BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendekatan konseling merupakan teori yang mendasari sesuatu kegiatan dan
praktik konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika kita mempunyai
pemahaman berbagai pendekatan atau teori-teori konseling, maka akan memudahkan
kita dalam menentukan arah proses konseling.[1]
Dunia konseling memiliki berbagai macam pendekatan yang dapat dijadikan
acuan dasar pada semua praktik konseling. Masing-masing teori tentu saja
dikemukakan oleh ahli yang berbeda sehingga penerapan dari pendekatan yang
digunakan juga akan terlihat berbeda.[2]
Beberapa pendekatan dalam konseling yaitu pendekatan psikoanalisis,
eksistensial-humanitis, client-centered, terapi gestalt, terapi
rasional-emotif, terapi realitas dan pendekatan eklektik. Dalam makalah ini,
hanya akan diuraikan tentang pendekatan psikoanalisis secara lebih mendetail.
Psikoanalisis sebagai teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan berikut:
1.
Bagaimana pengertian pendekatan psikoanalisis ?
2.
Bagaimana pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia?
3.
Bagaimana tujuan konseling psikoanalisis ?
4.
Bagaimana teknik
konseling psikoanalisis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Psikoanalisis
Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul
dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan
perilaku neurotik, kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis.
Psikoanalisis diciptakan oleh Sigmund Freud pada tahun 1986.
Pada kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi,
eksplorasi, penelitian dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang
muncul kemudian. Mulanya Freud menggunakan teknik hipnosis untuk menangani
pasiennya. Tetapi teknik ini ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien.
Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free
association) yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini
ditemukan ketika Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau
tidak memberi tanggapan terhadap sugesti atau pertanyaan yang mengungkap
permasalahan klien. Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi teknik baru yang
dikenal sebagai analisis mimpi.
Menurut Willis, pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting yaitu
:
1. Sebagai metode penelitian proses-proses psikis
2. Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis
3. Sebagai teori kepribadian[3]
Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah
sangat efektif untuk menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas,
obsesi neurosis. Namun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan
pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya.[4]
B.
Pandangan Psikoanalisis tentang
Kepribadian Manusia
1.
Topografi Kepribadian
Teori topografi merupakan teori
psikoanalisis yang menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari
sub – subsistem. Bagi Freud kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran (awareness).
Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu
a) Alam sadar (conscious/Cs), bagian yang berfungsi mengingat,
menyadari dan merasakan sesuatu secara nyadar atau nyata.
b)
Alam prasadar (preconscious/Pcs),
bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan, dan perasaan dan berfungsi
mengantarkan ide, ingatan, dan perasaan tersebut ke alam sadar jika individu
berusaha mengingatnya kembali.
c)
Alam bawah sadar (unconscious/Ucs),
bagian dari dunia kesadaran yang paling menentukan terbentuknya
kepribadian individu. Alam bawah sadar menyimpan semua ingatan atas
peristiwa-peristiwa tertentu yang telah direpresi individu. Alam bawah sadar
juga menyimpan ingatan tentang keinginan yang tidak tercapai oleh individu.[5]
2.
Struktur Kepribadian
Freud beranggapan bahwa kepribadian
manusia tersusun secara struktural. Dalam dunia kesadaran (awareness) individu
terdapat pula subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis,
antara lain :
a)
Id, merupakan subsistem kepribadian yang
asli, yang dimiliki individu sejak lahir. Id bersifat primitif dan bekerja pada
prinsip kesenangan. Id berperan sebagai sumber libido atau tenaga hidup dan
energi serta merupakan sumber dari dorongan dan keinginan dasar untuk hidup dan
mati.
b)
Ego, Berbeda dengan id yang bekerja hanya
untuk memuaskan kebutuhan naluriah, ego bertindak sebaliknya. Ego berperan
menghadapi realitas hidup dan berasal dari kebudayaan dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Prinsip kerjanya selalu bertentangan dengan id.
c)
Superego, terbentuk dari nilai-nilai yang terdapat
dalam keluarga dan masyarakat yang dipelajari di sepanjang tahun-tahun pertama
hidup manusia. Superego bekerja berdasarkan prinsip moral yang orientasinya
bukan kesenangan tetapi pada kesempurnaan kepribadian.[6]
3.
