ARTI
DAN LETAK TAKSONOMI DALAM ARTI PENDIDIKAN
Disusun
Guna memenuhi Tugas :
Pengembangan
Sistem Evaluasi PAI
Dosen
Pengampu: Suparwi, S.Pd.I., M.M.
Disusun
oleh :
Ainun Najib :112165
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH (PAI)
TAHUN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Taksonomi
bloom merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agar dengan adanya
taksonomi ini para pendidik dapat mengetahui secara jelas dan pasti
apakah tujuan instruksional pelajaran bersifat kognitif, afektif atau
psikomotor. Taksonomi berarti klasifikasi
berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang
bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat
diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Taksonomi yaitu ilmu tentang kelompok organisme
berdasarkan perbedaan kategori menurut karakter fisiknya. Pengelompokan atau
karakterisasi akan dikelompokan didasarkan kesamaannya yang biasanya diwariskan
kepada keturunannya dari nenek moyangnya.
B.
Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalahnya adalah:
1.
Apakah
pengertian dari taksonomi dan letak taksonomi dalam dunia pendidikan?
2.
Apa itu
taksonomi Bloom?
3.
Apa itu kata
kerja operasional (KKO) dan bagian-bagiannya?
C.
Tujuan Masalah
Pembuatan makalah ini bertujuan:
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan taksonomi dan letak taksonomi dalam dunia
pendidikan.
2.
Untuk
mengetahui apa itu taksonomi Bloom.
3.
Untuk
mengetahui apa itu kata kerja operasional (KKO) serta bagian-bagiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Taksonomi dan Letak Taksonomi dalam Dunia Pendidikan
Secara
bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos.
Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang
berarti aturan.[1]
Taksonomi dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan
suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang
lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas dan taksonomi yang lebih
rendah bersifat lebih spesifik atau lebih terperinci.
Dalam
pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan
tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi
kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara
hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi
ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga
sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
Pengajaran
yang semata-mata merencanakan atas strategi pengetahuan lebih didahulukan
tidaklah banyak menolong dalam menyusun berbagai jenis perilaku dalam kategori
pengetahuan ataupun dalam taraf-taraf yang lebih tinggi.[2]
Kepentingan antara kegiatan belajar mengajar harus berlandaskan tujuan.
Kesadaran para guru bahwa tujuan pelajaran harus dirumuskan sebelum proses
belajar mengajar berlangsung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada siswa.
Jadi, tujuan tersebur bukanlah sesuatu yang perlu untuk dirahasiakan. Apabila
dalm pengajaran tidak disebutkan tujuannya, maka siswa tidak akan tahu mana
pelajaran yang perlu dan yang tidak. Kepentingan hubungan ini dikemukakan oleh
Scriven yang mengemukakan bahwa, harus ada hubungan erat antara :[3]
1.
Tujuan
kurikulum dengan bahan pelajaran
2.
Bahan pelajaran
dengan alat-alat evaluasi.
3.
Tujuan
kurikulum dengan alat-alat evaluasi.
Tujuan
kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel berpendapat
bahwa, jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak dapat
diukur, maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan telah dirumuskan secara
operasional maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda bahwa seseorang telah
mencapai tujuannya, akan terlihat pada perubahan tingkah lakunya.[4]
Maksud yang dapat diukur ialah kemampuan, perilaku, sikapyang harus dimiliki
seorang siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam
tingkah lakunya sehingga dapat diamati dan diukur.
Tujuan
pendidikan dapat dirumuskan pada 3 tingkatan yaitu:
1.
Pertama, tujuan umum
pendidikan. Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknya sesuatu program diadakan.
2.
Kedua, tujuan yang
didasarkan tingkah laku. Ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu,
kognitif, afektif, dan psikomotor. Berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah
laku, inilah yang dimaksud dengan taksonomi.
3.
Ketiga, tujuan yang
lebih jelas yang dirumuskan secara operasional.
Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana
menyebut ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landsheere
disimpulkan bahwa ada 3 tingkat tujuan (termasuk taksonomi), yaitu:
1.
Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan
2.
Taksonomi
3.
Tujuan yang operasional.
2.
