Friday, March 18, 2016

makalah asal mula budaya kawasan arab

AWAL MULA BUDAYA KAWASAN ARAB

A.    Pendahuluan
Sejarah peradaban Islam tidak lepas dari Arab sebagai tempat turunnya agama Islam dan awal penyebarannya. Maka sebelum kita lebih jauh mempelajari sosio budaya Arab pra-Islam, perlulah kita ketahui kawasan budaya Arab.
Peradaban yang bercorak islam adalah unik diantara peradaban – peradaban besar pada masanya dalam kegagalan mempertahankan tradisi-tradisi tulis yang lebih awal dari kawasannya.di tempat-tempat lain, karya-karya agung millenium pertama sebelum masehi terus membentuk titik beanjak bagi kehidupan intelektual. Sampai betul-betul menjelang masa modern, tokoh-tokoh utama klasik yunani dan latinndibaca di eropa dan guru-guru sezaman sanskerta dan prakrit mereka di kawasan india dan cina di timur jauh.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu budaya?
2.      Apakah itu budaya Arab?
3.      Bagaimanakah kawasan budaya Arab beserta ciri dan pembagiannya?
4.      Bagaimana aplikasi kata arab dalam lingkup manusia?

C.    Pembahasan
Sebelum membicarakan panjang lebar tentang awal mula kawasan budaya Arab haruslah diketahui terlebih dahulu apa yang disebut sebagai budaya dan kawasan kebudayaan Arab dengan ciri-ciri khas yang membedakan wilayah yang lain.

1.     Budaya

Budaya berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddi yang artinya budi atau akal. Maka kebudayaan ialah hal-hal yang berkenaan dengan akal. Akan ettapi budaya dibedakan dengan kebudayaan. Yang pertama ialah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan yang kedua ialah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Kebudayaan atau culture menurut istilah antropologi ialah keseluruhan kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang diatur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.[1] Sedangkan menurut Ibnu Khaldun sebagaimana dikutip Abdul Mun’im Majid dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, yang dimaksud dengan kebudayaan adalah kondisi-kondisi kehidupan yang melebih dari yang diperlukan. Artinya kebudayaan merupakan kemewahan hidup, sehingga kebudayaan muncul di kota-kota bukan di desa-desa. [2]
Sering kita budaya disandingkan atau dihubungkan dengan peradaban yang seakan semakna atau dekat makna keduanya. Akan tetapi peradaban atau civilization dibedakan dengan kebudayaan. Peradaban ialah bagian-bagian kebudayaan yang halus dan indah sebagaimana kesenian, ilmu pengetahuan, arsitektur dan sebagainya.[3]

2.     Budaya Arab dan Ciri-Cirinya

Budaya merupakan daya atau potensi dari cipta, karsa dan rasa manusia yang ada di kawasan tertentu. Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda antara satu masyarakat dengan yang lainnya. Tetapi semuanya memiliki sifat hakikat yang sama dan berlaku umum, yakni: pertama, kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia. Kedua, kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. Ketiga, kebudayan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya. Dan keempat, kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diijinkan.
Dengan demikian, maka budaya Arab ialah potensi yang ada pada manusia yang akan mencipta dan berkehendak serta cara merasa yang didominasi nuansa Arab. Ciri-cirinya antara lain ialah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan hidup sehari-hari dan bahasa ilmiah sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Walaupun demikian bahasa ini akan dipengaruhi lokasi tempat tinggal yang berdiam warganya di suatu tempat itu dalam jangka lama sehingga membedakan antara bahasa Arab Saudi dengan Mesir atau Afrika utara. Sebagaimana kita yang hidup di Indonesia ini tentunya mempunyai bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia akan tetapi dengan adanya tempat kita yang berbeda-beda maka kita yang di Jawa Tengah tentunya beda dengan yang di Riau. Bahkan sama-sama di Jawa Tengah sendiri saja kita bisa membedakan logat orang Kudus dengan Tegal, Kebumen, Jepara dan lainnya yang semuanya mempunyai ciri yang membedakan satu sama lain.
Ciri yang lain ialah digunakannya bahasa Arab itu oleh mayoritas kaum muslimin, memang bahasa kitab mereka adalah bahasa Arab. Dalam hal ini mereka yang beragama selain Islam pun memakai bahasa Arab bila mereka berdiam di kawasan berbahasa Arab seperti, orang-orang Arab Lebanon yang beragama Kristen. Demikian pula kita yang berada di kawasan Nusantara, berbudaya Melayu bukan berbudaya Arab walau orang-orang Melayu beragama Islam.
Dari segi fisik, mereka juga mempunyai ciri-ciri khusus. Orang-orang berasal dari kawasan kebudayaan Arab mempunyai postur tubuh tegap, besar, tinggi, berambut keriting dan berhidung mancung.
Kondisi geografis mereka juga membedakan dengan letak wilayah yang lain yang mempunyai ciri khas tertentu dengan segala tumbuhan atau binatang yang hidup di kawasan tersebut. Seperti lingkungan padang pasir yang luas, sedikit curah hujan, banyak gunung berbatu dan kandungan mineral yang hampir sama di wilayah tersebut, yang akhir-akhir ini banyak ditemukan cadangan minyak bumi yang melimpah.[4]

