Tuesday, March 29, 2016

makalah tujuan pendidikan


A.    Pendahuluan
Setiap individu melakukan sesuatu pasti mempunyai tujuan, begitu juga dengan pendidikan  setiap proses yang dilakukan dalam pendidikan harus dilakukan dengan sadar dan memiliki tujuan.  Karena pada dasarnya tujuan pendidikan itu mewujudkan perubahan positif pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik perubahan tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan masyarakat  dan alam sekitarnya dimana peserta didik menjalani kehidupan.
Dalam tradisi muslim,  “ tujuan ” menduduki posisi yang teramat penting dan hal ini sangat mudah dilihat dari pelafalan niat seseorang  muslim setiap kali hendak menjalankan ibadah. Niat berarti merencanakan sesuatu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan diciptannya manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah.   Moh roqib, Ilmu penddikn  islam yogyakarta, Pt. Lkis Printing cemerlang.2009
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat,dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya pesrta didik, masyarakat, dan pekerjaan sekaligus. Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, kertampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan, untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, profesional maupun sebagai warga masyarakat.[1]
Kalau tujuan pendidikan tidak tetp maka mudah dipahami alat untuk mencapai tujuan itu tidak tetap. Dalam mencapai tujuan, PBM tidak pernah terlepas dari suatu seni atau kiat mendidik. Sebab konsep-konsep pendidikan itu tidak terlalu pas dilaksanakan di lapangan. Pendidikan sering mencari suatu strategi, pendekatan, atau siasat baru untuk mencapai cita-citanya. Disini kelompok kami akan membahas lebih lanjut tentang tujuan pendidikan.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.    Apa tujuan pendidikan secara umum?
2.    Apa tujuan pendidikan pendidikan islam?
3.    Bagaimana risalah pendidikan islam?

C.    PEMBAHASAN

1.      Tujuan  Pendidikan  Secara Umum
 Tujuan pendidikan di indonesia bisa dibaca pada GBHN, berbagai peraturan pemerintah dan undang-undang pendidikan. Pertama-tama mari kita lihat GBHN  tahun 1993. Dalam GBHN itu dijelaskan pembangunan sektor pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa.  Indikator-indikator tujuan pendidikan diatas dapat dikelompokkan menjadi empat:[2]
1.      Hubungan dengan Tuhan, ialah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha esa.
2.      Pembentyukan pribadi, mencakup berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, dan kreatif.
3.      Bidang usaha, mencakup terampil, berdisiplin, beretos kerja,, profesional, bertanggung jawab, dan produktif.
4.      Kesehatan, yang mencakup kesehatan jasmani dan rohani.
Keempat kelompok ini sudah mencakup keseluruhan perkembangan dan pertumbuhan yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Setiap orang normal membutuhkan pembetukan diri, baik dari segikepribadian, kesehatan, maupun kemampuan pertahanan hidup dan tanggung jawabnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta.
  
Dalam peraturan pemerintah republik indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat 1 disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar :[3]
1.      Kecerdasan
2.      Pengetahuan
3.      Kepribadian
4.      Akhlak mulia
5.      Keterampilan untuk hidup mandiri
6.      Mengikuti pendidikan lebih lanjut

Tujuan pendidikan menurut Al-Ghozali ada 2 yaitu :

1)      Tujuan pendidikan jangka panjang , ialah pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan dalam prosesnya harus mengarahkan manusia menuju pengenalan dan kemudian pendekatan diri kepada Tuhan pencipta alam.
2)      Tujuan pendidikan jangka pendek, ialah diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Syarat untuk mencapai tujuan itu manusia mengembangkan ilmu pengetahuan, baik yaang termasuk fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah. [4]

