A.
Pendahuluan
Setiap individu melakukan sesuatu pasti
mempunyai tujuan, begitu juga dengan pendidikan setiap proses yang dilakukan dalam pendidikan harus
dilakukan dengan sadar dan memiliki tujuan.
Karena pada dasarnya tujuan pendidikan itu mewujudkan perubahan positif
pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik perubahan tingkah
laku individu dan kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana peserta didik
menjalani kehidupan.
Dalam tradisi muslim, “ tujuan ” menduduki posisi yang teramat
penting dan hal ini sangat mudah dilihat dari pelafalan niat seseorang muslim setiap kali hendak menjalankan ibadah.
Niat berarti merencanakan sesuatu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan diciptannya manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah. Moh
roqib, Ilmu penddikn islam yogyakarta,
Pt. Lkis Printing cemerlang.2009
Perbuatan mendidik diarahkan pada
pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini
bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat,dan
tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya pesrta didik, masyarakat, dan
pekerjaan sekaligus. Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan
pengetahuan, kemampuan, kertampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam
rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini
dibutuhkan, untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi,
sebagai siswa, karyawan, profesional maupun sebagai warga masyarakat.[1]
Kalau tujuan pendidikan tidak tetp maka
mudah dipahami alat untuk mencapai tujuan itu tidak tetap. Dalam mencapai
tujuan, PBM tidak pernah terlepas dari suatu seni atau kiat mendidik. Sebab
konsep-konsep pendidikan itu tidak terlalu pas dilaksanakan di lapangan.
Pendidikan sering mencari suatu strategi, pendekatan, atau siasat baru untuk
mencapai cita-citanya. Disini kelompok kami akan membahas lebih lanjut tentang
tujuan pendidikan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa tujuan
pendidikan secara umum?
2.
Apa tujuan
pendidikan pendidikan islam?
3. Bagaimana
risalah pendidikan islam?
C.
PEMBAHASAN
1. Tujuan
Pendidikan Secara Umum
Tujuan
pendidikan di indonesia bisa dibaca pada GBHN, berbagai peraturan pemerintah
dan undang-undang pendidikan. Pertama-tama mari kita lihat GBHN tahun 1993. Dalam GBHN itu dijelaskan
pembangunan sektor pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas manusia
indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha
Esa. Indikator-indikator tujuan
pendidikan diatas dapat dikelompokkan menjadi empat:[2]
1. Hubungan
dengan Tuhan, ialah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha esa.
2. Pembentyukan
pribadi, mencakup berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, dan kreatif.
3. Bidang
usaha, mencakup terampil, berdisiplin, beretos kerja,, profesional, bertanggung
jawab, dan produktif.
4. Kesehatan,
yang mencakup kesehatan jasmani dan rohani.
Keempat kelompok ini sudah mencakup
keseluruhan perkembangan dan pertumbuhan yang harus dilakukan oleh setiap
manusia. Setiap orang normal membutuhkan pembetukan diri, baik dari
segikepribadian, kesehatan, maupun kemampuan pertahanan hidup dan tanggung
jawabnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta.
Dalam peraturan pemerintah republik
indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat
1 disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar :[3]
1. Kecerdasan
2. Pengetahuan
3. Kepribadian
4. Akhlak
mulia
5. Keterampilan
untuk hidup mandiri
6. Mengikuti
pendidikan lebih lanjut
Tujuan
pendidikan menurut Al-Ghozali ada 2 yaitu :
1)
Tujuan
pendidikan jangka panjang , ialah pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan
dalam prosesnya harus mengarahkan manusia menuju pengenalan dan kemudian pendekatan
diri kepada Tuhan pencipta alam.
2)
Tujuan
pendidikan jangka pendek, ialah diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat
dan kemampuannya. Syarat untuk mencapai tujuan itu manusia mengembangkan ilmu
pengetahuan, baik yaang termasuk fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah. [4]
2. Tujuan Pendidikan Islam
Ø Tujuan
Pendidikan
Tujuan
adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang
melakukan suatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan islam yaitu sasaran yang
akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan
islam.
Menurut
Drs. Ahmad D. Marimba, fungsi tujuan itu ada empat macam yaitu :
1.
Mengakhiri usaha
2. Mengarahkan usaha
3. Tujuan merupakan titik pangkal untuk mencapai
tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama.
4. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.
Sehubungan dengan itu maka tujuan mempunyai arti yang
sangat penting bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, arah atau pedoman
yang harus ditempuh, tahapan sasaran seta sifat dan mutu kegiatan yang
dilakukan karena itu kegiatan tanpa disertai tujuan sasaran akan kabur,
akibatnya program dan kegiatannya menjadi berantakan.
