Friday, February 26, 2016

makalah metode dalam tafsir

I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
            Al-quran adalah sumber hukum pertama bagi umat Muhammad,kemampuan setiap orang dalam memahami tafsir dan ungkapan al-quran tidaklah sama. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangkan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang dhahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global. Sedang kalangan cendekia dan terpelajar akan dapat menyimpulkan makna yang terkandung dibalik ayatnya.
            Dari situ kita dapat menyimpulkan bahwa tafsir al-quran sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang membaca al-quran tapi banyak juga yang hanya sekedar membaca tanpa bias memahami setiap ayat yang di bacanya. Ilmu tafsir sangat berguna untuk memahami makna al-quran.
            Oleh karena itu mempelajari tafsir al-quran merupakan sesuatu yang urgen untuk mengetahui maksut Allah (dalam al-quran). Tentu saja dengan batas kemampuan yang tidak dimiliki menyangkut perintah dan larangan yang telah disyariatkan Allah kepada hamba-hambanya agar menjalani kehidupan dunia yang lurus dan dapat mempersiapkan bekal yang cukup untuk akhirat. Juga untuk memahami petunjuk Allah, yang menyangkut akidah, ibadah, akhlak, dengan harapan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[1]   
 B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan metode ?
2.Apa yang dimaksud dengan tafsir ?
3.apa saja metode-metode yang digunakan dalam menafsirkan al-quran ?
II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode  
Kata ‘metode’ berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti “cara atau jalan [2]] Di dalam bahasa Arab kata ini ditulis “Thoriqot” dan “manhaj”. Di dalam pemakaian bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti: “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.[3]
Pengertian ‘metode’ yang umum itu dapat digunakan pada berbagai objek, baik berhubungan dengan pemikiran dan penalaran akal, atau menyangkut pekerjaan fisik. Jadi dapat dikatakan metode adalah salah satu sarana yang amat penting untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kaitan ini maka studi tafsir Al-Qur’an tidak lepas dari metode, yakni ”suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan Allah di dalam ayat-ayat Al–Qur’an yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad saw[4]
Definisi itu memberikan gambaran kepada kita bahwa metode tafsir Al-Qur’an tersebut berisi seperangkat tatanan dan aturan yang harus diindahkan ketika menafsirkan Al-Qur’an tanpa menempuh alur-alur yang telah ditetapkan dalam metode tafsir, maka tidak mustahil penafsirannya akan keliru. Tafsir serupa ini disebut bi al-ra’y al-mahdh (tafsir berdasarkan pemikiran semata) yang dilarang oleh Nabi; bahkan Ibn Taymiyat menegaskan bahwa penafsiran serupa itu adalah haram[5]