3.     Kawasan budaya Arab

Kawasan budaya Arab pertama kali ialah wilayah yang meliputi Jazirah Arab. Jazirah Arabia merupakan sambungan dari wilayah gurun yang membentang dari barat Sahara di Afrika hingga timur melintasi Asia, Iran Tengah, dan gurun Gobi di Cina. Wilayah itu sangat kering dan panas karena uap air laut yang ada di sekitarnya (laut Merah, laut Hindia, laut Arab). Ketika Islam datang dan menyebar ke wilayah sekitarnya, maka terislamkanlah wilayah sekitar tersebut dan terarabkan sebagai konsekuensi logis dari Islam yang dibawa oleh bangsa Arab. Dengan demikian jadilah Mesir dan Afrika Utara berbudaya Arab, demikian pula Irak yang dahulunya dalam pengaruh Persia dan Syiria yang berkebudayaan Bizantium. Sehingga akhirnya kawasan budaya Arab terdiri dari Timur Tengah dan Afrika Utara yang meliputi Turki, Iran, Israel, Lebanon, Irak, Yordania, Syiria, Mesir dan kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan Teluk Persia. Juga meliputi Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya bika disebut kawasan kebudayaan Arab maka paling tidak saat ini meliputi Timur Tengah, Bulan Sabit Subur, Teluk Persia dan Afrika Utara.



Kondisi wilayah Arab pra Islam
Jazirah Arabia merupakan sambungan dari wilayah gurun yang membentang dari barat Sahara di Afrika hingga timur melintasi Asia, Iran Tengah, dan gurun Gobi di Cina. Wilayah itu sangat kering dan panas karena uap air laut yang ada di sekitarnya (laut Merah, laut Hindia, laut Arab). Tidak memenuhi kebutuhan untuk mendinginkan daratan luas yang berbatu, namun demikian wilayah ini kaya akan bahan perminyakan.
Para penulis klasik membagi negeri Arab menjadi 3 bagian: Arab Felix, Arab Petra, Arab Gurun. Didasarkan atas pembagian wilayah itu ke dalam tiga kekuatan politik pada abad pertama Masehi, yaitu kawasan yang bebas, kawasan yang tunduk pada penguasa Romawi, dan kawasan yang secara nominal berada pada kendali Persia.
a.       Arab Gurun (Diserta) meliputi gurun pasir Suriah-Mesopotamia (Bidaiyah), yang kemudian dipakai untuk menyambut ziarah Arab karena tanahnya yang subur.
b.      Wilsayah Arab Patrix Petraea (gunung batu) yang terletak di sebelah barat daya gurun Syiria dan berpusat di daratan Sinai dan kerajaan Nabasia, dengan ibu kota Petra
c.       Wilayah Arab Felix, wilayah hijau (green land) atau wilayah yang berbahagia (happy land). Yakni wilayah Yaman yang mempunyai kebudayaan maju dengan kerajaan Saba an Man’in. Sebagaimana telah kita ketahui tentang cerita ratu Saba’ yang sangat kaya dan mempunyai kerajaan yang megah dan mewah. Kerajaannya hampir diserbut raja Israel, Nabi Sulaiman a.s. Ketika akhirnya menyerah, ia mengutus wakilnya membawa hadiah. Sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur’an:
“Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.” (QS. An-Naml: 36-37)
Ayat ini menunjukkan bahwa di wilayah selatan dan ujung utara (fertile crescent), terdapat peradaban yang makmur (maju) sehingga memungkinkan mereka mengembangkan arsitektur dan membangun bangunan-bangunan megah.[5] Tidak hanya itu di utara jazirah berdiri kerajaan Hirrah (Manadhiroh) dan Gassan (Gassasinah). Hijaz tetap menunjukkan wilayah yang tetap merdeka sejak dulu karena miskin daerahnya, namun mendapat tempat suci, yakni Mekkah yang di dalamnya berdiri Ka’bah yang menjadi pusat beribadah sejak dahulu, disamping ada sumur zam-zam sejak zaman Nabi Ismail a.s. [6]
Secara geografis bangsa Arab menempati jazirah Arab dan juga daerah-daerah sekitar jazirah. Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian tengah dan bagian pasir. Di sana, tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang ada hanya lembah-lembah berair di musim hujan. Sebagian besar jazirah Arab adalah pasir Sahara yang memiliki sifat dan keadaan berbeda-beda, pasir Sahara tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a.       Sahara langit, memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari timur ke barat. Disebut juga Sahara Nufud. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sulit ditempuh
b.      Sahara Selatan, yang membentang menyambung sahara langit ke arah timur sampau selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan daratan keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut Ar-Rub al-Khali (bagian yang sepi)
c.       Sahara Harrat, suatu daerah yang terdiri tanah Hat yang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan batu-batu ini menyebar di keluasan sahara ini seluruhnya mencapai 29 buah.
Jazirah Arab merupakan daerah daratan padang rumput yang gersang, yang di sela-sela bebatuan yang luas berikut padang pasirnya. Letak wilayah ini di ujung barat daya Asia, sebelah utara dibatasai oleh daratan Syam, sebelah timur oleh Teluk Persia dan laut Oman, di sebelah selatan dibatasi oleh Samudra Hindia, sedangkan sebelah baratnya dibatasi oleh laut Merah. Udaranya sangat panas dibandingkan wilayah tropis dan rumput-rumput yang tumbuh merupakan sisa-sisa resapan air saat musim dingin dan hujan.

