BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Nilai
suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut, semakin besar dan
bermanfaat nilai semakin pentingnya untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling
penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, sang pencipta,
sehingga orang yang tidak kenal Allah disebut kafir meskipun dia Profesor,
Doktor, pada hakikatnya dia bodoh, karena tidak ada yang lebih bodoh dari pada
orang yang tidak mengenal yang menciptakannya.
Aqidah
sacara bahasa berarti sesuatu yang mengikat, pada kiyakinan manusia adalah
sesuatu yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi
yaitu keimanan kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan para Rasulnya,
hari akhir dan takdir Allah baik yang baik maupun yang buruk.
B. Rumusan Masalah
a. Faktor apa saja yang menyesatkan aqidah
?
b. Metode untuk menetapkan aqidah ?
c. Hubungan aqidah dan kehidupan siosial ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sebab – sebab Kesesatan Akidah
Dengan mengamati secara
cermat aliran sesat akidah di muka bumi ini serta perilaku pengikutnya, kita
mengetahui bahwa aliran itu terbentuk karena kelemahan akal pikiran.
Orang-orang sesat itu lebih mengutamakan penyimpangan dari pada jalan petunjuk
dan cenderung mempertahankan kebatilan[1].
Berdasarkan dari
penelitian, dapat dikatakan, hal itu disebabkan oleh dua faktor utama yang
mempunyai cabang-cabang. Factor-faktor itu sebagai berikut :
1. Penyimpangan pemikiran dari metode yang
lurus (benar)
Melaui
kajian tentang akidah dan ketetapanya, kita ketahui bahwa akidah haruslah
tertanam dilubuk hati yang terdalam dan sejalan dengan logika. Tidaklah
dibenarkan menjadikan suatu pemikiran sebagai akidah sebelum ia menjadi suatu
hakikat islamiah yang akurat dan menyakinkan yang mempunyai landasan dalil Aqli
yang dapat dipertanggungjawabkan pemikiran itu harus sesuai dengan nalar dan
didukung oleh pemberitaan yang benar dan kuat (Qath’i).
Dari sebab utama ini, ada dorongan
yang berasal dari dalam jiwa manusia yang beraneka ragam, dianytara adalah
sebagi berikut :
a. Kagum akan pendapat
b. Mudah menerima berbagai pemikiran
c. Taklid secara membuta
Bangsa arab jahiliyah sebelum diutusnya
Muhammad bin Abdullah sebagai rasul utusan allah termasuk kelompok penaklid
kepada pelaku nenek moyang di dalam berakidah. Ketika Rasulullah Saw menyeru
menyeru mereka kepada kebenaran disertai dalil dan argumentasi yang nyata,
mereka menyanggah dengan alasan yang tidak didukung akal sehat. Hal ini
dikisahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an lewat Firman-Nya.
7Ï9ºxx.ur !$tB $uZù=yör& `ÏB y7Î=ö7s% Îû 7ptös% `ÏiB @ɯR wÎ) tA$s%
!$ydqèùuøIãB
$¯RÎ) !$tRôy`ur $tRuä!$t/#uä
#n?tã 7p¨Bé& $¯RÎ)ur #n?tã
NÏdÌ»rO#uä crßtFø)B ÇËÌÈ
“Dan
Demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun
dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut suatu
agama dan Sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".
(Q.S. Az-Zukhruf : 23)
d. Pemikiran filsafah bernilai rendah
Sangat banyak akidah (kepercayaan) yang
menyesatkan muncul disebabkan oleh adanya filsafah-filsafah bernilai rendah.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Filsafah yang hanya bersandar
pada akal pikiran dalam menghakimi perkara gaib, dengan mengiasnya dengan
perkara-perkara yang dapat diraba dengan pancaindra.
2. Ada pula
filsafah-filsafah bernilai rendah yang mengarah kepada pemandulan dalil-dalil
penalaran akal yang akurat
2. Penyimpangan jiwa dari akhlak yang benar
Sesungguhnya, sebagian penganut akidah sesat itu terjerumus bukan
kerena ketidaktauan mereka akan hakikat yang nyata atau akibat penyimpangan
pemikiran dari metode penyimpangan yang benar. Akan tetapi, mereka tersesat
karena menghindar dari kebenaran, demi memenuhi ajakan hawa nafsu dan
keingginan sahwatnya.