2.       Tujuan Pendidikan Islam

Ø  Tujuan Pendidikan
Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan islam yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan islam.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, fungsi tujuan itu ada empat macam yaitu :
1.  Mengakhiri usaha
2. Mengarahkan usaha
3. Tujuan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama.
4. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.
Sehubungan dengan itu maka tujuan mempunyai arti yang sangat penting bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, arah atau pedoman yang harus ditempuh, tahapan sasaran seta sifat dan mutu kegiatan yang dilakukan karena itu kegiatan tanpa disertai tujuan sasaran akan kabur, akibatnya program dan kegiatannya menjadi berantakan.
Dr. Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan :
1. Tujuan sementara
Tujuan sementara adalah sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat islam yang melaksanakan pendidikan islam. Tujuan sementara disini yaitu tercapainya berbagai kemampuan jasmaniah seperti pengetahuan membaca, menulis, kesusilaan, keagamaan dan sebagainya.
Kedewasaan rohaniah tercapai apabila seseorang telah mencapai kedewasaan jasmaniah.
2. Tujuan akhir
Adapun tujuan akhir pendidikan islam yaitu terwujudnya kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran islam.[5]
Ada beberapa pendapat dalam menetapkan dalam menetapkan tentang tujuan pendidikan islam. Berikut ini beberapa nukilan tentang tujuan pendidikan islam dari beberapa ahli yaitu: [6]
1.     Prof. Dr. M. Athiyah Al-Abrasyi.
“Pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan-tujuan utama dari pendidikan islam”
2.     Drs. Abd. Rahman Sholeh
Tujuan pendidikan Agama Islam ialah memberikan bantuan kepada manusia yang belum dewasa, supaya cakap menyelesaikan tugas hidupnya yang diridhoi Allah SWT, sehingga terjalinlah kebahagiaan dunia dan akhirat atas kuasanya sendiri.
3.     Drs. Ahmad D. Marimba.
Tujuan terakhir pendidikan islam ialah terbentuknya kepribadian muslim.
Memang tujuan pendidikan islam harus selaras dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT, yaitu menjadi hamba Allah dengan kepribadian muttaqin yang di perintahkan oleh Allah.
Adapun Pendapat yang lain tentang tujuan pendidikan islam menurut para ahli antara lain :[7]
1)             Naquib al-Attas menyatakan bahwa tujuan pendidikan  yang penting harus diambil dari pandangan hidup (philosopy of life). Jika pandangan hidu itu islam tujuannya adalah membentuk manusia yang sempurna (insan kamil) menurut Islam.  
2)             Abd ar-Rahman Saleh Abdullah, mengungkapkan bahwa tujuan pokok pendidikan Islam mencakup tujuan jasmaniah, tujuan rohaniah, dan tujuan mental.
3)             Muhammad Athiyah al-Abrasi merumuskan tujuan pendidikan Islam secara lebih rinci. Dia menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk akhlak mulia, persiapan menghadapi kehidupan dinia akhirat, persiapan untuk mencari rizqi, menumbuhkan semangat ilmiah, dan menyiapkan profesionalisme subjek didik.  
Jadi, semua definisi tentang tujuan pendidikan tersebut secara praktis bisa dikembangkan dan di aplikasikan dalam sebuah lembaga yang mampu mengintregasikan, menyeimbangkan, dan mengembangkan kesemuanya dalam sebuah institusi pendidikan. Indikator-indikator yang dibuat hanyalah untuk mempermudah capaian tujuan pendidikan, dan bukan untuk membelah dan memisahkan antara tujuan yang satu dengan tujuan yang lain.
Tujuan pendidikan islam secara umum adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah, dan berakhlaq terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim, mulai dari perbuatan perkataan, dan tindakan apapun yang dilakukannya dengan nilai mencari ridho Allah, memenuhi segala perintah-Nya dan menjahui segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntut dengan iman dan akhlaq terpuji. Dengan demikian, identitas muslim akan taampak dalam semua aspek kehidupannya.[8]


3.      Risalah Pendidikan Islam
 Banyak teori pendidikan sekarang yang hanya di atas kertas. Teori tinggallah teori, dan praktiknya lain lagi. Hal ini terjadi, bukan karena teori tidak bisa diterapkan, tapi mungkin karena orang yang berteori bukan dari praktisi pendidikan, bukan seorang guru yang berhadapan langsung dengan peserta didik di lapangan.

