, Iskandariyah, 1990, hlm 27-28

No comments:

Post a Comment