Perkembangan Kepribadian
Secara genetis perkembangan kepribadian
berkembang melalui beberapa tahap, yaitu tahap oral, anal, falik, laten dan
genital. Freud mengemukakan bahwa tahapan perkembangan ini sangat penting
terutama bagi pembentukan kepribadian di kemudian hari.
a)
Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun
pertama. Pada fase ini anak berkembang berdasarkan pengalaman kenikmatan erotik
pada daerah mulut. Anak yang tidak mendapat kasih saying dari ibu dan kepuasan
dalam makan serta minum akan menghambat perkembangan kepribadiannya.
b)
Fase anal, terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun
ketiga. Perkembangan anak pada fase ini berpusat pada kenikmatan pada daerah
anus. Selama fase ini, peran latihan buang air (toilet training) sangat
penting untuk belajar disiplin dan moral.
c)
Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima
tahun. Pusat kenikmatan berpusat pada alat kelamin. Istilah yang kerap muncul
pada fase ini adalah Oedipus complex (ketertarikan seksual pada sosok
ibu) pada anak laki-laki dan electra complex (ketertarikan seksual pada
sosok ayah) pada anak perempuan.
d)
Fase laten, juga disebut tahap pregenital. Periode
ini terjadi antara lima atau enam tahun hingga pubertas. Pada fase ini anak
hanya sedikit berminat pada seksualitas karena disebabkan kesibukan belajar,
aktifitas dengan teman sebaya dan keterampilan fisik.
e)
Fase genital, terjadi pada masa pubertas (di atas 12
tahun). Perilaku umum yang tampak pada fase ini adalah kecenderungan tertarik
pada lawan jenis, bersosialisasi dan berkelompok serta menjalin hubungan kerja.
Semua tingkah laku yang dilakukan kerap kali pada proses menciptakan hubungan
dengan orang lain.[7]
4.
Dinamika Kepribadian
a)
Insting, menjadi sumber energi psikis dalam
mengarahkan tindakannya memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Freud
mengelompokkan insting atas dua jenis yakni insting hidup dan insting mati.
Bentuk energi dimana insting-insting hidup beroperasi disebut libido. Yang
paling utama insting libido ialah insting seksual. Insting-insting hidup yang
lainnya adalah lapar dan haus. [8]
b)
Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena
keinginan dan tuntunan internal tidak terpenuhi dengan sebaiknya. Freud
mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara lain :
1)
Kecemasan realitas (reality anxity),
takut akan bahaya yang datang dari luar. Kecemasan ini bersumber dari
ego.
2)
Kecemasan neurosis (neurotic
anxity), khawatir tidak mampu mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya.
Kecemasan ini bersumber dari id.
3)
Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa bersalah dan
ketakutan dihukum oleh nilai-nilai dalam hati nuraninya. Kecemasan ini
bersumber dari super ego.[9]
c)
Mekanisme pertahanan ego
Cara individu menghindari kecemasan
biasanya dilakukan dengan mekanisme pertahanan ego ( ego defense mechanism ).
Di antara contoh bentuk mekanisme pertahanan ego antara lain :
1)
Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis. Contoh
: seorang korban tsunami di Aceh berusaha melupakan peristiwa tersebut.
2)
Proyeksi,
mengalamatkan pikiran, perasaan, motif yang tidak diterimanya kepada
orang lain. Contoh : seseorang mengatakan bahwa kegagalannya dalam ujian
karena teman sebangkunya yang berisik.
3)
Introyeksi, menanamkan nilai-nilai dan standar yang
dimiliki orang lain ke dalam dirinya sendiri. Contoh : seorang anak senang berkelahi karena
selalu melihat kedua orang tuanya berkelahi.