B. Pengertian Tafsir
Tafsir menurut bahasa (etimologi) adalah merupakan (al-idah) dan menjelaskan (at-Tabyin) (As-Sabuny:t.t;61 dan Az-Zahabiy:1976;13) . ia merupakan bentuk taf’il yang diambil dari kata “al-fasr”, yang bararti ; menyatakan (al-ibanah) ‘ membuka (al-kasyfu), dan menjelaskan (al-idharu) (manna’ul Qathathan :1973;323).
Az-Zahabiy mengutip dalam buku “Lisanu’l Arab “ bahwa lafadz “al-fasr” berarti menjelaskan (al-bayan), pengertian “al-tafsir” berarti membuka sesuatu yang dikehendaki dari sesuatu yang dikehendaki dari sesuatu lafad yang sulit (musykil) (Az-Zahabiy,jilid 1:1976:13)demikian juga , menurut Mannaul Qattan dan Ahmad asy-Syirbasiy:1962:6). Demikian juga , bahwa setiap sesuatu dapat diketahui dengannya penafsiran sesuatu , adapun makna sesuatu itu adalah tafsirannya . sedang tafsir al-quran al-karim adalah merupakan penjelasan kalam Allah “azzawajalla”,dengan memaparkan pemahaman kalimat-kalimat serta semua ibarat yang terdapat di dalam al-qur’an(ahmad asy-Syirbasiy:1962;6).Hal itu senada dengan firman-Nya di dalam firman Allah,Q.S.al-furqan(25):33:
Artinya:”Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,melainkan kami datangkan kepada-mu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasanya”.
 Definisi Tafsir yang panjang adalah:
1.      Imam jalaludin As-suyuthi(1975;174)berpendapat demikian:
“Tafsir ialah ilmu yang menerangkan temtang nuzul(turunnya)ayat-ayat,hal ihwalya,sebab-sebab yang terjadi dalam nuzulnya,tarikh makki dan madaniyahnya,muhkam dan mutasyahbihnya,halal dan haramnya,wa’ad dan wa’idnya,nasikh dan mansyukhnya,khas dan amnya,mutlaq dan muqayadnya,perintah serta laranganya,ungkapan tamsilnya,dan lain sebagainya”.
2.      Hasbi Ash-shiddieqy(1990;204)mengutif salah satu pendapat dari Abu Hayyan demikian:
“Tafsir adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas tentang cara-cara menyebut AL QURAN,petunjuk-petunjuknya,hokum-hukumnya,baik secara ifrad,maupun secara tarkib lain-lain dari pada itu,seperti mengetahui nasakh,sebab nuzul yang menjelaskan pengertian,seperti kisah dan matsalnya”.[6]
C.  Metodologi Tafsir
Pada pembahasan diatas kita telah mengenal arti tafsir sampai pada permasalahan-permasalahan lain termasuk di dalamnya bermacam-macam aliran tafsir . maka bab yang kedua ini akan memmbahas tentang metode-metode tasawuf .
Para ulama, seperti al-farmawy , telah melakukan pembagian tentang kitab-kitab tafsir yang metode dan  madzhab penulisannya berbeda-beda menjadi empat macam metode, yaitu:
1.Metode Tafsir Tahlily
2.Metode Tafsir ijamly
3. Metode Tafsir Muqaran
4. Metode Tafsir Mawdlu’y (Al-Farmawi:1987;39)
Adapun penjelasannya secara lebih luas sebagai berikut
1.      Metode Tafsir Tahlily
Metode tafsir tahlily adalah mengkaji ayat-ayat al-qura dari segala segi dan maknanya . seorang pengkaji dengan metode ini menafsirkan ayat-ayat al-quran , ayat demi ayat , dan surat demi surat , sesuai dengan urutan mushaf usmani,Dengan demikian ia menguraikan kosa kata lafadz arti sasaranya dan kandungan ayat yaitu unsu I’jaz,balaghah dan keindahan susunan kalimat,menjelaskan apa yang diistimbatkan dari ayat,yaitu hukum fiqih, dalil syar’i ,unsur linguistic,akhlak,tauhid,perinah,larangan,janji,ancaman serta menerangkan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya.Kesemuanya itu senantiasa mengacu pada asbab nuzul ayat,hadist Rasulullah,riwayat sahabat dan tabi’in.Para ulama’ membagi wujud tafsir al-quran dengan metode tahlily kepada tujuh macam,sebagai berikut:

a. al-Tafsir al-Shufi (bercorak Taswauf)
b. al-Tafsir al-Fiqhi (bercorak Fikih)
c. al-Tafsir al-Falsafi (bercorak Filsafat / Falsafat)
d. al-Tafsir al-Ilmi (bercorak Science)
e. Al-Tafsir al-Adab al-Ijtima’I ( bercorak Sosial)


