A. PENDAHULUAN
Agama Hindu adalah suatu agama yang lahir dan berkembang di India,
jauh beratus tahun sebelum Masehi. Dipandang dari sudut ethnology (ilmu
bangsa-bangsa), penduduk India merupakan campuran antara penduduk asli yang
disebut dengan bangsa Dravida dengan suku pendatang yang berasal dari sebelah
utara, yaitu bangsa Aria yang merupakan rumpun dari Jerman yang disebut juga
Indo Jerman.
Agama Hindu merupakan agama ketiga terbesardi dunia setelah Kristen
dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 milyar jiwa. Penganut agama ini
sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90%
penganut Agama Hindu.
Bangsa Aria yang memisahkan diri dari induk bangsanya masuk ke
India antara tahun 2000-1000 sebelum Masehi. Setelah datang ke India mereka
menetap di sekitar lembah atau sungai Gangga yang juga dihuni oleh penduduk
asli. Bangsa Aria berkulit Putih, berbadan tegap, hidung melengkung sedikit,
namun peradabannya lebih rendah dari suku bangsa Dravida.
Akibat dari pembauran tersebut, maka terjadilah peleburan dua
kebudayaan yang berbeda, yang kemudian melahirkan kebudayaan Hindu dan nantinya
melahirkan agam Hindu. [1]
B. Permasalahan
1.
Bagaimana Historis Ajaran Agama Hindu?
2.
Bagaimana pembawa kitab suci dan Sakramen Agama Hindu?
3.
Bagaimana Persepektif Islam Tentang Agama Hindu?
C. PEMBAHASAN
1.
Historis ajaran
Agama Hindu
Agama Hindu merupakan suatu fase perkembagan agama di India yang
berkembang dan dikenal sampai sekarang ini. Agama ini dapat dikatakan suatu
hasil evolusi dari agama yang dibawa oleh bangsa Aria dengan peradaban bangsa
Dravida yang dalam perkembangannya mengalami beberapa proses. Yaitu proses
agama Weda, berkembang menjadi agama Brahma dan selanjutnya menjelma menjadi
agama Hindu seperti yang dikenal sekarang ini, ada juga yang menamainya dengan
masa agama Upanishad.[2]
Karena dalam perjalanan sejarah agama Hindu dapat dibagi menjadi tiga periode:
1. Periode Agama Weda
Periode ini diperkirakan berkembang sejak masuknya bangsa Aria ke
India sampai tahun 1500 sebelum Masehi. Pada zaman ini hidup keagamaan orang
Hindu didasarkan kepada kitab weda samhita yang berarti pengumpulan weda.
Kata weda berasal dari “wid” yang artinya tahu. Menurut
tradisi Hindu kitab weda merupakan buah ciptaan dewa Brahma sendiri. Isinya
diwahyukan oleh dewa Brahma kepada para reshi dan para pendeta dalam
bentuk mentera-mantera yang kemudian disusun sebagai puji-pujian oleh para reshi.
Selanjutnya Adjiddan Noor menambahkan bahwa kitab weda ini
mulai diubah, hanya saja dapat diketahui bahwa sebagian nyanyian-nyanyiannya
mulai dikumpulkan kira-kira tahun 1500-600 sebelum Masehi. Sebelumnya kitab
weda diwariskan dari lisan ke lisan atau dihafal orang.
Kitab weda terdiri dari 4 (empat) kumpulan, yakni: pertama Rig
Weda. Kedua Sama Weda. Ketiga Yajur Weda dan keempat
adalah Atharwa Weda.
Rig Weda
berisi mantera-mantera dalam bentuk nyanyian digunakan untuk mengundang para
dewa agar hadir pada upacara-upacara korban yang dipersembahkan kepada mereka
(dewa-dewa). Imam-imam atau pendeta-pendeta yang mengajukan pujian ini disebut:
Hotr.
Sama Weda
hampir sama dengan Rig Weda, hanya diberi “sama” atau lagu. Imam atau pendeta
yang menyanyikannya disebut Udgtr.
Yajur weda
berisi yajur atau rapal. Rapal tersebut dipakai untuk mengubah korban
menjadi makanan pada dewa. Pendeta atau imamnya disebut Adwaryu.
Sedangkan Atharwa weda, berisi mantera-mantera khusus untuk
menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, dan sebagainya. Kegiatan ini
dipimpin oleh Atharwan (golongan pendeta).