Berbeda halnya dengan Alquran. Ayat di atas bukan hanya sekedar teori an sich. Rasul Saw. sang penerjemah Alquran dalam bahasa perilaku dan gaya hidup, membuktikan secara praktikal dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Sungguh Rasul adalah guru pemaaf dan demokratis, sebagaimana tergambar dari ayat tersebut.
Dalam banyak kasus, Nabi Muhammad adalah guru pemaaf. Sebagai contoh, pada bulan syawal tahun ke-10 masa kenabian Muhammad Saw. beliau berdakwah ke kota Thaif bersama sahabatnya Zaid bin Haritsah. Sesampainya di sana, bukan malah mendapat penghargaan, malah cemoohan dan lemparan batu. Nabi Saw. terluka yang mengucurkan darah.
Dikisahkan, pada saat beliau keluar dari kota itu, dan beristirahat di suatu tempat. Nabi didatangi oleh Malaikat Jibril sembari menawarkan untuk memusnahkan kota Thaif dan penghuninya, karena mereka telah ingkar dan tidak mau untuk diajar dan diberi petunjuk. Nabi Muhammad Saw. menolak tawaran Jibril dan mengatakan, "Jangan, sesungguhnya mereka belum mengetahui."
Inilah hati seorang guru, yang memaafkan muridnya yang belum mengetahui. Nabi Muhammad tidak langsung memberikan punishment (hukuman) kepada peserta didik yang belum mengetahui dan belum diajari. Hal ini bertolak belakang dengan praktikal pendidikan yang sudah jamak. Maka wajar para peserta didik menjauh terlebih dahulu sebelum menerima materi ajar. Atau mereka benci (tidak suka dengan pelajaran) sebelum belajar. Kalau hal ini sudah terjadi maka sampai kapan pun tujuan pembelajaran tidak pernah tercapai.
Guru pemaaf sangat dibutuhkan untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, sebagaimana Nabi Saw. memaafkan masyarakat Thaif.
Nabi Muhammad juga adalah guru demokratis. Di pertengahan ayat di atas dijelaskan bahwa guru (Nabi) harus bermusyawarah, mendiskusikan secara bersama-sama dalam segala hal, sehingga tujuan yang diinginkan (dalam hal ini adalah pembelajaran) akan tercapai.

Dalam praktik kehidupan Nabi sehari-hari, banyak sekali dijumpai masyawarahnya Nabi dengan para sahabat untuk menentukan hal-hal penting. Sebagai contoh kasus pembebesan tawanan perang. Nabi Saw. mengajak Abu Bakar dan Umar bin Khaththab bermusyawarah perihal tawanan perang. Lalu Rasul memilih pendapat salah satu diantara mereka.
Dalam kasus lain, ketika Rasul memilih tempat strategis untuk peristirahatan pasukan perang. Lalu salah seorang sahabat tidak setuju, dan memilih tempat lain. Rasul pun ikut pilihan sahabat tersebut.
Ini semua artinya, bahwa Rasul, walau pun ia adalah utusan Allah, mendapat wahyu langsung dari yang Mahabenar, namun ia masih mau bermusyawarah, bertukar pikiran, dan memilih pendapat orang lain.
Begitulah seharusnya seorang guru. Walau pun sudah lama dan banyak membaca, namun jangan malu mengajak peserta didik untuk bertukar pikiran, atau bahkan menjadikan pendapat mereka sebagai pilihan. Hal ini akan membuat peserta didik merasa dihargai, sehingga memacunya untuk terus belajar dan mencari.[9]

D.    Kesimpulan
Dari pemaparan di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
Ø  Indikator-indikator tujuan pendidikan diatas dapat dikelompokkan menjadi empat:
·                Hubungan dengan Tuhan
·                Pembentyukan pribadi 
·                Bidang usaha
·                Kesehatan
Ø  Tujuan pendidikan islam secara umum adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah, dan berakhlaq terpuji.







DAFTAR PUSTAKA
Abidin ibnu Rusn, Pemikiran Al-ghozali Tentang Pendidikan, Pustaka Pelajar Offset, yogyakarta; 1998,
H. Abu Ahmadi,dkk, Ilmu Pendidikan, PT.Rineka Cipta, jakarta;1991
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Rineka Cipta;  2007

Made Pidarta, Landasan Kependidikan , PT.  Rineka cipta, Jakarta;  1997
Moh Rokib, Ilmu Pendidikan Islam, LkiS , Yogyakarta;  2009
Nana syaodih sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT.remaja rosdakarya,
bandung; 2003



[1] Nana syaodih sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT.remaja rosdakarya, bandung; 2003 hal. 4

[2]  Made Pidarta, Landasan Kependidikan , PT.  Rineka cipta, Jakarta;  1997, hal.11-12


[3]  Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Rineka Cipta;  2007 hal.12

[4] Abidin ibnu Rusn, Pemikiran Al-ghozali Tentang Pendidikan, Pustaka Pelajar Offset, yogyakarta; 1998, hal.  57-59




[5]http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/hakikat-dan-tujuan-pendidikan-islam.html
 
[6] H. Abu Ahmadi,dkk, Ilmu Pendidikan, PT.Rineka Cipta, jakarta;1991 hal.112

[7] Moh Rokib, Ilmu Pendidikan Islam, LkiS , Yogyakarta;  2009,  hal.30

[8] Ibid, hal.31

[9] http://muharjah.blogspot.com/2011/02/merindu-guru-pemaaf-dan-demokratis.html

No comments:

Post a Comment