ASBABUN NUZUL
MACAM-MACAM DAN FAEDAHNYA
I. PENDAHULUAN
Diantara kemurahan Allah terhadap manusia adalah Dia
tidak saja memberikan sifat yang bersih yang dapat membimbing dan memberi
petunjuk kepada manusia ke arah kebaikan, tetapi juga dari waktu ke waktu Dia
mengutus seorang rasul kepada umat manusia dengan membawa kitab dari Allah, dan
menyuruh mereka beribadah hanya kepada Allah saja, menyampaikan kabar gembira,
dan memberikan peringatan agar menjadi bukti bagi manusia.
"(Mereka
kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya
rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (An
Nisaa':165).
Perkembangan dan
kemajuan berpikir manusia senantiasa disertai wahyu yang sesuai dan dapat
memecahkan problematika yang dihadapi kaum setiap rasul, sampai perkembangan
itu mengalami kematangannya. Allah menghendaki agar risalah Muhammad saw muncul
di dunia ini, maka diutuslah beliau saat manusia tengah mengalami kekosongan
para rasul, untuk menyempurnakan "bangunan" saudara-saudara
pendahulunya (para rasul) dengan syariatnya yang universal dan abadi, serta
dengan kitab yang diturunkan kepadanya, yaitu Alquran..
Al-Quran diturunkan untuk memahami petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar Quran pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah saja. Dalam penjelasan hukum-hukum dalam Al-Quran mereka menggunakan asbabun nuzul dalam mentafsilkannya.
Al-Quran diturunkan untuk memahami petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar Quran pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah saja. Dalam penjelasan hukum-hukum dalam Al-Quran mereka menggunakan asbabun nuzul dalam mentafsilkannya.
Oleh karena itu asbabul nuzul menjadi hal yang harus
dipelajari agar kita bisa lebih mengenal tentang silsilahnya dan lebih
memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh lagi sehingga dalam proses
mempelajarinya kita tidak menemukan kesulitan.
II. RUMUSAN MASALAH
- Apa pengertian dari Asbabun nuzul ?
- Apakah macam-macam asbabun nuzul?
- Apakah faedah (manfaat) dari mempelajari asbabun nuzul ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian asbabun nuzul
Asbab al-nuzul secara bahasa berarti
sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Quran. Al-Quran diturunkan Allah SWT kepada
Muhammad secara berangsur-angsur dalam masa kurang lebih 23 tahun. Al-Quran
diturunkan untuk memperbaiki aqidah, ibadah, akhlak yang sudah menyimpang dari
kebenaran. Ini adalah sebab umum bagi turunnya Al-Quran.
Munurut Al-Zarqoni asbab al-nuzul adalah
sesuatu kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, suatu
peristiwa yang dapat dijadikan petunjuk hukum berkenaan turunnya suatu ayat.[1]
Shubhi Al-Shaleh memberikan definisi
sebab al-nuzul adalah sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau
beberapa ayat yang mengandung sebab itu atau member jawaban terhadap sebab itu.[2]
Definisi ini memberikan pengertian bahwa
sebab turun suatu ayat yaitu adanya suatu kasus atau beberapa kasus yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, dan ayat-ayat itu dimaksudkan
untuk memberikan penjelasan terhadap kasus itu. Jadi, ada beberapa unsur yang
tidak boleh diabaikan dalam analisa asbab al-nuzul, yaitu adanya suatu kasus
atau peristiwa, adanya pelaku peristiwa, adanya tempat peristiwa, dan adanya
waktu peristiwa.
B.
Macam-Macam Asbab al-Nuzul
Pembagian asbab
al-nuzul bisa ditinjau dari berbagai aspek. Jika ditinjau dari aspek bentuknya
dibagi menjadi dua bentuk. Yang pertama, berbentuk peristiwa dan yang kedua
berbentuk pertanyaan. Asbab al-nuzul yang berbentuk peristiwa ada tiga macam,
yaitu pertengkaran, kesalahan yang serius, cita-cita dan harapan. Dan asbab
al-nuzul yang berbentuk pertanyaan dibagi menjadi tiga macam, yaitu pertanyaan
tentang masa lalu, masa yang sedang berlangsung, dan masa yang akan datang.[3]
Dari segi jumlah sebab
dan ayat yang turun, asbab al-nuzul dibagi menjadi dua, yaitu ta’addul al-asbab wa al-nazil wahid (sebab
turun ayat banyak dan inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok
ayat yang turun satu) dan ta’addud
al-nazil wa al-sabab wahid (inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau
sekelompok ayat banyak sedang sebab turunnya satu).
Jika ditemukan dua
riwayat atau lebih tentang sebab turun ayat dan masing-masing menyebutkan suatu
sebab yang jelas dan berbeda maka kedua riwayat ini diteliti dan dianalisis.
