Tuesday, March 15, 2016

makalah fungsi pendidikan agama islam dalam fase perkembangan pada anak-anak


ABSTRAK 

Keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama bagi
seorang anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan
terlebih dahulu dengan situasi dan kondisi dalam keluarga. Pengalaman dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan dan pertumbuhan anak untuk masa yang akan datang.
Pendidikan agama yang diberikan pada anak menuntut peran serta keluarga, sekolah dan masyarakat karena dari ketiga institusi dapat memberikan pengaruh
kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga bertujuan
untuk membimbing anak agar bertakwa, berakhlak mulia, menjalani ibadah dengan baik serta mencerminkan dari sikap dan tingkah laku anak dalam hubungannyadengan Allah, diri sendiri, sesama manusia dan sesama makhluk, serta lingkungannya.
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam
lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan
tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana ia mendapatkan pengaruh dari
anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam
pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-
sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang anak. Hal ini
terjadi, karena seorang anak memiliki ikatan darah atau keturunan dengan kedua orang tuanya yang tidak bisa dipisahkan hingga akhir hayat.
Bagi ayah dan ibu, anak bukan hanya sebagai amanah yang harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. [1]
Melainkan juga kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan keinginan
dan dambaan hampir setiap pasangan suami-istri. Salah satu dari tujuan
pernikahan adalah menghasilkan keturunan. Fakta sosial sering menunjukkan,
pernikahan yang tak kunjung membuahkan momongan, kehidupan rumah
tangganya sering diwarnai percekcokan dan saling menyalahkan seputar siapa
pihak yang tidak mampu memberikan keturunan. Bahkan kelestariannya pun acap
kali sulit dipertahankan.
Keharmonisan keluarga dan keserasian antara bapak dan ibu, punya
pengaruh besar terhadap tingkah laku anak. Sekian banyak penyakit moral; egois,
anarkhis, hilangnya rasa percaya diri, sombong, munafik (hipokrit), dan tidak
bertanggung jawab adalah bersumber dan berawal dari suasana kehidupan
keluarga. Sekolah dan masyarakat tak akan mampu meluruskannya.[2]
Anak dalam ajaran Islam ialah amanat dari Allah yang dititipkan kepada kedua orangtuanya. Pandangan ini mengisyaratkan adanya keterpautan eksistensi anak dengan al-Khaliq maupun dengan kedua orangtuanya.
Istilah amanat mengimplikasikan keharusan menghadapi dan memperlakukan anak dengan sungguh-sungguh, hati-hati, teliti dan cermat.
Sebagai amanat, anak harus dijaga, diraksa, dibimbing dan diarahkan selaras dengan apa yang diamanatkan. Anak dilahirkan tidak dalam keadaan lengkap dan tidak dalam keadaan kosong. Ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Memang ia dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa, akan tetapi ia telah dibekali dengan pendengaran, penglihatan dan kata hati (Af Idah), sebagai modal yang harus dikembangkan dan diarahkan kepada martabat manusia yang mulia, yaitu yang mengisi dan menjadikan kehidupannya sebagai takwa kepada Allah.[3]
Perkembangan pribadi manusia menurut Psikolog perkembangan
berlangsung secara konsepsi sampai mati; yaitu sejak terjadinya sel bapak-
ibu (konsepsi) sampai mati individu senantiasa mengalami perubahan-perubahan atau perkembangan-pekembangan.
Perkembangan tersebut adalah suatu proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Atau dapat diartikan sebagai rangkaian perubahan dalam susunan yang berlangsung secara teratur, progresif, jalin-menjalin dan terarah kepada kematangan atau kedewasaan. Perkembangan secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia. Misalnya; perubahan-perubahan yang berkaitan dengan pengetahuan, kemampuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan, dan sebagainya, sehingga akan bertambah pengetahuan, kemampuannya, bertambah baik sifat sosial, moralnya dan sebagainya.[4] Perkembangan merupakan suatu seri perbuatan menurut aturan-aturan tertentu dari keadaan semula menuju keadaan yang lebih lengkap atau lebih matang (mature). Perkembangan terjadi dengan teratur, di mana tiap tingkat perkembanganmempunyai hubungan dengan tingkat berikutnya. Sesuatu yang terjadi pada tingkat perkembangan akan diteruskan pada tingkat berikutnya dan bahkan mempengaruhi perkembangan pada tingkat selanjutnya. Tingkatperkembangan berikutnya adalah hasil dari tingkat perkembangan sebelumnya, jadi bukan sekedar penambahan ciri-ciri baru dari tingkat perkembangan sebelumnya. Fase-fase perkembangan atau periodesasi perkembangan yaitu pembagian masa-masa perkembangan dengan ciri pertumbuhan dan perkembangan yang terdapat pada masing-masing fase tersebut.[5]