4)
Regresi, tindakan melangkah mundur secara tidak
sadar ke fase perkembangan yang terdahulu dimana tuntutan tugas perkembangannya
tidak terlalu besar. Contoh : anak berusia 10 tahun yang kembali minta digendong
ketika adiknya lahir.[10]
C. Prinsip dan Tujuan Konseling Psikoanalisis
Di dalam
gerakannya, psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yaitu:
a.
Prinsip Konstansi artinya bahwa kehidupan psikis cenderung untuk
mempertahankan kualitas ketegangan psikis pada taraf yang serendah mungkin,
atau setidak-tidaknya taraf yang stabil, atau dengan kata lain bahwa kondisi
psikis manusia cenderung dalam konflik yang permanen.
b.
Prinsip Kesenangan, artinya kehidupan psikis cenderung untuk
menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan.
c.
Prinsip Realitas yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan
keadaan nyata.[11]
Konseling psikoanalisis bertujuan:
1. Menolong individu
mendapatkan pengertian yang terus menerus tentang mekanisme penyesuaian
dirinya.
2. Membentuk kembali
struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tidak
disadari menjadi sadar kembali, dengan
menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman masa
anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata, di diskusikan, di analisis
dan di tafsirkan sehingga kepribadian konseli bisa direkonstruksi lagi.[12]
Cotton (1992), menyatakan bahwa peran konelor dalam terapi psikoanalisis
ini adalah memberikan lingkungan (atmosfer) yang baik untuk mempermudah konseli
mengeksplorasi masa lalunya dan memperkuat fungsi ego. Dengan demikian
intinya terapis berusaha untuk menolong ego dengan membuatnya sadar atas
konflik yang di alami dan menemukan sumber-sumber kebutuhan biologis dan
nilai-nilai yang ada, sehingga ego dapat menjadi mediator keduanya yang pada
akhirnya dapat membuat keputusan untuk kehidupan yang adaptif.
Selanjutnya, Cotton (1992) menyatakan bahwa dalam proses konseling
terapis mempunyai dua tugas penting yaitu: terapis harus bisa menumbuhkan self-knowledge
konseli dan mampu menginterpretasi hal-hal yang tdak disadari oleh konseli
secara akurat. Jika dua tugas itu dapat berjalan secara efektif, maka Freud
berasumsi bahwa simtom penyebab perilaku menyimpang akan dapat minimalisasi
atau bahkan dihilangkan sama sekali.[13]
D.
Teknik Konseling Psikoanalisis
Teknik spesifik
yang digunakan Freud dalam Psikoterapi adalah asosiasi bebas, interpretasi
mimpi, analisis transference, dan analisis resistensi
1.
Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas
maksudnya teknik yang memberikan kebebasan kepada klien untuk mengemukakan
segenap perasaan dan pikirannya yang terlintas pada benak klien, baik yang
menyenangkan maupun tidak.
Asosiasi ini untuk memudahkan konselor terhadap dinamika psikologis yang terjadi
padanya, sehingga dapat membimbing klien menyadari pengalaman-pengalaman
ketidaksadarannya, dan membuat hubungan-hubungan kecemasannya saat ini dengan
pengalaman masa lampau.
2.
Interpretasi Mimpi
Interpretasi
mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan segenap mimpinya kepada
terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan, dorongan,
keinginan yang tidak disadari akan direpresi dan termanifes dalam mimpi.
Interpretasi mimpi maksudnya klien diajak konselor untuk menafsikan mimpi-mimpi
yang tersirat dalam mimpi yang berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya.
3.
Analisis Tranferensi
Transferensi
merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam hubungannya
orang-orang berpengaruh kepada terapis
di saat konseling. Dalam transferensi ini akan muncul perasaan benci,
ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang selama ini ditekan di ungkapkan
kembali, dengan sasaran konselor sebagai objeknya. Dalam konteks ini konselor
melakukan analisis pengalaman klien dimasa kecilnya, terutama hal-hal yang
menghambat perkembangan kepribadiannya. Dengan analisis transferensi diharapkan
klien dapat mengatasi problem yang dihadapi hingga saat ini.