Permasalahan ada empat bentuk, yaitu:
1. Salah satu dari keduanya shahih dan
lainnya tidak.
2. Keduanya shahih, akan tetapi salah
satunya mempunyai penguat (Murajjih)
dan
lainnya tidak.
3. Keduanya shahih dan keduanya sama-sama
tidak mempunyai penguat (murajjih) dan tidak mungkin mengambil keduanya
sekaligus.
4. Keduanya shahih, sama-sama tidak mempunyai
penguat (murajjih) dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus.
Bentuk pertama
diselesaikan dengan jalan mempegangi riwayat yang shahih dan menolak yang tidak
shahih. Misalnya , perbedaan yang terjadi antara riwayat Bukhari Muslim dari
satu pihak dan riwayat al-Thabrani dan Ibnu Abi Syaibah dipihak lain. Bukhari
dan Muslim meriwayatkan dari Jundap, Jundap berkata: “Nabi SAW kesakitan
sehingga ia tidak bangun satu atau dua malam.”
Seorang perempuan datang kepadanya dan berkata: “Hai Muhammad, saya
tidak melihat setanmu kecuali ia telah meninggalkanmu.” Maka Allah menurunkan ayat-Nya:
4ÓyÕÒ9$#ur ÇÊÈ
È@ø©9$#ur #sÎ)
4ÓyÖy ÇËÈ
$tB
y7tã¨ur y7/u $tBur
4n?s% ÇÌÈ
Artinya : "Demi waktu matahari
sepenggalahan naik, Dan demi malam apabila Telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada
meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu" (Q.S. Ad-Dhuha :
1-3).
Sedangkan al-Thabrani
dan Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Hafsh Ibn Maisarah dari ibunya (nenekya
dari ibunya) dan ibunya ini pembantu Rasul SAW:
“Sesungguhnya seekor anak anjing memasuki
rumah Nabi SAW. Anak anjing itu masuk kebawah tempat tidur dan mati, maka
selama empat hari Nabi SAW tidak dituruni wahyu. Maka ia (nabi) berkata: Hai
Khaulah, apa yang terjadi di rumah rasulallah? Jibril tidak datang
kepadaku.” Saya berkata pada diri saya
sendiri: “Sekiranya engkau persiapkan rumah ini dan engkau sapu, maka saya
jangkaukan penyapu kebawah tempat tidur itu.” Maka saya mengeluarkan anak
anjing tersebut. Nabi SAW pun dalam keadaan jenggotnya gemetar. Dan memang jika
turun (wahyu) kepadanya ia menjadi gemetar. Maka Allah menurunkan والضحى hingga firman-Nya فَتَرْضَى menurut al-Zarkani, kita
mendahulukan riwayat yang pertama dalam menerangkan sebab turunnya ayat
tersebut karena keshahihan riwayatnya dan tidak riwayat yang kedua. Sebab dalam
sanad riwayat kedua terdapat periwayat yang tidak dikenal.
Bentuk
kedua ialah keadaan dua riwayat itu shahih, akan tetapi salah satu diantaranya
mempunyai penguat (murajjih).
Penyelesaiannya adalah dengan mengambil yang kuat (rajihah). Penguat (murajjih)
itu adakalanya salah satunya lebih sahih dari yang berlangsung sebagai periwayat lainnya tidak
demikian.
Bentuk ketiga ialah keshahihan
dua riwayat itu sama dan tidak ditemukan penguat (murajjih) bagi salah satu keduanya. Akan tetapi, keduanya
dapat di kompromikan kedua sebab itu benar terjadi dan ayat turun mengiringi
peristiwa tersebut karena masa keduanya berhampiran penyelesaianya adalah
dengan mengaggap terjadinya beberapa sebab bagi turunnya ayat tersebut
Bentuk keempat ialah keadaan dua riwayat itu
sahih dan keduanya tidak ada penguat (murajjih)
dan tidak mungkin menjadikan keduanya sekaligus sebagai asbab al-nuzul karena
waktu peristiwanya jauh berbeda. Penyelesaian masalah ini adalah dengan
mengaggap berulang-ulangnya ayat itu turun sebayak asbab al-nuzulnya.
C. Faedah Asbab Al-Nuzul
Asbab
al-nuzul mempunyai arti penting dalam menafsirkan al-quran. Seseorang tidak
akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat asbab al nuzul
suatu ayat al wahidi (W.46811075), seseorang ulamak klasik dalam bidang ini
mengemukakan: “pengetahuan tentang tafsir dan ayat-ayat tidak mungkin, jika
tidak dilengkapi dengan pengetahuan tentang peristiwa dan penjelasan yang
berkaitan dengan diturunkanya suatu ayat.”
