KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Ukuran Tendensi Sentral dan Ukuran Letak ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Drs H
Ahmad Rohani HM.,MPd selaku Dosen mata kuliah Statistik Pendidikan I yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ukuran Tendensi Sentral dan Ukuran Letak. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ukuran Tendensi Sentral dan Ukuran Letak. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Semarang 8 Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebagai
seorang mahasiswa sudah sewajarnya kita melakukan berbagai kegiatan.keberadaan
statistiksangat penting untuk membantu mengumpulkan dan mengolah data yang
didapatkanketika melakukan penelitian. Perlu diketahui bahwa tidak semua data
dapat diolahdengan cara yang sama. Ada berbagai metode dan cara pengolahan data
sesuai dengankarakteristik data. Untuk itu statistik memberikan cara-cara
pengumpulan, penyusunandata menjadi bentuk yang lebih mudah untuk dianalisis
sehingga dapat memberikaninformasi yang jelas sebagai petunjuk di dalam
pengambilan keputusan dengan metodeyang sesuai dengan karakteristik data yaitu
dengan adanya tendensi sentral.Tendensi sentral digunakan untuk menggambarkan
suatu nilai yang mewakilinilai pusat atau nilai sentral dari suatu gugus data
(himpunan pengamatan). Tendensisentral sering sekali digunakan untuk mengetahui
rata-rata data (mean), nilai yang berada ditengah data (median),
nilai yang sering muncul dalam data (mode)
dan masih banyak lagi yang dapat dihitung dalam tendensi
sentral.Dengan tendensi sentral analisis data dalam penelitian dapat dilakukan
dengantepat. Pemahaman dan pengetahuan mengenai tendensi sentral sangat penting
sehingga pengetahuan terhadap tendensi sentral sangat penting bagi mahasiswa. Untuk haltersebutlah
dibuat makalah ini.
Ukuran
letak data adalah suatu nilai tunggal yang mengukur letak nilai-nilai pada
suatu data, atau biasanya juga disebut dengan ukuran yang didasarkan pada letak
dari ukuran tersebut dalam suatu distribusi. Dalam ukuran letak data kita
mengenal adanya kuartil, desil, serta persentil
1.
Apa
pengertian tendensi sentral?
2.
Apa
saja macam-macam tendensi sentral
3.
Bagaimana
rumus tendensi sentral?
4.
Apa
pengertian ukuran letak?
5.
Apa
saja macam-macam ukuran letak?
6.
Bagaimana
rumus ukuran letak?
BAB 2
PEMBAHASAN
A. TENDENSI SENTRAL
Tendensi
sentral adalah kecenderungan memusat atau mengelompoknya suatu data. Ukuran
tendensi sentral ini sangat diperlukan untuk mengetahui dimana sekumpulan data
itu berada/memusat.
Ukuran tendensi sentral yang lazim digunakan adalah :
1. Mean
2. Median
3. Modus
Ukuran tendensi sentral yang lazim digunakan adalah :
1. Mean
2. Median
3. Modus
Bertujuan untuk mendapatkan ciri khas tertentu dalam bentuk sebuah
nilai bilangan yang merupakan ciri khas dari bilangan tersebut. Ada 3 bentuk
tendensi sentral yang sering digunakan:
Salah satu tugas dari statistic adalah mencari suatu angka
disekitar mana nilai-nilai dalam suatu distribusi memusat. Angka yang menjadi
pusat sesuatu distribusi disebut “tendensi sentral”.
Ada
tiga macam tendesi sentral, yang sangat penting untuk dibicarakan disini.
Ketiga tendensi sentral itu adalah(Sutrisno, 1986) :
Adalah angka rata-rata. Dari segi aritmetik, Mean adalah jumlah
nilai-nilai dibagi dengan jumlah individu.
Mean
= X1 + X2 + X3 + … Xn-1 + Xn
Keterangan
:
X1,
X2 dan seterusnya adalah nilai-nilai individual
N
= jumlah individu dalam distribusi
Σ
= jumlah
M = Mean
M
=
Contoh
:
M =
15 + 10 + 20 / 3 = 45 / 3 = 15
a.