Banyak kesesatan akidah
di kalangan umat manusia berawal dari penyimpangan kejiwaan dari metode akhlak
yang benar. Ada beberapa factor cabang yang bercokol dalam jiwa manusia,
diantaranya sebagai berikut :
a. Iri Hati
Iri hati merupakan
penyakit yang sangat berbahaya. Ia menjerumuskan manusia kepada sikap tidak
peduli terhadap kebenaran, mengingkarinya. Mahkan memusuhinya, sekalipun
kebenaran telah nyata dihadapanya dan diperkuat dalil dan argumentasi. Iri hati
menjadikan bangsa yahudi, misalnya mengingkari kebenaran yang dibawa oleh Nabi
Isa a.s, oleh karea itu orang yahudi, berusaha membunuhnya, namun Allah
melindunginya dengan mengangkatnya kesisi Nya. Iri hati pula yang tertanam
dalam hati bani Israel terhadap Nabi pendahulu Isa. Dalam hal ini, Allah SWT
menjelaskan hakikat ini dalam firman Nya :
ôs)s9ur
$oY÷s?#uä
ÓyqãB
|=»tGÅ3ø9$# $uZø¤ÿs%ur
.`ÏB
¾ÍnÏ÷èt/ È@ß9$$Î/
( $oY÷s?#uäur Ó|¤Ïã tûøó$# zNtósD ÏM»oYÉit6ø9$# çm»tRôr&ur
ÇyrãÎ/ Ĩßà)ø9$# 3 $yJ¯=ä3sùr& öNä.uä!%y` 7Aqßu
$yJÎ/ w #uqöksE ãNä3Ý¡àÿRr&
÷Län÷y9õ3tFó$#
$Z)Ìxÿsù
÷Läêö/¤x.
$Z)Ìsùur
cqè=çGø)s? ÇÑÐÈ
“Dan Sesungguhnya kami Telah mendatangkan Al Kitab (Taurat)
kepada Musa, dan kami Telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan
rasul-rasul, dan Telah kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa
putera Maryam dan kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus[69]. apakah setiap
datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai
dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka)
kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Q.S. Al- Baqarah :
87)
b. Sikap arogan (sombong)
Sikap arogan (Sombong)
ini merupakan factor utama yang dapat mencegah atau memalingkan seseorang dari
kebenaran, keluar dari ketaatan kepada Al-Khaliq Azza wa Jalla, dan menciptakan
sesuatu keyakinan yang tidak berdasar.
Jika sikap arogan itu
telah menguasai seseorang, maka ia akan mengingkari kebenaran dengan segenap
kemampuanya. Ia cenderung pada kebatilan dengan dalih yang sangat lemah.
Sesungguhnya, ia tidak mampu mematahkan kebenaran yang dimiliki oleh orang-orang
yang lurus akan pikiranya. Orang-lorang semacam itu digambarkan oleh Allah
dalam Firman Nya :
¨bÎ) úïÏ%©!$#
cqä9Ï»pgä þÎû ÏM»t#uä
«!$#
ÎötóÎ/ ?`»sÜù=ß
öNßg9s?r& bÎ) Îû
öNÏdÍrßß¹ wÎ) ×ö9Å2
$¨B Nèd ÏmÉóÎ=»t6Î/
4
õÏètGó$$sù «!$$Î/ ( ¼çm¯RÎ) uqèd ßìÏJ¡¡9$# çÅÁt7ø9$# ÇÎÏÈ
“Sesungguhhnya
orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang
sampai kepada mereka[1325] tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah
(keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka
mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya dia Maha mendengar lagi Maha
Melihat. (Q.S. Al.Mu’min : 56 )
c. Dengki dan dendam
Faktor penting lagi
kuat yang dapat memalingkan manusia dari kebenaran dan bahkan memeranginya
adalah sifat dengki dan dendam kesumat. Jika seseorang dikuasani sifat buruk
ini, maka ia akan menyimpang dari metode akhlak yang mulia.