Kitab weda hanya boleh dipelajari oleh golongan Brahmana,
Kesatria, dan Waisya. Sedangkan bagi golongan lain tidak diperkenankan
membacanya. Kitab weda ditulis dalam bahsa Sansekerta.
2. Periode Agama Brahma
Periode ini berkembang diperkirakan antara athun 1500-500 sebelum
Masehi. Karena itu agama ini dikatakan kelanjutan dari agama weda. Kehidupan
beragama pada periode ini didasarkan pada kitab Brahma, yaitu bagian ke dua
kitab weda yang kedua. Kitab ini ditulis oleh para iman Brahmana dalam bentuk
prosa. Isinya memberikan keterangan tentang korban, membicarakan nilai serta
mencoba mencari asal-usul korban.
Adapun ciri-ciri zaman ini antara lain: pertama; korban
mendapat tekanan yang besar, kedua; para Brahmana mendapat kekuasaan
yang lebih besar, ketiga; berkembangnya kasta dan asrama, keempat;
dewa-dewa berubah perangainya, dan kelima; timbulnya kitab Sutra.
Berikut ini penulis singgung sedikit masalah korban, kasta, dan
asrama.
a.
Korban
Pada zaman weda korban masih
menjadi alat untuk mempengaruhi para dewa, agar mereka (para dewa) berkenan
menolong kehidupan mereka. Di samping itu korban juga digunakan untuk memaksa
dewa menolong manusia. Jadi korban dipandang memiliki magis (kekuatan) yang
lebih dari pada dewa. Fungsi korban diperbesar/diperluas sehingga menjadi alat
untuk memperoleh kekuasaan baik di dunia maupun di akhirat, atas yang tampak
dan tidak tampak, atas yang bernyawa atau tidak.
b.
Kasta
Kasta adalah statatifikasi masyarakat india pada
masa lampau yaitu produk sosial historis masyarakat yakni membeda-bedakan
harkat martabat manusia berdasarkan
keturunan. Dalam agama Brahma mengenal adanya kasta yaitu kasta Brahmana yaitu kasta tertinggi terdiri dari
pendeta dan ulama’, Ksatria terdiri
dari prajuit,bangsawan dan raja,Waisya
terdiri dari kaum buruh,petani dan saudagar, dan Sudra terdiri dari hamba sahaya dan orang-orang hina.
[3]
c. Asrama
Asrama adalah tingkatan hidup. Dalam agama Brahmana disebutkan
adanya empat tingkat hidup yang harus diakui oleh penganutnya.[4]
a)
Brahmacarin (anak akan meninggalkan rumah menuju ketempat guru sebagai siswa).
b)
Grhata, anak sudah dewa dan masuk hidup perkawinan.
c)
Vanaprastha (pada usia lanjut, orang pergi kehutan, segala urusan rumah tangga
diserahkan kepada anak laki=laki dan ada kalanya ia masuk hutan beserta
istrinya)
d)
Sanyasin tingkat pertama yang telah terlepas dari kehidupan dunia, meskipun
ia masih hidup di dunia
3. Periode Agama Hindu
Periode ini di mulai pada masa tarih Masehi sampai sekarang ini.
Abdul Manaf dalam bukunya sejarah agama-agama menyebutnya masa agama
hindu ini dengan masa agama Upanishad.
Setelah mereka pergi ke hutan untuk mendalami ilmu dan dapat
memahami kitab dengan lebih mendalam, maka akhirnya muncul renungan-renungan
yang filosofis dan akhirnya muncul kitab yang bernama Aranyaka
(kitab-kitab rimba).
Upanishad (Upani=di dekat, shad=duduk) jadi Uphanishad artinya duduk bersimpuh
di dekat guru untuk dapat mendengarkan wejangan-wejangan filosofis tentang
hakikat Atman dan di dalamnya di uraikan hubungan Atman dengan Brahman.[5]
2.