MEAN yang ditimbang
Contoh
: ada 4 orang berpenghasilan 10 rupiah
1 orang
berpenghasilan 15 rupiah
1
orang berpenghasilan 20 rupiah, maka :
Penghasilan
(X)
|
Frekuensi
(f)
|
Fx
|
20
15
10
|
1
1
4
|
20
15
40
|
N
= 6
|
ΣfX
= 75
|
b.
MEAN
dari distribusi bergolong
Rumusnya
tida beda dengan distribusi tunggal, hanya saja nilai X disini tidak lagi
mewakili nilai variabel individual, melainkan mewakili “titik tengah” interval
kelas.
Contoh
:
Interval
nilai
|
Titik
tengah (X)
|
F
|
Fx
|
145
– 149
140 – 144
135
– 139
130
– 134
125
– 129
120
– 124
115
– 119
110
– 114
105
– 109
100
– 104
95
– 99
90
– 94
85
– 89
80
– 84
|
147
142
137
132
127
122
117
112
107
102
97
92
87
82
|
1
3
5
8
11
17
21
22
24
20
15
12
6
2
|
147
426
685
1056
1397
2074
2457
2464
2568
2040
1455
1104
522
164
|
Jumlah
N = 167 ΣfX = 18559
|
c.
MEAN dari distribusi bergolong dengan rumus
terkaan
Istilah
terkaan jangan diartikan raba-raba, sebab akhirnya kesalahan oleh terkaan itu
dikoreksi kembali. Mean terkaan boleh juga disebut Mean Kerja, sebab Mean
terkaan itu digunakan untuk pangkal bekerja.
Langkah-langkah
untuk menghitung Mean dengan Mean terkaan adalah sebagai berikut :
a.
Menerka sesuatu Mean Terkaan ini boleh semau kita
b.
Mencari deviasi nilai-nilai individual dari Mean terkaan itu. Deviasi-deviasi
diatas mean terkaan diberi tanda plus, sedang dibawahnya diberi tanda minus
c.
Mengalikan deviasi tiap-tiap nilai itu dengan frekuensinya
d.
Menjumlahkan deviasi yang sudah dikalikan dengan frekuensi itu
e.
Mengisikan bahan-bahan yang sudah diperoleh itu kedalam rumus.
Untuk
memahami langkah langkah itu baiklah kita lihat contoh dibawah ini :
Interval Nilai
|
F
|
X1
|
fX1
|
145 – 149
140 -144
135 – 139
130 – 134
125 – 129
120 – 124
115 – 119
110 – 114
105 – 109 ----------
100 – 104
95 – 99
90 – 94
85 – 89
80 – 84
|
1
3
5
8
11
17
21
22
24 -----------------
20
15
12
6
2
|
+8
+7
+6
+5
+4
+3
+2
+1
0
--------------
-1
-2
-3
-4
-5
|
+8
+21
+30
+40
+44
+51 +258
+42
+22
0
--------------
-20
-30
-36
-24 -120
0
|
Jumlah
|
N = 167
|
-
|
∑ fX = 138
|
Rumus
untuk menghitung mean dengan mean terkaan adalah :
M =
MT + [
] i
Dalam mana M
adalah mean yang kita cari, mean yang sebenarnya,
MT : mean terkaan atau mean kerja
∑ fX : jumlah deviasi kesalahan akibat terkaan
I : lebar interval
Langkah 1 :
yang kita jadikan mean terkaan dalam distribusi diatas adalah interval 105-
109. Pada interval ini telah kita beri tanda garis tebal. Titik tengah dari
interval adalah 107 karena mean harus merupakan satu angka, maka titik tengah
107 ini yang kita sebut mean terkaan.
Langkah 2 :
huruf X yang dicantumkan dalam kolom
ketiga itu adalah deviasi dari mean terkaan. Sebab itu, pada baris yang berisi
mean terkaan deviasinya sama dengan nol. Selanjutnya, deviasi deviasi dibawah
mean kita beri tanda negativ. Deviasi diatas mean secara berturut turut dari
bawah keatas kita beri kode angka angka +1, +2,+3 dan seterusnya deviasi
dibawah mean kita beri kode dari atas kebawah -1, -2 dan seterusnya.