HASIL WAWANCARA



Saya: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. bapak dan ibu boleh minta waktunya sebentar saya mau tanya-tanya tentang pendidikan islam dalam fase perkembangan pada anak.
Bapak Suhardi: Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh.. Iya dengan senang hati saya dan ibu akan menjawabnya.
Saya: Bagaimana pemikiran Bapak Suhardi tentang pendidikan anak.
Bapak Suhardi: Kalau menurut saya itu tergantung lingkungan sekitar maupun orang tua, karena orang tua harus mampu mendidik anaknya sebaik mungkin dan harus mengajarkan atau mencotohkan perbuatan atau perilaku yang baik, karena tindakan orang tua pasti ditiru oleh anaknya seperti contoh orang tua mau makan atau mau apa kalau baca doa dulu pasti si anak tersebut kalau mendengar pasti akan mengikutinya atau bahkan orang tua harus mencontohkannya.
Saya: Emm.. Begitu za pak, apa peran orang tua atau tanggung jawab terhadap anak, bagaimana pendapat bapak.
Bapak suhardi: Orang tua memang harus bertanggung jawab mendidik anak dari kecil bahkan mulai bayi karena si anak tersebut ketika lahir si anak kan belum mengenal agama,akhlak dll. Itu semua orang menganut orang tua dan orang tuanya lah yang mengajarinya, karena didalam hadist kan ada keterangan “ Setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya lah yang akan menjadikanny seorang yahudi, seorang nasrani atau seorang majusi.
Saya: Tolong berikan contoh mendidik atau mengajarkan anak dengan baik dalam fase perkembangan menurut bapak.
Bapak Suhardi: Contoh kecil seperti mengajari anak kalau mau apa-apa diajarkan untuk berdo’a dulu dan memberi contoh untuk sedekah atau menolong orang, dan sopan santun.
Sebagai orang tua harus mengajari dan mencontohkan tersebut karena orang tua lebih harus mencontohkan dari pada memerintah, kalau Cuma merintah tapi orang tuanya sendiri tidak melakukan pasti si anak otomatis susah juga melakukannya.
Lebih baik langsung mencontohkan atau mempraktikan langsung, jadi otomatis si anak langsung menirunya, seperti kalau bulan puasa orang tua sedang buka puasa si anak pun juga ikut buka puasa, pergi ke mushola untuk sholat terawih si anak pun juga ikut pergi dan juga sholat berjamaah dan lain-lain.
Dari pada orang tua Cuma memerintah tapi orang tua tersebut tidak bertindak otomatis anaknya juga malas-malasan.
Saya: Menurut bapak apa tujuan pendidikan agama islam.
Bapak Suhardi: Tujuannya untuk membentuk kepribadian,moralitas dan sikap keilmuan sehingga mampu menunjukkan keimanan,amal shaleh sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan kehidupan dan mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.
Membina umat manusia agar menjadi hamba yang senantiasa beribadah kepada Allah SWT dengan mendekatkan diri kepada Allah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-NYA.
Saya: Tolong berikan contoh orang tua membina akhlak kepada anak.
Bapak Suhardi: contohnya akhlak anak terhadap kedua orang tua, akhlak terhadap orang lain, akhlak terhadap penampilan diri.
Karena semua itu memberi nilai-nilai perilaku kebaikan supaya si anak lebih mengenal atau mengetahui mana yang akhlak terpuji dan akhlak yang tercela.
Saya: Terus menurut ibu bagaimana penjabarannya tentang akhlak terhadap orang tua, terhadap orang lain dan terhadap penampilan diri.
Ibu Khotimah: Ya menurut saya Anak harus tetap hormat dan harus memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik hanya yang dilarang adalah mengikuti ajakan mereka untuk meninggalkan iman dan tauhid.
Terus akhlak terhadap orang lain contoh seperti adab, sopan santun dengan orang lain dalam bergaul serta sedehana atau tidak sombong.
Dan terhadap penampilan diri, harus berpenampilan sopan dan baik atau yang sesuai diajarkan agama yang menutup aurat, karena penampilan menunjukkan kepribadian atau perilaku.
udah singkat itu saja menurut saya, jadi pendidikan islam dalam fase perkembangan anak itu tergantung kedua orang tua yang mengajarinya dan itu semua itu tanggung jawab dari orang tua untuk mendidik anak dengan sebaik mungkin untuk mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.
Saya: Terima kasih untuk bapak dan ibu atas waktunya dan jawabannya yang diberikan kepada saya.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


