Pembawa Kitab Suci, Sakramen, Hukum Agama Hindu
Dalam
hinduisme,sakramen yang paling penting untuk anak laki-laki Upanayana, “pengenalan pada
pengetahuan”,sebab dengan ini anak memperoleh hak untuk mempelajari kitab-kitab
suci hindu.upacara ini diselengarakan pada saat usia delapan tahun bagi kasta brahmana,usia sebelas tahun bagi
kasta ksatria, dan usia dua belas tahun bagi kasta vaisya.kemudian si anak
didandani memakai baju khusus kemudian disuruh duduk di belakang api suci
dengan pemimpin upacara (pendeta), pemimpin upacara lalu menyerahkan tongkat dan
menobatkan pemuda itu dengan tali rangkap tiga yang dililitkan
melalui bahu kiri dan di bawah lengan
kanan. Kemudian pemimpin mengadakan
dialog tentang permintaan dan
perlindungan Dewi Safitri,sambil meletakan tangan bahu si anak dan menyentuh hati dan pusar dan kemudia si anak
memperoleh kelahiran dua kali (dvija). Dvija ini memberikan makna
bawasanya seorang pemuda ini nantinya diangkat disitus illahi
yang lebih tinggi.[6]
Dalam ajaran hindu identik dengan hukum karma
yaitu amal perbuatan manusia dan akibatnya, atau hukum pembalasan. Tiap-tiap
perbuatan mempunyai akibat,perbuatan baik akibatnya baik ,perbuatan buruk
akibatnya buruk. Seluruh perbuatan yang dilakukan hidup ini merupakan rangkaian sebab dari pada kehidupan alam berikutnya,yang harus
dijalankan di dunia ini pula dengan dilahirkan kembali (reincarnasi),mederita atau mati (Abu Ahmadi,1991).
Orang
hindu beranggapan bahwa orang mati itu rohnya sementara waktu masuk surga atau
neraka, kemudian lahir lagi ke bumi dengan wujud yang lain, wujud baru itu
tergantung karmanya.wujud barunya bisa jadi tidak sesuai dengan wujud awal
misalnya berupa batu,tumbuh-tumbuhan
hewan atau manusia, mungkin juga dewa.Kelahiran
kembali (reincarnasi) ini
berlangsung terus menerus sesuai dengan hukum karma.[7]
3.
Pandangan agama islam tentang agama hindu
1.
Tentang
ketuhan
Sejak
1.500 SM hingga sekarang orang india atau orang-orang yang beragama Hindu umumnya
tengelam dalam penyembahaan berhala dan dewa-dewa. Menurut istilah penyembahan
semacam itu disebut animisme yakni
anggapan adanya roh pada setiap benda mati. Perbuatan tersebut dalam islam
disebut pebuatan syirik,sedangkan orangnya disebut musyrik.[8]
Ditegaskan
dalam al-quran bahwa manusia dilarang
menyembah apapun kecuali ALLAH SWT. Berikut termuat dalam firman Nya
QS.Al-ikhlas 1-5:
ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ öNs9 ô$Î#t öNs9ur ôs9qã ÇÌÈ öNs9ur `ä3t ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak
dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia."
2.
Terhadap
hukum karma dan rencarnasi
Hukum
karma atau hukum akibat (the law of cause and offect),yang maksudnya segala
amal ada buahnya,hal ini dalam islam serupa tapi tidak sama. Dalam agama hindu
orang masug surga adalah tidak kekal,tetapi hanya sementara saja.misalnya
perbuatan amal baik manusia 20 tahun didunia
akan mendapat balasan juga hanya 20 tahun saja. Tetapi menurut islam
,orang yang masug surga atau neraka dapat dapat kekal selama-lamanya,walaupun
kadang –kadang harus mampir ke neraka
sebab berlakunya hukum itu ada di tanggan Allah SWT.
Mengenai rencarnasi
agama hindu mengajarkan bahwa manusia
yang lahir di dunia ini ,baik yang kaya dan orang miskin,buta ,tuli,bisu
dllitu semuanya itu semuanya adalah buah perbuatannya di waktu yang dulu.
Sedangkan dalam islam anggapan semacam itu tidak ada.Puah perbuatan manusia itu
akan dirasakan besok di alam akhirat.di situ manusia akan mendapatkan
pembalasan berupa amal baik ataukah buruk
senyata-nyatanya.[9]
3.
Tentang
Kasta
Agam
hindu mengenal empat kasta,yaitu penggolongan klasifikasi tingkatan tertinggi
,hingga tingkatan terrendah.Tetapi dalam islam tidak ada aturan itu. Menurut
islam seorang muslim adalah saudara
muslim seagama,senasip dan sepenaggungan dan mempunyai hak-hak yang sama tidak
pandang kaya ,miskin,kulit hitam kulit putih dll.
Perbedaan
ini dalm islam seorang musliim perbedaanya terletak pada ketaqwaanya saja,yang paling taqwa
dialah yang paling mulia disisi ALLAH SWT.yang hal ini telah dijelaskan Allah
dalam surat Nya QS Al Hujarat ayat 10 dan 13:
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.[10]
D.