Taksonomi Bloom
Benjamin Bloom (February 21, 1913 - September 13, 1999) adalah seorang ahli
psikologi pendidikan Amerika yang memberikan sumbangan pemikiran yang
cukup berarti, yaitu mengklasifikasikan tujuan pembelajaran (classification of
educational objectives) dan teori belajar tuntas (the theory of mastery
learning). Dari hasil penelitiannya, Bloom membangun taksonomi tujuan
pembelajaran atau "taxonomy of educational objectives" yang
mengklasifikasikan tujuan pembelajaran yang berbeda-beda.
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang
yang melahirkan taksonomi lain.prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2
orang ini ada 4 buah,yaitu:
1. Prinsip metodologis
Perbedaan-perbedaan
yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar.
2. Prinsip Psikologis
Taksonomi hendaknya
konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
3. Prinsip Logis
Taksonomi hendaknya
dikembangkan secara logis dan konsisten.
4. Prinsip Tujuan
Tingkatan-tingkatan
tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai.tiap-tiap jenis
tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral.
Konsep taksonomi Bloom mengklasifikasikan tujuan
pendidikan dalam tiga ranah, yaitu:
1.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual.
2.
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi.
3.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek terampilan.[5]
Dijelaskan
1.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
meliputi :
1.
Ingatan (mengenal dan mengingat kembali)
Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih jawaban.
2.
Pemahaman
Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami
hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
3.
Penerapan atau aplikasi
Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk
menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan,
gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan
menerapkannya secara benar.
4.
Analisis
Dalam analisis, siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau
situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.
5.
Sintesis
Sintesis merupakan suatu proses yang meminta siswa agar bias menyusun
kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan struktur baru. Dengan
singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal sintesis ini siswa diminta untuk
melakukan generalisasi.
6.
Evaluasi
Evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam
ranah kognitif menurut taksonomi bloom.Evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau
ide,atau kemampuan mengambil keputusan.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) meliputi :
1. Penerimaan (receiving/attending)
Penerimaan adalah kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.
2. Penanggapan (responding)
Penanggapan adalah memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.
3. Penilaian (valuing)
Penilaian adalah memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap
suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan,dirasakan akan membawa kerugiaan atau penyesalan.
4. Pengorganisasian (organization)
Pengorganisasian adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk
nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.
5. Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai itu
telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.
Ini adalah merupakan tingkatan efektif tertinggi, karena sikap batin peserta
didik telah benar-benar bijaksana.[6]
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) meliputi :
1. Menirukan (muscular or motor skills).
Menirukan merupakan kemampuan untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum
mengerti makna atau hakikat dari keterampilan itu.
2. Memanipulasi (manipulations).
Memanipulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu
tindakan seperti yang diajarkan, dalam arti mampu memilih yang diperlukan.
3. Ketelitian (Precision) melakukan tugas atau kegiatan dengan keahlian
dan berkualitas tinggi tanpa bantuan atau instruksi, dapat menunjukkan
aktivitas untuk pelajar lain
4. Artikulasi.
Artikulasi (Articulation) merupakan suatu tahap
dimana seseorang dapat melakukan suatu keterampilan yang lebih komplek terutama
yang berhubungan dengan gerakan interpretatif.
5. Pengalamiahan (Naturalisation) merupakan suatu penampilan tindakan
dimana hal-hal yang diajarkan (sebagai contoh) telah menjadi suatu kebiasaan
dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan. Contoh kata kerja
operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini diantaranya adalah
memutar, memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya.
3.
Kata Kerja
Operasional (KKO)
Kata kerja Operasional adalah kata kerja yang
dapat diukur dan digunakan untuk merancang indikator dari SK dan KD pada
Standar Isi, atau juga dapat digunakan untuk merancang Tujuan Pembelajaran pada
silabus dan RPP.
1.
Pengetahuan (knowledge, (C1) :
mendefiniskan,
mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambar, membilang, mengidentifikasi,
mendaftar, menunjukkan, memasangkan, menamai, menandai, membaca, menyadari,
menghafal, meniru, mencatat, mengulang, meninjau, memilih, menyatakan,
mempelajari, menelusuri, menulis.
2.
Pemahaman (comprehension), (C2) :
memperkirakan,
menjelaskan, mengkategorikan, mencirikan, merinci, membandingkan, menghitung,
mengubah, menguraikan, membedakan, mendiskusikan, mencontohkan, menerangkan,
mengemukakan, mempolakan, memperluas, menyimpulkan, meramalkan, merangkum,
menjabarkan.