ANALISIS



Teori ini didasarkan atas pengertian bahwa bagi setiap kelakuan ada sebabnya dan sebab-sebab itu ditentukan oleh cara individu menanggapi dirinya dan lingkungan di mana ia hidup. Serta pengertian bahwa hanya individu itulah yang mengerti faktor-
faktor dan dinamikanya yang telah mempengaruhi cara ia menanggapi diri dan
lingkungannya. Anak yang telah berumur 6-12 tahun mempunyai kemampuan
berpikir yang baru tumbuh, anak seumur itu banyak pengaruh ibu bapaknya,
kakak-kakaknya atau saudara-saudaranya, orang lain yang dekat dengan
keluarganya, dalam hal ini yang digunakan adalah direktif. Direktif digunakan
sesuai keadaan orang yang dihadapi, menurut beliau tidak mungkin kita
menggunakan non-direktif yang dalam prakteknya tanpa penjelasan dan arahan,
jika bertemu dengan orang yang kecerdasannya terbatas maka kita
menggunakan direktif. Seperti jangan kesana, kesini. Kamu harus gini dan gitu.
1Dalam kegiatan pendidikan, unsur pergaulan dan unsur lingkungan tidak
bisa dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalampergaulan tidak selalu
berlangsung pendidikan walaupun di dalamnya terdapat faktor-faktor yang berdaya guna untuk mendidik. Pergaulan merupakan unsur lingkungan yang turut serta mendidik anak.
Lingkungan secara luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,
adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan
ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang
senantiasa berkembang. Lingkungan secara luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Lingkungan adalah seluruh yang ada, baik manusia
maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak, kejadian-kejadian atau
hal-hal yang mempunyai hubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula
terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepada anak.
Menurut teori buku
Keluarga sebagai Wadah Pertama Pendidikan Anak Dalam kegiatan pendidikan, keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama. Dalam lingkungan keluarga terletak dasar-dasar pendidikan. Dalam keluarga pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Dalam keluarga pula diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewajiban dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan yang demikian itu berlangsung dalam hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.
Pembentukan identitas anak menurut Islam, dimulai jauh sebelum anak diciptakan. Islam memberikan berbagai syarat dan ketentuan pembentukan keluarga, sebagai wadah yang akan mendidik anak sampai umur tertentu yang disebut baligh-berakal.
Anak tidak hanya mempunyai kebutuhan jasmani saja, akan tetapi ia juga mempunyai kebutuhan-kebutuhan kejiwaan yang menentukan perkembangan selanjutnya. Ada dua kebutuhan pokok
kejiwaan yang harus dipenuhi anak sejak lahir, yaitu kebutuhan akan rasa kasih sayang, dan rasa aman. Setelah anak lahir, membutuhkan pemeliharaan dari orang yang membantunya untuk melindungi dari terpaan udara, baik panas maupun dingin, dan dari berbagai gangguan yang dapat menyakiti atau mengganggunya. Ia memerlukan bantuan dari orang yang mengerti kebutuhannya dan bersedia membantunya setiap saat. Ibu yang telah melahirkan anak, yang mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan selama anak dalam kandungan, yang secara kodrati diberi oleh Allah perasaan kasih sayang dan kemampuan untuk menyayangi serta kecondongan untuk menolong dan merawat anak.

Anak tidak akan mengenal kasih sayang dalam hidupnya jika ketika bayi ibu tidak mampu atau tidak mau menyayangi anak yang membutuhkan kasih sayangnya dan akan megalami penderitaan sepanjang hayatnya. Tanpa kasih sayang ibu, rasa amanpun tidak akan tercapai, karena anak akan dibiarkan tanpa perlindungan terhadap berbagai gangguan dan ancaman bagi kelangsungan hidupnya.[6]

DAFTAR PUSTAKA



 Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan al-Sofwa, 1997), hlm. 10
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), hlm. 256
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 41
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2006), hlm. 136
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan...,hlm.146
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah...,hlm. 49



[1] Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan al-Sofwa, 1997), hlm. 10
[2] Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), hlm. 256
[3] Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 41
[4] M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2006), hlm. 136
[5] M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan...,hlm.146
[6] Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah...,hlm. 49

No comments:

Post a Comment