ANALISIS
Menurut analisis
kami,orang-orang pemeluk agama Hindu umumnya tengelam dalam penyembahaan
berhala dan dewa-dewa. penyembahan semacam itu disebut animisme yakni anggapan adanya roh pada setiap benda mati.
Perbuatan tersebut dalam islam disebut pebuatan syirik. Kami juga beranggapan
Hindu sendiri merupakan tergolong dalam aliran politeisme karena memuja banyak dewa,namun
tidaklah sepenuhnya demikian,dalam agama hindu dewa bukanlah tuhan tetapi
menurut umat hindu tuhan itu Yang Maha Esa tiada duanya. Hal ini ditegaskan
dalam ajaran filsafat hindu Adwaita Wedanta bawasanya ada satu kekuatan yang
menjadi sumber yang ada yaitu Brahma yang memanifestasikan Diri Nya kepada
manusia dalam beragam bentuk.Terhadap hukum karma dan rencarnasi menurut islam
,orang yang masug surga atau neraka dapat kekal selama-lamanya,walaupun kadang
–kadang harus mampir ke neraka sebab berlakunya
hukum itu ada di tangan Allah SWT.
E.
KESIMPULAN
1. Sejarah perkembangan agama Hindu dapat
diklasifikasikan menjadi empat periode yaitu:
1)
Periode Weda
Periode
ini diperkirakan berkembang sejak masuknya bangsa Aria ke India sampai tahun
1500 sebelum Masehi.
2)
Periode Agama Brahma
Periode
ini berkembang diperkirakan antara athun 1500-500 sebelum Masehi. Karena itu
agama ini dikatakan kelanjutan dari agama weda.
3)
Periode Agama Hindu
Periode
ini di mulai pada masa tarih Masehi sampai sekarang ini.
2.
Sakramen
Hukum karma dan Roh
Sakramen dalam hindu
bertujuan untuk memproleh kelahiran ke dua kali yang berguna meningkatkan drajat
seorang ketingkatan illahi yang lebih tinggi.Dalam ajaran hindu identik
dengan hukum karma yaitu amal perbuatan manusia dan akibatnya, atau hukum
pembalasan. Sedangkan Roh sendiri Orang hindu beranggapan bahwa orang mati itu
rohnya sementara waktu masuk surga atau neraka, kemudian lahir lagi ke bumi
dengan wujud yang lain, wujud baru itu tergantung karmanya.
3.
Persepektif agama islam tentang agama hindu
a)
Tentang ketuhanan
Umumnya umat hindu tengelam
dalam penyembahaan berhala dan dewa-dewa.Ditegaskan dalam al-quran bahwa manusia dilarang menyembah apapun
kecuali Allah SWT
b) Terhadap hukum karma dan rencarnasi
Tetapi menurut islam ,orang yang masug surga atau neraka dapat dapat kekal
selama-lamanya,walaupun kadang –kadang harus mampir ke neraka sebab berlakunya hukum itu ada di tanggan Allah
SWT.
c)
Agam
hindu mengenal empat kasta,yaitu penggolongan klasifikasi tingkatan tertinggi
,hingga tingkatan terendah.Tetapi dalam islam tidak ada aturan tersebut.
Daftar pustaka
Jirhanudin, Perbandingan Agama,PT.Pustaka
Pelajar,Yogyakarta:2010
Ketut Wiana,Raka Santeri,Kasta Dalam Hindu,Yayasan Dharma
Nharadha,Denpasar:1993
Mariasusai Dhavamony,Fenomenologi agama,Penerbit
Canisius,Yogyakarta:1995
Choiron,Perbandingan Agama,buku daros,kudus;2009
[1] Jirhanudin, Perbandingan Agama,PT.Pustaka Pelajar,Yogyakarta:2010,hlm.63-64
[2] Ibid,Jirhanudin,hlm.66
[3] Ketut Wiana,Raka
Santeri,Kasta Dalam Hindu,Yayasan
Dharma Nharadha,Denpasar:1993,hlm.18
[4]
Op.cit,Jirhanudin,hlm.70
[5]
Op.cit,Jirhanudin,hlm.70-71
[6] Mariasusai Dhavamony,Fenomenologi agama,Penerbit Canisius,Yogyakarta:1995,hlm.194
[7] Choiron,Perbandingan Agama,buku daros,kudus;2009,hlm.88
[8] Ibid,hlm.95
[9] Ibid,hlm.95-96
[10]
Ibid,choiron,hlm.96-97
No comments:
Post a Comment