3.
Penerapan (application), (C3) :
menugaskan,
mengurutkan, menerapkan, menyesuaikan, mengkalkulasi, memodifikasi,
mengklasifikasi, menghitung, membangun, membiasakan, mencegah, menentukan,
menggambarkan, menggunakan, menilai, melatih, menggali,mengemukakan,menyelidiki,mengoperasikan,mempersoalkan,mengkonsepkan,
melaksanakan, meramalkan, memproduksi, memproses, menyusun, memecahkan,
melakukan, memproses, meramalkan.
4.
Analisis (analysis), (C4) :
menganalisis,memecahkan,menegaskan,mendeteksi,mendiagnosis,menyeleksi,merinci,menominasikan,mendiagramkan,megkorelasikan,merasionalkan,menguji,mencerahkan,menjelajah,membagankan,menyimpulkan,menemukan,menelaah,
memaksimalkan, memerintahkan, mengedit, mengaitkan, memilih, mengukur, melatih,
mentransfer.
5.
Sintesis (synthesis), (C5) :
mengatur, menganimasi,
mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode, mengombinasikan, menyusun, mengarang,
membangun, menanggulangi, menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan, mengoreksi,
merancang, merencanakan, mendikte, meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi,
membentuk, merumuskan, menggabungkan, memadukan, membatas, mereparasi,
menampilkan, menyiapkan, memproduksi, merangkum, merekonstruksi.
6.
Evaluasi (Evaluation), (C6) :
membandingkan,
menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang, memutuskan,
memisahkan, memprediksi, memperjelas, menugaskan, menafsirkan, mempertahankan,
memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan, memvalidasi, mengetes, mendukung,
memilih, memproyeksikan.
2.
Affective
Domain; learning levels and corresponding action verbs.
1.
Menerima (Receiving):
memilih,
mempertanyakan, mengikuti, memberi, enganut, mematuhi.
2.
Menanggapi (Responding) :
menjawab, membantu,
mengajukan, mengompromikan, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui,
menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, menolak, menceritakan,
menulis, menghafal, membedakan.
3.
Menilai (Valuing) :
melengkapi,
menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang,
menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil
bagian, mempelajari.
4.
Mengelola (Organization) :
mengubah,mengatur,menggabungkan,membandingkan,melengkapi,mempertahankan,menerangkan,menggeneralisasikan,mengidentifikasikan,mengintegrasikan,memodifikasikan,mengorganisir,menyiapkan,menghubungkan,
mensitesiskan.
5.
Menghayati (Characterization by value) :
menerapkan,
mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan,
mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan, menggunakan.
3.
Psychomotor
domain, show the actualization of words that can be observed include:
1.
Menirukan (muscular or motor skills), (P1) : Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan,
menampilkan.
2.
Memanipulasi (manipulations), (P2) : mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.[8]
3.
Ketelitian (Precision), (P3) : mendemonstrasikan, menunjukkan, melengkapkan, menyempurnakan, mengkalibrasi, mengkontrol,
4.
Artikulasi (P4): mempertajam,
membentuk, memadankan, menggunakan, memulai, menjeniskan, menempel, menseketsa,
melonggarkan, menimbang
5.
Pengalamiahan (Naturalisation), (P5) : mengalihkan,
menggantikan, memutar, mengirim, memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi,
mencampur, mengoperasikan, mengemas, membungkus.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi
dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari
sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda
diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat
diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
2.
Tujuan instruksional khusus (taksonomi) dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir.
2.
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri.
3.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
3.
Penetapan tujuan, yang merupakan suatu keharusan dalam perencanaan
pengajaran, perlu dirumuskan dengan jelas dan tegas sehingga tidak membuka
peluang untuk penafsiran lain. Penetapan tujuan pengajaran ibarat penetapan
tujuan suatu perjalanan. Jalan yang optimal ke tujuan tidak dapat
dipertimbangkan apabila tujuan itu sendiri belum diketahui. Setelah ada tujuan,
baru dipikirkan jalan optimal (yaitu yang efektif dan efisien) ke tujuan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi. Diakses tanggal 12 Maret 2013.
Popham, W. James. 2008. Teknik Belajar
Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadiman, Arief S. dkk. 2008. Media
Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2008.
Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
C.
[6] Sudijono, Anas. 2008. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 55
No comments:
Post a Comment