Dr. Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan :
1. Tujuan sementara
Tujuan sementara adalah sasaran sementara yang harus dicapai
oleh umat islam yang melaksanakan pendidikan islam. Tujuan sementara disini
yaitu tercapainya berbagai kemampuan jasmaniah seperti pengetahuan membaca,
menulis, kesusilaan, keagamaan dan sebagainya.
Kedewasaan rohaniah tercapai apabila seseorang telah
mencapai kedewasaan jasmaniah.
2.
Tujuan akhir
Adapun
tujuan akhir pendidikan islam yaitu
terwujudnya kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya
merealisasikan atau mencerminkan ajaran islam.[5]
Ada
beberapa pendapat dalam menetapkan dalam menetapkan tentang tujuan pendidikan
islam. Berikut ini beberapa nukilan tentang tujuan pendidikan islam dari
beberapa ahli yaitu: [6]
1. Prof.
Dr. M. Athiyah Al-Abrasyi.
“Pembentukan moral yang
tinggi adalah tujuan-tujuan utama dari pendidikan islam”
2. Drs.
Abd. Rahman Sholeh
Tujuan pendidikan Agama
Islam ialah memberikan bantuan kepada manusia yang belum dewasa, supaya cakap
menyelesaikan tugas hidupnya yang diridhoi Allah SWT, sehingga terjalinlah
kebahagiaan dunia dan akhirat atas kuasanya sendiri.
3. Drs.
Ahmad D. Marimba.
Tujuan terakhir
pendidikan islam ialah terbentuknya kepribadian muslim.
Memang
tujuan pendidikan islam harus selaras dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT, yaitu menjadi hamba Allah
dengan kepribadian muttaqin yang di perintahkan oleh Allah.
Adapun Pendapat yang
lain tentang tujuan pendidikan islam menurut para ahli antara lain :[7]
1)
Naquib al-Attas
menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang
penting harus diambil dari pandangan hidup (philosopy
of life). Jika pandangan hidu itu islam tujuannya adalah membentuk manusia
yang sempurna (insan kamil) menurut
Islam.
2)
Abd ar-Rahman
Saleh Abdullah, mengungkapkan bahwa tujuan pokok pendidikan Islam mencakup
tujuan jasmaniah, tujuan rohaniah, dan tujuan mental.
3)
Muhammad Athiyah
al-Abrasi merumuskan tujuan pendidikan Islam secara lebih rinci. Dia menyatakan
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk akhlak mulia, persiapan
menghadapi kehidupan dinia akhirat, persiapan untuk mencari rizqi, menumbuhkan
semangat ilmiah, dan menyiapkan profesionalisme subjek didik.
Jadi, semua definisi tentang tujuan
pendidikan tersebut secara praktis bisa dikembangkan dan di aplikasikan dalam
sebuah lembaga yang mampu mengintregasikan, menyeimbangkan, dan mengembangkan
kesemuanya dalam sebuah institusi pendidikan. Indikator-indikator yang dibuat
hanyalah untuk mempermudah capaian tujuan pendidikan, dan bukan untuk membelah
dan memisahkan antara tujuan yang satu dengan tujuan yang lain.
Tujuan pendidikan islam secara umum
adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh
imannya, taat beribadah, dan berakhlaq terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam
kehidupan setiap muslim, mulai dari perbuatan perkataan, dan tindakan apapun
yang dilakukannya dengan nilai mencari ridho Allah, memenuhi segala
perintah-Nya dan menjahui segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk
melaksanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial,
perlu dipelajari dan dituntut dengan iman dan akhlaq terpuji. Dengan demikian,
identitas muslim akan taampak dalam semua aspek kehidupannya.[8]
3. Risalah
Pendidikan Islam
Banyak teori pendidikan sekarang yang hanya di atas kertas. Teori tinggallah
teori, dan praktiknya lain lagi. Hal ini terjadi, bukan karena teori tidak bisa
diterapkan, tapi mungkin karena orang yang berteori bukan dari praktisi
pendidikan, bukan seorang guru yang berhadapan langsung dengan peserta didik di
lapangan.
Berbeda halnya dengan Alquran.
Ayat di atas bukan hanya sekedar teori an sich. Rasul Saw. sang
penerjemah Alquran dalam bahasa perilaku dan gaya hidup, membuktikan secara
praktikal dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Sungguh Rasul adalah guru
pemaaf dan demokratis, sebagaimana tergambar dari ayat tersebut.