4.
Analisis Resistensi
Resistensi
merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi atau
mengungkpkan hal-hal yang menimbulkan kecemasa. Perilaku ini dilakukan sebagai
bentuk pertahanan diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali
alasan-alasan klien melakukan resisitensi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang
sangat tampak untuk menghindari penolakan atas interpretasi konselor.
Teknik-teknik spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan
konseling, tetapi lebih banyak digunakan dalam psikoterapi dalm membantu pasien
yang mengalami psikopatologis. [14]
BAB III
SIMPULAN
1.
Pengertian pendekatan Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan teori pertama
yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisis diciptakan oleh Sigmund Freud
pada tahun 1986.
2.
Pandangan Psikoanalisis tentang Kepribadian Manusia
a. Topografi Kepribadian
Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu alam sadar, alam
prasadar dan alam bawah sadar.
b. Struktur Kepribadian
Subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, antara
lain : Id, Ego, dan Superego.
c. Perkembangan Kepribadian
Secara genetis perkembangan kepribadian berkembang melalui beberapa
tahap, yaitu tahap oral, anal, falik, laten dan genital.
d. Dinamika Kepribadian
Insting, menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan tindakannya memenuhi
keinginan dan kebutuhannya.
Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntunan internal tidak
terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan,
antara lain : kecemasan realitas, kecemasan neurosis, dan kecemasan moral
Mekanisme pertahanan ego, contoh bentuk mekanisme pertahanan ego antara lain : represi, proyeksi, introyeksi,
regresi dan sebagainya.
3.
Prinsip dan Tujuan
Konseling Psikoanalisis
Di dalam
gerakannya, psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yaitu: prinsip
konstansi, prinsip
kesenangan dan prinsip realitas.
Konseling psikoanalisis bertujuan: Menolong
individu mendapatkan pengertian yang terus menerus tentang mekanisme
penyesuaian dirinya dan membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan
jalan mengembalikan hal-hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali.
4.
Teknik Konseling Psikoanalisis
Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam Psikoterapi adalah
asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis
resistensi.
DAFTAR PUSTAKA
Sofyan S.Willis. Konseling Keluaga.
Alfabeta. Bandung. 2011.
Namora Lumongga Lubis. Memahami
Dasar-dasar Konseling. Kencana. Jakarta.
2011.
Latipun. Psikologi Konseling. UMM
Press. Malang. 2001.
Zainal Aqib. Konseling Kesehatan
Mental. CV Yrama Widya. Bandung. 2013.
Hartono dan Boy Sudarmadji, Psikologi
Konseling, KENCANA, Jakarta, 2012
[1] Sofyan
S.Willis. konseling keluaga, alfabeta. Bandung, 2011. Hlm 92.
[2] Namora
lumongga lubis, memahami dasar-dasar konseling. Kencana, Jakarta, hlm 139
[3] Ibid,
hlm.140-141
[4] Latipun,
Psikologi konseling,UMM press, Malang, 2001.hlm. 60
[5] Namora
lumongga lubis, hlm.146
[6] Ibid, hm.142
[7] Latipun, Op.Cit,
hlm.64-66
[8] Sofyan S.
Willis, Op.Cit, hlm.95
[9] Ibid, hlm.96
[10] Namora
lumongga lubis, Op.Cit, hlm. 147
[11] Sofyan
S.Willis, Op.Cit, hlm.92-93
[12] Zainal Aqib, Konseling
Kesehatan Mental, CV Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm 111
[13] Hartono
dan Boy Sudarmadji, Psikologi Konseling, KENCANA, Jakarta, 2012, hlm 115
[14] Latipun, Op.Cit,
.hlm. 74-75
good artikel kak :)
ReplyDeletehttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fakhmadkhudri%2F.wordpress.com