Sebagai
contoh tentang bahaya menafsirkan al-Quran tanpa mengetahui sebab turunnya
ialah penafsiran Utsman Ibn Maz’un dan Ibn Mu’addi Kariba terhadap ayat:
}§øs9 n?tã
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
Óy$uZã_
$yJÏù (#þqßJÏèsÛ #sÎ)
$tB
(#qs)¨?$#
(#qãZtB#uä¨r (#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
§NèO (#qs)¨?$#
(#qãZtB#uä¨r §NèO (#qs)¨?$#
(#qãZ|¡ômr&¨r
3
ª!$#ur =Ïtä tûüÏYÅ¡ósçRùQ$#
ÇÒÌÈ
Artinya:
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang
saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka
bertaqwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh.” (
Al-Maidah: 93)
Mereka membolehkan
minum khamr berdasarkan ayat ini. Al-Syuti berkomentar bahwa sekiranya mereka
mengetahui sebab turun ayat ini, tentunya mereka tidak akan mengatakan
demikian. Sebab, Imam Ahmad, Al Nasa’i, dan lainnya meriwayatkan bahwa sebab
turun ayat ini adalah orang-orang yang ketika khamr diharamkan mempertanyakan
nasib kaum Muslimin yang terbunuh di jalan Allah sedang mereka dahulunya minum
khamr.[4]
Al Zarqoni
menyebutkan tujuh macam kegunaan mengetahui asbab al-nuzul.
1.
Pengetahuan
sabab al nuzul membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan Allah
secara khusus mensyariatkan agamaNya melalui al-Quran.
2.
Pengetahuan
sabab al nuzul membantu dalam memahami ayat al-Quran dan menghindari
kesulitannya.
3.
Pengetahuan
sabab al nuzul dapat menolak dugaan adanya pembatasan dalam ayat yang menurut
lahirnya mengandung pembatasan.
4.
Pengetahuan
sabab al nuzul dapat mengkhususkan hukum sebab.
5.
Dapat
mengetahui pula bahw sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hukum yang
terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasibnya( yang
mengkhususkan).
6.
Dapat
diketahui ayat tertentu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi
kesamaran.
7.
Pengetahuan
tentang sabab al nuzul akan mempermudah menghafal ayat-ayat al-Quran serta
memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika ia
mengetahui sebab turunnya.
IV.
KESIMPULAN
·
Ayat-ayat
dalam al-Quran dapat dikelompokkan pada dua bagian dilihat dari segi sebab
diturunkannya. Sekelompok ayat diturunkan tanpa dihubungkan dengan suatu
sebab-sebab secara khusus. Sekelompok ayat-ayat lainnya diturunkan atau
disangkutpautkan dengan suatu sebab khusus.
·
Asbab al
nuzul adalah pengetahuan tentang
sebab-sebab turunnya ayat.
·
Macam-macam
asbab al-nuzul, dibagi menjadi dua aspek. Yang pertama dari aspek bentuknya
dibagi menjadi dua bentuk,yaitu peristiwa dan pertanyaan.
Dari segi jumlah
sebab dan ayat yang turun, asbab al-nuzul dibagi menjadi dua, yaitu ta’addul al-asbab wa al-nazil wahid (
sebab turun ayat banyak dan inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau
sekelompok ayat yang turun satu) dan ta’addud
al-nazil wa al-sabab wahid ( inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau
sekelompok ayat banyak sedang sebab turunnya satu).
·
Al Zarqoni
menyebutkan tujuh macam kegunaan mengetahui asbab al-nuzul.
1.
Pengetahuan
sabab al nuzul membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan Allah
secara khusus mensyariatkan agamaNya melalui al-Quran.
2.
Pengetahuan
sabab al nuzul membantu dalam memahami ayat al-Quran dan menghindari
kesulitannya.
3.
Pengetahuan
sabab al nuzul dapat menolak dugaan adanya pembatasan dalam ayat yang menurut
lahirnya mengandung pembatasan.
4.
Pengetahuan
sabab al nuzul dapat mengkhususkan hukum sebab.
5.
Dapat
mengetahui pula bahw sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hukum yang
terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasibnya( yang
mengkhususkan).
6.
Dapat
diketahui ayat tertentu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi
kesamaran.
7.
Pengetahuan
tentang sabab al nuzul akan mempermudah menghafal ayat-ayat al-Quran serta
memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika ia
mengetahui sebab turunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Suyuthi, Jalaluddin, Asbab al-Nuzul, Iskandariyah, 1990.
M.
Quraish Shihab dkk, Sejarah Ulumul Quran,
Pustaka Firdaus, Jakarta, 1999.
Ramli
Abdul Wahid, Ulumul Quran, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
No comments:
Post a Comment