Langkah 3 :
perkalian antara deviasi tiap tiap dengan frekuensinya masing masing kita
cantumkan dalam kolom keempat.
Langkah 4 :
deviasi deviasi yang telah dikalikan dengan frekuensi itu kita jumlahkan. Jumlah
dari deviasi deviasi ini disebut jumlah deviasi kesalahan dari distribusi
diatas jumlah decviasi kesalahannya ada 138.
Langkah 5 : apa
yang sudah kita ketahui dari bahan-bahan tersebut diatas adalah:
MT = 107
∑f X = 138
N = 167
i = 5
Dengan mengisikan apa yang sudah
kita ketahui itu ke dalam rumusnya, maka akan kita peroleh hasil sebagai
berikut:
M = MT + [
] i = 107 + [
] = 5 =
=107 + 0,826 x 5 = 107 +4,13 = 111,13
Dapat
dibatasi sebagai “ suatu nilai yang membatasi 50 persen frekuensi distribusi
bagian bawah dengan 50 persen frekuensi distribusi bagian atas”.
Contoh
:
Tabel
Distribusi Penghasilan Fiktif Untuk Contoh Mencari Median:
Individu
|
Penghasilan
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Rp. 10
12
13
14
16
16
20
|
Medianya
adalah 14, dimana individu nomor 4 membatasi separuh individu diatas dan
separuh lagi dibawahnya.
a.
Median
Pada Distribusi Dengan Frekuensi Genap
Bilamana
suatu distribusi mempunyai frekuensi genap, maka median dihitung secara
kompromi, yaitu dengan membagi dua nilai-nilai variabel yang ada
ditengah-tengah distribusi.
Misal
: ada 4 orang, masing-masing punya tinggi badan 162, 162, 164 dan 166 cm,
Maka
median tinggi badan empat orang itu adalah 163. (162 + 164 : 2 = 163
cm)
b.
Mencari
Median Dari Distribusi Bergolong
Median
= Bb + [
Keterangan
:
Bb
: batas bawah (nyata) dari interval yang
mengandung median
cfb :
frekuensi kumulatif (frekuensi meningkat) dibawah interval yang
mengandung
median
fd
: frekuensi dalam interval yang mengandung median
i
: lebar interval
N
: jumlah frekuensi dalam distribusi
Penggunaan rumus itu dapat kita lihat pada
pekerjaan dibawah ini :
Interval Nilai
|
F
|
Cf
|
100 – 104
95 – 99
90 – 94
85 – 89
80 – 84
75 – 79
70 – 74
65 – 69
60 – 64
55 - 59
|
1
3
5
9
fd
(13)
106
4
3
1
|
55
54
51
46
37
(24)
14
8
4
1
|
Jumlah
|
55
|
-
|
Pertama
harus kita ketahui bahwa untuk menghitung median kita selalu menggunakan kolom
yang berisi frekuensi meningkat (frekuensi kumulatif atau cf, periksa kolom
ketiga). Kolom ini diperlukan untuk mencari interal mana yang mengandung
median. Hal ini dpat kita cari dengan membagi dua jumlah frekueninya. Dalam
contoh diatas, jumlah frekuensinya 9atau N) ada 55. Kalau ini kita bagi dua
hasilnya sama dengan 27,5 itu. Setelah ½ N ini kita ketemukan maka langkah
selanjutnya adalah menemukan interal kelas yang mengandung frekuensi kumulatif
27,5 itu. Interval kelas yang kita maksudkan adalah 80 – 84, sebab cf 27,5
terkandung dalam cf 37.
Batas
bawah (nyata) atau Bb dari interal yang mengandung median itu adalah 79,50.
Separo dari jumlah frekuensinya, atau ½ N, adalah 55,2, sama dengan 27,50.