2.      Metode Tafsir Ijmaliy
Metode tafsir ijmaliy adalah metode menafsirkan al-quran dengan secara singkat serta global, tanpa uraian panjang lebar( al hikmah no. 2:  1410-1414 H ; 20 ) . dengan metode ini seorang mufassir menjelaskan arti dan maksut ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal selain yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap al-quran ayat demi ayat ,  surat demi surat , sesuai dengan urutan dalam mushhaf , setelah ia mengemukakan arti-arti itu dalam kerangka uraian yang mudah dipahami oleh semua kalangan , baik orang berilmu ( alim,learned) orang pertengahan , (mutawasith , intermediate ) , dan orang bodoh (jahil).
Mufassir dengan metode ini berbicara kepada pembaca dengan cara yang termudah dan menjelaskan arti ayat , sehingga mudah bagi mereka untuk mengetahui hubungan al-quran yaitu nur dan petunjuk , dengan tidak berbelit-belit dan tidak jauh dari sasaran maksud al-quran . kadang kala mufassir dengan metode ini menafsirkan al-quran dengan al-quran , sehingga para pembaca merasa bahwa uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks al-quran dan cara penyajiannya yang mudah dan indah . kadang kala pada ayat tertentu ia menerangkan asbab nuzul ayat , peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat , mengemukakan hadits Rosululloh SAW atau pendapat ulama’ salaf yang soheh, sehingga pembaca merasa jauh dari metode lain yang telah dikenal , sehingga menghubungkannya dengan hadits Rosulillah SAW dan hikmah .dengan cara demikian dapatlah diperoleh pengetahuan yang diharapkan dengan sempurna sehingga sampai pada tujuan yang dimaksudnya[7]
3.      Metode tafsir maudhu’iy
Metode tafsir maudhu’iy , atau metode integral atau topical (al hikmah , no. 2 : 1414; 20) , atau tematik yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat al-quran yang berbicara tentang satu masalah (thema ) serta mengarah pada satu pengertian dan satu tujuan , sekalipun ayat-ayat itu turunnya berbeda , tersebar pada beberapa surat demikian juga waktu turunnya ( Mahmud Basuni faudah : 1967 ; 8 ) , seterusnya dicarilah kaitan antara berbagaai ayat ini agar satu sama lain bersifat menjelaskan , baru akhirnya ditarik kesimpulan akhir berdasarkan pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling terkait itu ( al hikmah , no.2 : 1414 ; 20 ) . kesemuanya itu dikaji baik mengenai segi I’robnya , unsure balaghohnya , kei’jazahannya , dan lain-lain sehingga satu tema itu dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan selueuh ayat al-quran itu dan oleh karenanya tidak diperlukan ayat-ayat lain ( Mahmud basuni faudah :1967 ;78 ) .
Selain itu , ada cara lain dari metode tafsir maudhu’iy dan cara ini memang kurang penting dibandingkan dengan cara pertama diatas , yaitu penafiran yang dilakukan seorang mufassir dengan cara mengambil satu surat dari surat-surat al-quran . surat itu dikaji secara keseluruhan , dari awal sampai akhir surat .kemudian ia menjelaskan tujuan-tujuan khusus dan umum dari surat itu serta menghubungkan antara masalah-masalah (tema-tema ) yang dikemukakan pada ayat-ayat dari surat itu , sehingga jelas surat itu merupakan satu kesatuan dan ia seakan-akan merupakan suatu rantai emas yang setiap gelang-gelang darinya bersambung satu dengan lainnya , sehingga ia menjadi satu kesatuan yang sangat kokoh ( Mahmud Basuni faudah : 1967 ; 78-79 )
4.Metode Tafsir Muqaran