B. Metode Penetapan
Akidah
1.
Taklif: Ilmiah Dan Amaliah (Teori Dan Praktek)
Manusia memiliki dua kekuatan.pertama
nazariah (penyelidikan). Puncaknya mengenal hakikat sesuatu menurut keadaan
yang sebenarnya. Kedua amaliah (tindakan). Puncaknya melaksanakan menurut
semestinya dalam urusan hidup dan penghidupan. Islam telah menetapkan prinsip
ini menjadi pokok keberuntungan manusia didunia dan di akhirat. Oleh sebab itu,
taklif (beban kewajiban) ada dua macam pula: pertama pengetahuan dan kedua
perbuatan. Kita banyak menemukan keterangan-keterangan yang jelas dari
ayat-ayat Qur’an yang mengumpulkan antara iman dengan amal dan mempertalikan
keduanya dalam rangkai mencapai keselamatan dan keberuntungan[2].
Firman Tuhan:
ô`tB
@ÏJtã
$[sÎ=»|¹
`ÏiB
@2s
÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB
¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym
Zpt6ÍhsÛ ( óOßg¨YtÌôfuZs9ur
Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/
$tB (#qçR$2
tbqè=yJ÷èt ÇÒÐÈ
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
(#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ôMtR%x. öNçlm;
àM»¨Zy_ Ĩ÷ryöÏÿø9$#
»wâçR
ÇÊÉÐÈ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal”,
Para sarjana dan ulama islam menamakan
taklif (pikulan kewajiban) yang berhubungan dengan ilmu dengan istilah “akidah” atau “pokok agama”, sedang taklif (pikulan) yang berhubungan dengan amal
(perbuatan) dengan istilah “syariat”
atau “cabang”.
2. Tuhan
Menggariskan Akidah
Hakikat yang mungkin diketahui manusia
itu banyak. Dari antaranya ada yang tidak bertali rapat dengan keberuntungan
hidup yang dimaksud oleh Allah selaku Syari’ (pembuat aturan). Oleh sebab itu
hakikat Tuhan memutuskan untuk memberikan keterangan disekitar yang wajib ia
imani untuk memperoleh keberuntungan itu. Berdasarkan penyelidikan yang
mendalam, hakikat yang wajib dipercayai itu dapat dibulatkan pada pokok-pokok
yang ada persamaanya diantara seluruh agama, yaitu iman kepada Allah, Malaikat,
Kitab-kitab Suci, Rasul,rasul, hari kiamat dan seterusnya sebagai yang telah
diterangkan dahulu
Tuhan telas menggariskan persoalan
tersebut dengan terang dan menuntut supaya manusia mempercayainya. Iman (kepercayaan) yang dimaksud yaitu
I’tikad, dengan kebulatan hari dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya serta
berdasarkan dalil (alasan). I’tikad yang demikian tentu tidak dapat diperoleh
dengan sembarangan dalil, melainkan dengan dalil-dalil yang tepat dan pasti,
tanpa dicampuri keraguan.
3. Cara
Menetapkan ‘Aqidah
Para sarjana dan ulama-ulama sepakat,
bahwa dalil akli (berdasar pendapat
akal), apabila muqaddimahnya (pokok pikiran dalam menetapkan sesuatu keputusan)
dapat diterima, sedang putusannya dapat masuk kedalam perasaan dan logis, tentu
yang dapat menimbulkan keyakinan dan dapat memastikan adanya iman sebagai yang
dimaksud. Adapun dalil naqli yang
tidak menimbulkan keyakinan dan tidak dapat menciptakan keimanan sebagai yang
dimaksud, dengan sendirinya tidak menetapkan ‘akidah. Ulama-ulama mengambil
alasan, karena dalil-dalil naqli itu memberikan kemungkinan besar untuk
beberapa pengertian yang menghambat kepastian dan ketegasan ‘aqidah.