Frekuensi kumulatif dibawah interval yang mengandung median adalah 24 (24
adalah cf dibawah 37, sedang cf 37 adalah cf yang mengandung median). Frekuensi
dalam interval adalah 13, sedang lebar interval atau i-nya ada lima. Diisikan
dalam rumus :
Mdn = Bb [
] i = 79,50 + [
] 5
=
79,50 +
= 79,50 + 1,346 = 80,846 atau 80,85
Jadi,
median dari distribusi tersebut ada 80,85. Ini adalah nilai ariael yang
terdapat dalam interal kelas 80 – 84, dan menjadi batas antara 50 persen
frekuensi disebelah bawah distribusi. Dengan kata lain, separuh dari frekuensi
variable yaitu 27,5 orang mendapat nilai diatas 80,85 dan separuh lagi yaitu
27,5 orang, mendapat nilai dibawah 80,85 itu.
Catatlah
bahwa langkahlangkah yang paling kritis adalah mencari interal kelas mana yang
mengandung median. Ini dicari dengan membagi dua jumlah frekuensi seluruhnya
(atau N:2), setelah ½ N ini kita temukan, kita tandai frekuensi kumulatif yang
mengandung ½ N itu, dan kita tarik garis tebal pada garis yang mengandung
frekuensi kumulatif itu. Dengan demikian, interal kelas yang kita maksudkan
telah kita temukan. Batas bawah (nyata) dari interal adalah separuh dari batas
bawah semu interval itudengan batas atas semu interaval bawahnya. Dalam contoh
diatas batas bawah nyatanya adalah separuh dari 80 ditambah 79 atau sama dengan
79,50. Langkah selanjutnya adalah menemukan cf. ingat, cf adalah frekuensi kumulatif
dibawah interval yang mengandung median. Ingat juga, fd adalah
frekuensi dalam interal yang mengandung median, bukan frekuensi kumulatif di
dalam, di atas, atau di bawahnya.
Nah
kalau semuanya telah kita temukan, tinggal lagi kita mengisikannya ke dalam
rumusnya.
3. MODE
Adalah : adalah nilai data yang sering muncul(frekuensi
terbesar) dalam rangkaian data itu.(www.academia.edu)
Berdasarkan
jenis distribusinya mode dapat dibatasi sebagai :
1.
Dalam distribusi tunggal ; nilai variabel yang mempunyai frekuensi
tertinggi dalam distribusi
2.
Dalam distribusi bergolong ; titik tengah interval kelas yang mempunyai
frekuensi tertinggi dalam distribusi
a.
Mode
Dalam Distribusi Tunggal
Dalam
serangkaian nilai-nilai 5,6,7,7,7,8,8,8,8,9,9 nilai yang timbul paling banyak
adalah nilai 8. Nilai 8 itu disebut mode dari distribusi nilai-nilai itu.
Nilai
|
Frekuensi
|
10
|
1
|
9
|
0
|
8
|
15
|
7 ←
|
18
|
6
|
4
|
5
|
3
|
4
|
1
|
3
|
1
|
Kalau
suatu distribusi sudah disusun dalam tabel, maka untuk mencari modenya kita
melihat pertama dalam frekuensi. Dalam kolomm frekuensi itu kita cari frekuensi
yang tertinggi, kemudian kita baca nilai variabel yang sebaris dengan frekuensi
yang tertinggi itu. Nilai itu adalah dari distribusi yang telah disusun menjadi
tabel itu. Untuk jelasnya periksa tabel
Frekuensi
yang tertinggi dari distribusi tersebut adalah 18. Nilai yang mempunyai
frekuensi tertinggi adalah nilai 7. Jadi yang menjadi modenya dalah nilai 7.
Kalau
misalnya nilai variabel yang tercantum dalam distribusi tabel 18 adalah nilai
suatu mata pelajaran maka yang menjadi nilai 7.artinya, daripadanya nilai-nilai
lainnya, sebagian terbesar murid-murid memperoleh nila 7 dalam mata pelajaran
itu.
Perlu
di peringatkan bahwa mode adalah nilai, bukan frekuensi yang tertinggi. Hal ini
perlu di tekankan karna sedikit mahasiswa yang keliru mengartikan mode ini.
Baca definisinya, mode dalam distribusi tunggal adalah nila fariabel yang
memperoleh mode terbanyak.
b.