Dalam banyak kasus, Nabi Muhammad
adalah guru pemaaf. Sebagai contoh, pada bulan syawal tahun ke-10 masa kenabian
Muhammad Saw. beliau berdakwah ke kota Thaif bersama sahabatnya Zaid bin
Haritsah. Sesampainya di sana, bukan malah mendapat penghargaan, malah cemoohan dan
lemparan batu. Nabi Saw. terluka yang mengucurkan darah.
Dikisahkan, pada saat beliau
keluar dari kota itu, dan beristirahat di suatu tempat. Nabi didatangi oleh
Malaikat Jibril sembari menawarkan untuk memusnahkan kota Thaif dan
penghuninya, karena mereka telah ingkar dan tidak mau untuk diajar dan diberi
petunjuk. Nabi Muhammad Saw. menolak tawaran Jibril dan mengatakan,
"Jangan, sesungguhnya mereka belum mengetahui."
Inilah hati seorang guru, yang
memaafkan muridnya yang belum mengetahui. Nabi Muhammad tidak langsung
memberikan punishment (hukuman) kepada peserta didik yang belum
mengetahui dan belum diajari. Hal ini bertolak belakang dengan praktikal
pendidikan yang sudah jamak. Maka wajar para peserta didik menjauh terlebih
dahulu sebelum menerima materi ajar. Atau mereka benci (tidak suka dengan
pelajaran) sebelum belajar. Kalau hal ini sudah terjadi maka sampai kapan pun
tujuan pembelajaran tidak pernah tercapai.
Guru pemaaf sangat dibutuhkan
untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, sebagaimana Nabi Saw.
memaafkan masyarakat Thaif.
Nabi Muhammad juga adalah guru
demokratis. Di pertengahan ayat di atas dijelaskan bahwa guru (Nabi) harus
bermusyawarah, mendiskusikan secara bersama-sama dalam segala hal, sehingga
tujuan yang diinginkan (dalam hal ini adalah pembelajaran) akan tercapai.
Dalam praktik kehidupan Nabi
sehari-hari, banyak sekali dijumpai masyawarahnya Nabi dengan para sahabat
untuk menentukan hal-hal penting. Sebagai contoh kasus pembebesan tawanan
perang. Nabi Saw. mengajak Abu Bakar dan Umar bin Khaththab bermusyawarah
perihal tawanan perang. Lalu Rasul memilih pendapat salah satu diantara mereka.
Dalam kasus lain, ketika Rasul
memilih tempat strategis untuk peristirahatan pasukan perang. Lalu salah
seorang sahabat tidak setuju, dan memilih tempat lain. Rasul pun ikut pilihan
sahabat tersebut.
Ini semua artinya, bahwa Rasul,
walau pun ia adalah utusan Allah, mendapat wahyu langsung dari yang Mahabenar,
namun ia masih mau bermusyawarah, bertukar pikiran, dan memilih pendapat orang
lain.
Begitulah seharusnya seorang
guru. Walau pun sudah lama dan banyak membaca, namun jangan malu mengajak
peserta didik untuk bertukar pikiran, atau bahkan menjadikan pendapat mereka sebagai
pilihan. Hal ini akan membuat peserta didik merasa dihargai, sehingga memacunya
untuk terus belajar dan mencari.[9]
D.
Kesimpulan
Dari
pemaparan di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
Ø Indikator-indikator
tujuan pendidikan diatas dapat dikelompokkan menjadi empat:
·
Hubungan dengan
Tuhan
·
Pembentyukan
pribadi
·
Bidang usaha
·
Kesehatan
Ø Tujuan
pendidikan islam secara umum adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi
hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah, dan berakhlaq terpuji.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin ibnu Rusn, Pemikiran Al-ghozali Tentang Pendidikan,
Pustaka Pelajar Offset, yogyakarta; 1998,
H.
Abu Ahmadi,dkk, Ilmu Pendidikan,
PT.Rineka Cipta, jakarta;1991
Made
Pidarta, Landasan Kependidikan,
Rineka Cipta; 2007
Made Pidarta, Landasan Kependidikan , PT. Rineka cipta, Jakarta; 1997
Moh Rokib, Ilmu Pendidikan Islam, LkiS , Yogyakarta; 2009
Nana syaodih
sukmadinata, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, PT.remaja rosdakarya,
bandung; 2003
[1] Nana syaodih sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT.remaja
rosdakarya, bandung; 2003 hal. 4
[4]
Abidin ibnu Rusn, Pemikiran Al-ghozali Tentang Pendidikan, Pustaka Pelajar Offset, yogyakarta;
1998, hal. 57-59
[5]http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/hakikat-dan-tujuan-pendidikan-islam.html
[8]
Ibid, hal.31
No comments:
Post a Comment