4.      Aplikasi Kata Arab Dalam Lingkup Manusia

Istilah “ arab “, arab sebagai kata benda dan kata sifat, telah digunakan paling tidak pada lima tingkat:
Pertama, kata Arab merujuk barang kali asalnya dengan jels pada orang Badui, yaitu kaum pengembara dan terutama pengembara onta dari arabia. Kadang-kadang ini menjadi pemakaian kata yang paling umum dari istilah itu dalan bahasa arab. Tetapi mengalihbahasakan arab bahasa arab dalam hal-hal seperti itu ke dalam arab kita, seperti yang di lakukan beberapa penulis ketika menerjemahkan,menimbulkan kerancuan dannharus dihindarkan.
Kedua, kemudian kata arab merujuk pada semua orang yang mengklaim sebagai keturunan dari atau identifikasi kultural tua dengan orang orang Badui atau bahasa mereka termasuk tentunya “Badui yang menetap”. Dalam pemakaian ini, secara historis kata arab kadang-kadang menyatakan secara tidak langsung “ muslim”, karena kaum muslimin awal adalah arab yang arti ini, memuaskan juga beberapa orang kristen dan yahudi,
Ketiga, perluasan berikutnya dilakukan terhadap semua orang yang berbicara dalam dialek-dialek yang berasal dari bahsaa, bagaimana pun hubungannya dengan tradisi – tradisi Badi atau dengan islam.
Keempat, kata arab selanjutnya dipakai dimana bahasa yang dipakai adalah bahasa arab klasik, terlepas dari apakah bahasa atau logat daerahnya berasal dari bahasa arab atau tidak ada hubungannya. Biasanya ungkapan ini dibatasi pada tingkat perseorangan.
Kelima, terdapat beberapa pengarang yang akan menggunakan istilah arab untuk semua orang dimana bahasa arab setidaknya di gunakan dalam ibadat. Ini tidak pernah dilakukan secara konsisten , namun kelihatannya ia akan menjadi definisi yang tersirat.[7]


D.   Penutup

Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, meskipun dalam faktanya makalah ini masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan, maka dari teman-teman kami harapkan kritik dan sarannya agar kami bisa lebih baik untuk membuat makalah ini di kemudian hari. Amin.



Daftar Pustaka

Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Logos, Jakarta, 1997
Abdul Mun’im Majid, Sejarah Kebudayaan Islam, Terj. Ahmad Rofi’ Usmani, Pustaka, Bandung, 1997
Asghar Ali Engineer, Asal Usul dan Perkembangan Islam. Terj. Imam Baehaqi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. I
Marsal G.S Hodgson, The Venture Of Islam,Jakarta 2002 hal 88




[1] Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Logos, Jakarta, 1997, hlm. 1-2
[2] Abdul Mun’im Majid, Sejarah Kebudayaan Islam, Terj. Ahmad Rofi’ Usmani, Pustaka, Bandung, 1997, hlm. 1
[3] Ali Mufrodi, Op. Cit., hlm. 1-2.
[4] Ibid
[5] Asghar Ali Engineer, Asal Usul dan Perkembangan Islam. Terj. Imam Baehaqi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. I, hlm. 34
[6] Ali Mufrodi, Op. Cit., hlm. 6
[7] Marsal G.S Hodgson, The Venture Of Islam,Jakarta 2002 hal 88

No comments:

Post a Comment