Mode
Dalam Distribusi Bergolong
Bila
mana kita telah memahami pengertian tentang mode dalam distribusi tunggal,
tidak sukar kiranya kita memahami mode dalam distribusi sergolong. Sebagaimana
contoh periksa distribusi dalam tebel 19 dibawah ini:
Interval Nilai
|
Titik Tengah (x)
|
Frekuensi (f)
|
195 – 199
190 -194
185 – 189
180 – 184
175 – 179
170 – 174
165 – 169
160 – 164
155 – 159
150 – 154
145 – 149
140 – 144
|
197
192
187
182
177
172
167
162
157
152
147
142
|
1
2
4
5
8
10
6
4
4
2
3
1
|
Frekuensi yang tertinggi dalam distribusi itu adalah 10.interval
yang mempunyai frekuensi tertinggi itu adalah 170-174,dan titik tengah dari
interval itu adalah 172.jadi, yang menjadi mode dalam distribusi itu adalah
nilai 172.
Definisi yang telah di kemukakan di atas adalahdefinisi dari apa
yang disebut mode kasar.akan tetapi, bilamana kita menghitung mode dari
distribusi frekuensi ,kita membedakan antara apa yang di sebut mode asli dari
mode kasarvitu.mode asli adalah suatu nilai dalam distribusi yang menjadi
pemusatan dari nilai-nilai lainnya.atau dengan ,kata lain yang paling banyak
timbul dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya.bilamana skala pengukuran di
perinci menjadi unit-unit kecil,bilaman a nilai-nilai dicatat
seteliti-telitinya dan bilamana jumlah frekuensinya besar sekali,maka mode
kasar akan sangat mendekati mode asli.akan tetapi,biasanya mode kasar hanya
merupakan pendekatan saja kepada mode asli.rumus untuk mencari mode yang
mendekati asli,bilamana distribusinya simetri,atau setidak-tidaknyatidak sangat
juling,adalah :
Mode=3 median – mean
Bilamana kita menggunakan formula atau rumus itu untuk mengerjakan
bahan dalam tabel 19,maka modenya akan kita ketemukan 174,40.nilai ini ternyata
lebih besar sedikit dibandingkan dengan nilai mode yang diperoleh dengan rumus
mode kasar,yaitu 172.
Mode kasar kadang-kadang merupakan pengukuran tendensi sentral yang
kurang teliti.akan tetapi,kekurangan ini bukan merupakan kelemahan yang sangat
serius seperti tampaknya sepintas lalu.Mode kasar biasanya digunakan sebagai
alat pemeriksaan yang sangat sederhana untuk melihat pusat konsentrasi dalam
suatu distribusi. Bila mana hanya tafsiran kasar saja yang kita kehendaki, maka
kita tidak perlu menghitung mean dan median yang memakan waktu itu.
Akhirnya, perlu ditambahkan sebagai catatan disini tentang
kemungkinan adanya distribusi yang mempunyai dua mode. Distribusi yang
mempunyai dua mode ini seperti yang telah disebutkan dimuka, disebut distribusi
dwi mode. Suatu distribusi disebut dwi mode kalau diantara kedua nilai (dalam
distribusi tunggal) atau diantara kedua interfal (dalam distribusi bergolong)
yang mendapat frekuensi tertinggi itu ada terdapat nilai atau interfal lain
yang lebih rendah frekuensinya.
KAPAN PENGGUNAAN MEAN, MEDIAN,
DAN MODE
1.
Waktu sangat terbatas, menggunakan mode
2.
Kejadian khusus yang membutuhkan mode
3.
Untuk perhitungan statistic selanjutnya, kita membutuhkan mean
4.
Adanya bahan-bahan yang hilang, Mean tidak dapat dihitung
5.
Distribusi sangat juling, melaporkan salah satu tendensi sentral member gambaran
salah
6.