AL-tafsir Al-muqarin atau Al-manhaj AL-muqarin atau metode tafsir muqaran adalah sejenis metode tafsir yang menggunakan cara perbandingan (komparatif atau komparasi).Sebagaimana namanya metode ini bermaksud menemukan dan mengkaji perbedaan-perbedaan antara unsur-unsur yang diperbandngkan,baik untuk tujuan menemukan unsur yang benar diantara yang kurang benar,ataupun untuk tujuan memeroleh gambaran yang lebih lengkap mengenai masalah yang dibahas dengan jalan penggabungan(sintesis)unsure-unsur yan berbeda itu(Haidar Bagir:1410-1414;21).
Al-Tafsir Al-muqarin adalah suatu metode tafsir al quran yang ”membandingkan ayat al-quran satu dengan lainya ,yaitu ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua masalah atau kasus yang berbeda atau lebih,atau yang memiliki redaksi yang berbeda untuk masalah yang sama atau diduga sama,atau membandingkan ayat-ayat al-quran dengan hadist nabi Muhammad Saw yang tampak bertentangan,serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran al-Quran (Abdul Hay al-farmawi:1977;45-46) [8]
III PENUTUP  
Melihat kenyataan diatas, setiap metode mempunyai efektifitas masing-masing. Dan karena al-Qur’an merupakan kitab untuk semua bangsa serta semua tingkatan, maka kajian terhadap al-Qur’an perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dan proporsional.
Al-Qur’an berfungsi sebagai sumber pengetahuan dan petunjuk. Agar fungsi ideal itu dapat teraplikasikan maka al-Qur’an harus dipelajari dan diupayakan penafsirannya. Untuk kebutuhan penafsiran dimaksud diperlukan adanya kerangka dasar yang relevan yaitu sebuah metode. Jadi, keberadaan sebuah metode dalam penafsiran mutlak diperlukan.
Tafsir al-Qur’an ditulis dengan metode dan pendekatan yang bervariasi. Ini suatu bukti dari kesungguhan para ulama untuk terus berusaha memahami al-Qur’an dari berbagai aspek dan kemampuan yang dimiliki. Dan ini belum final, karena usaha untuk lebih menyempurnakan metode dan pendekatan tafsir terus dilakukan hingga sekarang, sehingga perlu disambut dengan cukup setiap upaya untuk terus meningkatkan pemahaman terhadap al-Qur’an
 Oleh karena itu upaya untuk terus mencari  metode tafsir dengan banyak belajar dari metode-metode dan pendekatan-pendekatan tafsir yang sudah ada dan merupakan warisan yang tak ternilai.
Untuk itu perlu dicari metode alternatif yang kiranya memiliki kesamaan dengan zaman sekarang, dan menjadikannya menyentuh pada realitas kehidupan. Kita semua berkewajiban melihat al-Qur’an dan salah satu bentuk pemeliharaannya adalah memfungsikan dalam kehidupan kontemporer, yakni dengan memberinya interpretasi yang sesuai tanpa mengorbankan teks sekaligus tanpa mengorbankan kepribadian, budaya bangsa dengan perkembangan positifnya.

Daftar pustaka
Dr.abdul hayy al-farmawi,Metode Tafsir Maudhu’I dan Cara Penerapannya,Bandung:CV Pustaka Setia,2002
 Fuad Hasan dan Kuntjaningrat,,Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1977.
Drs.Ma’mun Mu’min,M.Ag,Ilmu Tafsir (Dari ilmu Tafsir Konvesional sampai Kontroversial).Kudus:Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.2009.




[1] Dr.abdul hayy al-farmawi,Metode Tafsir Maudhu’I dan Cara Penerapannya,Bandung:CV Pustaka Setia,2002
 [2]Fuad Hasan dan Kuntjaningrat,,Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1977. Hlm. 16

[3] Tim Penyusun, , Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.1988. Hlm. 649
[4] Nashrudin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an. Hlm.  55
[5] Ibn Tamiyat, Muqadimat fi ushul al-Tafsir. Hlm. 105

[6] Drs.Ma’mun Mu’min,M.Ag,Ilmu Tafsir (Dari ilmu Tafsir Konvesional sampai Kontroversial).Kudus:Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.2009.Hlm 19-21
[7] Ibid Hlm 189-191
[8] Ibid Hlm 192-196

No comments:

Post a Comment