Contoh-contohnya yang sampai kepada kita
ialah ayat-ayat Qur’an yang memberitakan persoalan tauhid (keesaan tuhan),
risalat (pengiriman rasul-rasul), hari kiamat dan seterusnya pokok-pokok
keagamaan. Ayat-ayat itu tujuannya tegas
dan pasti, hanya mempunyai satu pengertian saja, sedang sumbernyapun pasti
pula,
Firman Tuhan:
óOn=÷æ$$sù ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) wÎ) ª!$# öÏÿøótGó$#ur Î7/Rs%Î! tûüÏZÏB÷sßJù=Ï9ur ÏM»oYÏB÷sßJø9$#ur 3 ª!$#ur ãNn=÷èt öNä3t7¯=s)tGãB ö/ä31uq÷WtBur ÇÊÒÈ
“Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,
Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat kamu tinggal.
C. Akidah Dalam
Kehidupan Pribadi Dan Sosial
Nilai dalam kehidupan tentunya telah
diatur sedemikian rupa oleh masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat mengerti
akan ketetapan dan batas-batas dalam bersikap terhadap sesama dan lingkungannya[3].
Salah satunya tercermin dengan bersikap
bijaksana dalam berprilaku dan interaksi sosialnya.
Adapun aqidah yang seharusnya tegak pada
masyarakat Islam yang aqidah “laa ilaaha illallah muhammadan rasuulullah”.
Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa masyarakat islam benar-benar
memuliakan dan menghargai aqidah itu dan juga berusaha untuk memperkuat aqidah
tersebut didalam akal maupun hati. Masyarakat itu juga mendidik generasi islam
untuk memiliki aqidah tersebut serta berusaha menghalau pemikiran-pemikiran
yang tidak benar dan syubhat yang menyesatkan. Yang nantinya diharapkan dapat
diserap dengan lebih baik oleh mereka
yang menerimanya.
Demikianlah aqidah dan pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat dan demikianlah hendaknya pengaruh aqidah dalam setiap
masyarakat yang menginginkan menjadi masyarakat islam, saat ini dan dimasa yang
akan datang.
Sesungguhnya aqidah islamiyyah dangan
segala rukun dan karaktristiknya adalah merupakan dasar yang kokoh dan
membangun masyarakat yang kuat, karena itu bangunan yang tidak tegak diatas
aqidah islamiyah maka sama dengan membangun diatas pasir yang mudah runtuh.
Begitulah nilai-nilai aqidah dalam
kehidupan pribadi dan sosial yang mengandung nilai-nilai yang akan membentuk
pribadi yang baik, bijak dan bermanfaat untuk lingkungannya sehingga nanti
secara otomatis dapat menciptakan masyarakat yang rukun yang berakhlak mulia
serta bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mengamati secara
cermat aliran sesat akidah di muka bumi ini serta perilaku pengikutnya, kita
mengetahui bahwa aliran itu terbentuk karena kelemahan akal pikiran.
Orang-orang sesat itu lebih mengutamakan penyimpangan dari pada jalan petunjuk
dan cenderung mempertahankan kebatilan. Sebab – sebab kesesatan akidah : Penyimpangan
pemikiran dari metode yang lurus (benar), Penyimpangan jiwa dari akhlak yang benar,
kelemahan kepribadian
Adapun cara Penetapan
Metode Akidah itu sendiri adalah : 1. Taklif:
Dan Amaliah (Teori Dan Praktek), 2. Tuhan Menggariskan
Akidah, 3.
CaraMenetapkan ‘Aqidah
Nilai Akidah Dalam
Kehidupan Pribadi Dan Sosial adalah : Aqidah dapat mengendalikan perasaan
seseorang yang kemudian membuat pemilik perasaan-perasaan itu memiliki
pertimbangan penuh dalam melakukan tindakan-tindakannya. Sehingga apa yang kita
lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan pada kaidah bahwa Allah melihat dan
mengamati kita dimana saja dan kapan saja. Hal itu akan membuat kita tidak akan
terdorong oleh luapan-luapan perasaan atau tidakan yang melampaui batas-batas
ketentuan Allah
DAFTAR
PUSTAKA
Hasan habanakah Abdurrahman
Al-maidani, 1998, Pokok-Pokok Akidah Islam, Jakarta : Gema Insani press.
Shaltut Mahmud, 1984, Aqidah dan
Syariah Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
Animismu.blogspot.com. selasa
23-04-2013 21:30
No comments:
Post a Comment