Dari segi stabilitas, Mean adalah tendensi sentral yang paling memuaskan
B. UKURAN LETAK (KUARTIL, DESIL, DAN
PERSENTIL)
Seperti halnya dengan median, kuartil, desil, dan persentil juga
menentukan letak data. Kalau median membagi sekumpulan data menjadi 2 bagian
yang sama banyak, maka kuartil membaginya menjadi 4 bagian yang sama banyak,
desil membaginya menjadi 10 bagian yang sama banyak, dan persentil membaginya
menjadi 100 bagian yang sama banyak.
1. Kuartil
Jika sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan nilainya dibagi menjadi 4 bagian yang sama banyak, maka ketiga bilangan pembaginya disebut dengan kuartil. Ketiga kuartil tersebut adalah kuartil kesatu, kuartil kedua, dan kuartil ketiga, yang dilambangkan secara berurutan mulai dari yang paling kecil dengan K1, K2, dan K3.(https://sh4t0s0.wordpress.com)
Cara menentukan
kuartil adalah:
1. Data disusun menurut urutan nilainya dari yang paling kecil
2. Menentukan letak kuartil
3. Menentukan nilai kuartil
1. Data disusun menurut urutan nilainya dari yang paling kecil
2. Menentukan letak kuartil
3. Menentukan nilai kuartil
Rumus :
Ki =
Bb + [
] i
Keterangan :
K1 : kuartil
pertama yang kita cari
Bb : batas bawah (nyata) interval
yang mengandung K1
N : jumlah frekuensi dalam distribusi
cf : frekuensi kumulatif dibawah interval yang
mengandung K1, dan
i : lebar interval
Contoh ntuk mencari kuartil :
Interal Nilai
cf
|
195 – 199
1
↓ 34
190 – 194
5
33
185 – 189
8
24
28
180 – 184 10 ↑ 20
175 – 179 ───────── (6) ─────────────────── 10
──
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
↓
170 – 174
3
(4)
165 – 169
1
1
↑
|
Jumlah 34
-
|
Untuk menghitung K1, jumlah frekuensi yang membatasi 25% ujung distribusi sebelah bawah (dan 75% ujung atas) harus ditemukan dulu. Ini dicari dengan membagi N dengan 4, atau 34:4 sama dengan 8,5. Interval 165-169dan 170-174 bersama-sama mempunyai jumlah frekuensi 4 (atau cbb =4).Untuk menggenapkannya menjadi 8,5 dibutuhkan 4,5 lagi yng kita ambilkan dari frekuensi diatasnya (fd = 6). Kalau begitu interval yang mengandung K1 adalah interal 175-179, yaitu interal yang mengandung fd. jika ini sudah ditemukan, kita tinggal lagi mengisi rumusnya sebagai berikut.
Bb = 174,5 fd = 6 ¼
N = 8,5
Cfd = 4 i = 5
K1=
174,5 + [
] 5 = 178,25
2.DESIL
Jika sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan nilainya dibagi menjadi 10 bagian yang sama banyak, maka kesembilan bilangan pembaginya disebut dengan desil. Kesembilan desil tersebut adalah desil kesatu, kedua, ketiga, …, kesembilan, yang dilambangkan secara berurutan mulai dari yang paling kecil dengan D1, D2, D3,…, D9.
Rumus :
D1 =
Bb + [
] i
D5 = K2 = Mdn
D6 = Bb + [
] i
D9 = Bb + [
] i
Keterangan :
Bb : batas
bawah (nyata interval)
N : jumlah frekuensi dalam distribusi
Cfb : frekuensi kumulatif dibawah interval
Fd : frekuensi dalam interval
I : lebar interval
Dalam mana Bb, cfd, fd, adalah batas
bawah (nyata), frekuensi kumulatif dibawah dan frekuensi dalam interal yang
mengandung desil yang bersangkutan.
Jadi yang berbeda dengan rumus median hanya komponen N
nya. Untuk D2, D3, D4, D7, dan D8.
Komponen N nya secara berturut turut adalah 2/10 N, 3/10 N, 4/10 N, 7/10 dan
8/10 N. karena prinsip prinsip lainnya dari desil ini sama dengan prinsip
prinsip median dan kuartil, maka akan berlebihan kalau disini akan dibicarakan
lagi. Demikian juga contoh comtoh untuk menghitung tap tiap desil. Dua contoh
menghitungnya barang kali sudah cukup.
Dengan menggunakan bahan dalam table 20 akan kita cari
D3 nya. Pertama yang kita kerjakan adalah menemukan 3/10 dan
frekuensi seluruhnya. Ini kita ketemukan, yaitu 10,2 (dari 3/10 x 34). Dengan
memeriksa table 20 kita ketahui bahwa D3 terletak dalam interal
nilai nilai 180 – 184. Dari ini apa yang sudah kita
ketahui adalah:
Bb = 179,5 fd
= 10
Cfd = 10 i
= 5
3/10
N = 10,2
Diisikan ke dalam rumusnya:
D3 = Bb +
= 179,5 +
= 179,6
Jadi, nilai 179,6 menjadi
batas dari 30 persen frekuensi di bagian bawah distribusi dari 70 persen menjadi
bagian atasnya.
Sekarang dari bahan Tabel 21
kita hendak mencari D7-nya. Pertama kita cari 7/10 (yaitu 527,8 yang
diperoleh dari 7/10 kali 758 dari jumlah frekuensi dihitung dari distribusi
bagian bawah . Dengan memeriksa tabel 21 kita ketahui bahwa D7
terletak di suatu titik antara umur 22 tahun dan 23 tahun. Dengan mengisikan
dalam rumus kita peroleh hasil sebagai berikut:
D7 = Bb +
= 22 tahun +
= 22 tahun
Pn = Bb
+ [
] i
keterangan :
Pn : presentil
Bb : batas
bawah (nyata interval)
N : jumlah frekuensi dalam distribusi
Cfb : frekuensi kumulatif dibawah interval
Fd : frekuensi dalam interval
I : lebar interval
Contoh:
Interval Nilai
|
Frekuensi
|
Frekuensi Meningkat
|
150-159
140-149
130-139
120-129
110-119
100-109
90-99
80-89
70-79
60-69
|
1
2
5
8
14
10
7
6
4
3
|
60
59
57
52
44
30
20
13
7
3
|
Jumlah
|
60
|
…
|
P35 = Bb +
= 99,5 +
= 100,5
Demikianlah dapat kita lihat bahwa pada prinsipnya mencari persentil
sama halnya dengan mencari median, kuartil, dan desil.
BAB 3
PENUTUP
Ø Tendensi sentral adalah kecenderungan memusat atau mengelompoknya
suatu data
Ø Ukuran tendensi sentral yang lazim digunakan adalah :
1. Mean
2. Median
3. Modus
1. Mean
2. Median
3. Modus
Ø Mean Adalah angka rata-rata.
Dari segi aritmetik, Mean adalah jumlah nilai-nilai dibagi dengan jumlah
individu
Ø Median adalah suatu nilai yang membatasi 50 persen frekuensi
distribusi bagian bawah dengan 50 persen frekuensi distribusi bagian atas
Ø Mode( Modus ) adalah nilai
data yang sering muncul(frekuensi terbesar) dalam rangkaian data itu.
Ø Kuartil adalah sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan
nilainya dibagi menjadi 4 bagian yang sama banyak, maka ketiga bilangan
pembaginya disebut dengan kuartil. Ketiga kuartil tersebut adalah kuartil
kesatu, kuartil kedua, dan kuartil ketiga, yang dilambangkan secara berurutan
mulai dari yang paling kecil dengan K1, K2, dan K3.
Ø Desil adalah sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan
nilainya dibagi menjadi 10 bagian yang sama banyak, maka kesembilan bilangan
pembaginya.
Ø Presentil adalah sekumpulan
data yang sudah disusun menurut urutan nilainya dibagi menjadi 100 bagian yang
sama banyak, maka kesembilan puluh sembilan bilangan pembaginya disebut dengan
persentil. Kesembilan puluh sembilan persentil tersebut adalah persentil
kesatu, kedua, ketiga, …, kesembilan puluh sembilan , yang dilambangkan secara
berurutan mulai dari yang paling kecil dengan P1, P2, P3, …, P99.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno, H. (1986). Statistik I. Yogyakarta:
Yayasan Penerbit FAK.Psikologi UGM Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment