Friday, February 26, 2016

makalah ayat alquran yang mengandung perintah kewajiban belajar mengajar

A.    PENDAHULUAN

Sejak awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. hal ini antara lain dapat dilihat pada apa yang ditegaskan dalam Al-quran dan hadits, dan pada apa yang secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. secara normatif teologis , sumber ajaran islam, Al-quran dan As-Sunnah yang diakui sebagai pedoman hidup yang dapat menjamin keselamatan hidup di dunia dan akhirat, amat memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan. Demikian pula secara historis dan empiris, umat islam telah memainkan peranan yang sangat signifikan dan menentukan dalam bidang pendidikan yang hasilnya hingga saat ini masih dapat dirasakan.

Al-quran melihat pendidikan sebagai sarana yang sangat strategis dan ampuh dalam mengangkat harkat dan martabat manusia dari keterpurukan sebagaimana dijumpai di abad jahiliyyah. Hal ini hal ini dapat dipahami Karena dengan pendidikan seseorang akan memiliki bekal untukmemasuki lapangan kerja, mendapatkan berbagai kesempatan dan peluang yang menjajikan masa depan, penuh dengan percaya diri, dan tidak mudah diperalat.

Sejalan dengan hal itu, Al-quran menegaskan tentang pentingnya tanggungjawab intelektual dalam berbagai kegiatan. Dalam kaitan ini, Al-quran selain manusia untuk belajar dalam arti seluas-seluasnya hingga akhir hayat, mengharuskan seseorang agar bekerja dengan dukungan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki. Pekerjaan yang dilakukan tanpa dukungan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki. Pekerjaan yang dilakukan tanpa dukungan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan dianggap tidak sah, bahkan akan mendapatkan kehancuran.[1]

Untuk itu dalam bab ini, penulis akan menjelaskan tentang tafsir ayat-ayat pendidikan dalam Al-quran yang disusun secara sistematis.

B.    Rumusan Masalah

1.         Apa saja ayat-ayat Al-Quran yang mengandung tentang kewajiban belajar mengajar dan  
 bagaimana penafsiran ayat tersebut oleh para ulama’ ?






C.          Pembahasan

1 kandungan surah Al-alaq [96]:02-05
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ . خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Bacalah dengan Nama tuhanmu yang menciptakanmu. Dia telah menciptakan Manusia dari segumpal ‘darah ,  Bacalah dan Tuhanmu Yang Pemurah ,Yang Mengajar Manusia dengan Qalam , Allah Mengajarkan Manusia apa yang tidak diketahuinya

Surah Al-alaq ini dinamai juga surah Al-Qalam atau Iqra . surah ini termasuk dalam kategori surah makiyah dengan jumlah ayatnya sebanyak 19 ayat . dalam surah Al-Alaq ini . ditegaskan bahwasannya Nabi Muhammad diperintahkan Allah SWT untuk membaca yang dibarengi dengan kekuatan (Qudrat) Allah bersama manusia, dan penjelasan sebagai sifat-sifatnya. Kemudian Allah SWT menjelaskan perumpamaan yang menunjuksn terhadap sebagai penentang individunya berikut balasan pahala yang menjalankan amalnya.[2]

Para ulama tafsir pada umumnya berpendapat bahwa ayat pertama sampai dengan ayat kelima ssurah ini termasuk ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu  pada waktu beliau berkhalwat digua Hira’ . menurut Abudin Nata yang dikutip dari Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW pertama kali pertama kali menerima lima ayat surah Al-Alaq ini ketika beliau sedang bertahannuts(beribadah)di gua Hira’ . pada saat itu Malaikat Jibril datang datang kepada Nabi Muhammad SAW dan menyuruhnya membaca ayat-ayat terssebut, dan setelah tiga kali Malaikat Jibril tersebut, barulah Nabi dapat membaca kelima ayat-ayat tersebut. Pada saat itu Nabi Muhammad SAW merasakan sesuatu yang sangat beraat, berkeringat dan perasaan yang sulit digambarkan, hingga beliau meminta istrinya (Sayyidah Khadijah) untuk menyelimutinya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan cemas, kaget dan sebaginya. Setelah diselimuti oleh Khadijah. Khadijah kemudian berkata, bergembiralah enkau wahai suamiku ! Karena Allah tidak tidak mungkin menyia-nyiakanmu selama-lamanya. Engkau adalah orang yang senantiasa benar dalam ucapan, rela menanggung penderitaan , rela menanggung penderitaan, member perhatian terhadap orang-orang yang lemah dan selalu menegakkan kebenaran.[3]


Dalam Q.S. Al-ALaq ayat pertama tersebut, secara harfiah menurut Al-Maraghi ayat tersebut dapat diartikan : “ jadilah engkau seorang yang dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu, walaupun sebelumnya engkau tidak melakukannya,”[4] Secara ringkas, makna kandungan surah ini adalah : Wahai Muhammad jadilah engkau menjadi seorang pembaca. Kemudian bacalah apa yang telah diwahyukan Allah kepadamu. Jangsnlsh kamu mengira-ngira karena memang kamu tidak dapat membaca dan menulis.

Sementara itu menurut Baiquni, ayat tersebut juga mengandung perintah agar manusia memiliki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanyakekuasaan dan kehendak Allah SWT,juga mengandung pesan ontologism tentang sumber ilmu pengetahuan. Pada ayat tersebut Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW agar membaca. Sedangkan yang dibaca itu ibyeknya yang bermacam-macam. Yaitu ada yang berupa ayat-ayat Allah tertulis sebagaimana surah Al-Alaq itu sendiri, dan dapat pula ayat-ayat Allah yang tidak tertulis seperti yang terdapat pada alam jagad raya dengan segala hokum kausalitas yang ada didalamnya, dan pada diri manusia. Berbagai ayat tersebut jika dibaca dalam arti dan telaah, diobservasi, diidentifikasi, dikategorisasi, dibandingkan,dianalisa dan disimpulkan akan mendapatkan ilmu pengetahuan.[5]

2.      Kandungan Surah Al-Ghasyiyah[88]:16-20

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ  وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ  وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggalkan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (AlGhasyiyah[88]:16-20)
Surah Al-Ghosyiyah termasuk kedalam surah Makiyah. Adapun jumlah ayatnya sebanyak 26 ayat. Dalam ayat ini berbicara mengenai Al-Ghasyiyah (hari kiamat). Dalam keterangan ayat Allah SWT membagi umat manusia dihari kiamat nanti terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang akan masuk surge dan kelompok yang akan masuk neraka .
Kamudian pandangan manusia akan dihadapkan untuk melihat ke berbagai tanda dan bukti kekuasaan Allah SWT . kamudia pandangan manusia itu berlalu melewati Nabi Muhammad, dan teringatlah akan keterangannya  yang menyatakan bahwa :”Tempat Kembali itu hanya Allah SWT”.
Kata أَفَلَا يَنْظُرُونَ itu jika diartikan ke dalam istilah bahasa Indonesia adalah: Apakah mereka tidak melihat ? sementara , kedalam bahasa ilmiahnya adalah : Apakah mereka melakukan penelitian (observasi) dan sejenisnya[6]
Dalam hal ini menjadi tidak aneh, apakah mereka itu melupakan sehingga tidak melihat bagaimana unta itu  diciptakan. Unta itu diciptakan tanpa ada contoh sebelumnya. Dengan demikian, Allah sebagaimana penciptaannya adalah pasti Dia MAha Mengetahui dan Melihat.tidakkah engkau melihat leher leher dan betapa panjangnya leher itu, kemudian lihatkah kakinya yang mampu berjalan digurunpasir yang sangat luas, kemudian tidak melihat kempisnya yang mampu menampung persediaan air untuk beberapa hari lamanya. Atau apakah tidak pernah melihat bagaimana langit beserta isinya bagaimana langit ditinggikan beserta isinya dan bagaimana langit ditinggikan serta planet-planet yang digantungkan dilangit dengan putaran dan perjalanan yang begitu cepat dank eras. Atau tidakkah melihat melihat gunung-gunung tersebut ditancapkan laksana pelita yang dapat member petunjuk bagi orang-orang yang sedang bepergian orang yang takut dapat menyadarkan diri padanya. Demikian pula orang-orang yang sedang berlibur. Demikian pula orang-orang yang sedang berlibur. Atau tidakkah mereka dapat  melihat bagaimana bui itu dihamparkan dan menjadi sumber bagi kehidupan manusia.
Dengan demikian maka keseluruhan dari unta,gunung, langit dan bumi meruoakan satu kesatuan yang utuh yang berada pada satu system. Hal itulah terpenting yang dilihat oleh Nbi Muhammad SAW sebagai penuntun yang diseur oleh Al-Quran yang menunjukkan keapda adanya Allah Yang Memiliki Kuasa terhadap segala sesuatu. Dengan demikian, maka Allah SWT menyeru: Wahai Muhammad ajaklah manusia itu untuk melkukan penelitian terhadap segala sesuatu  yang dimiliki Allah sehingga mereka dapat menggunakan akal pikirannya.
Disamping itu, janganlah engkau berputus asa lantaran mereka tidak mendengarkan dan mengikuti perintahmu, karena engkau hanya sebagai pemberi peringatan semata. Pada hari itu mereka tidak ada sesuatu yang mengusainya kecuali itu hanyalah Allah Sang Pemilik hati mereka. Dialah yang akan memberi mereka keimanan. Jika mereka menolak seruan atau ajakanmu, maka kamu tidak mempunyai tanggungjawab apapun terhadap diri mereka di akhirat nanti. Dengan demikian, kamu tidak akan mempertanggungjawabkan dosa orang-orang yang menentang dan menolak seruanmu, maka sepenuhnya hanya Allah yang akan memberi sika kepada mereka dengan siksaan yang amat pedih, karena hanya kepada-Nyalah mereka itu akan kembali dan hanya kepada-Nyalah mereka itu akan dihisab atas perbuatan yang telah dilakukannya.

3.       Kandungan Surah Ali Imron [03]:190-191
انَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِلَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan Bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk, dan dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata: "Ya Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini dengan sia-sia! Maha Suci Engkau! Maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Surah Ali imron ini termasuk ke dalam surah madaniyah, jumlah ayatnya sebanyak 200 Ayat. Surah ini dinamakan dengan surah Ali imron (Keluarga imron) karena memuat dan menceritakan kisah keluarga imran di dalamnya itu di sebutkan mengenai kelahiran Nabi Isa A.S peristiwanya hampir sama dengan Kisah Nabi Isa A.S diceritakan pula mengenai kisah maryam anak dati keluarga Imran dan ibunda dari isa A.S baik adam maupun isa keduanya sama sama tidak dilahirkan melalui percampuran layaknya seorang suami dan istri. Sungguh hal ini adalah kekuasaan Allah Swt.
                   Surah Ali imran dan Al-Baqarah disebut juga surah Al-zahwani (dua surah yang cemerlang) karena keduanya mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh para ahli kitab, seperti kisah tentang kelahiran Nabi Isa A.S kedatangan nabi Muhammad Saw[7] Begitu juga dalam ayat ke 190-191 Allah Swt terungkap mengenai orang-orang yang menggunakan akal hawa nafsu untuk memepelajari dan mengkaji hal-hal yang ada di langit dan di bumi.Sementara menurut Abuddin Nata, kajian mengenai akal dan bahwa nafsu ini merupakan hal yang sangat penting, karena mengingat dampak yang ditimbulkan dari kedua potensi tersebut bagi kehidupan manusia sangatlah besar.[8]
                         Dalam Al-Quran kata akal terkadang sering diidentikkan dengan luub yang jamaknya al-abab. Sehingga ulul albab diartikan sebagai orang-orang yang berakal. Seperti yang terdapat dalam Q.S. Ali imran di atas. Dalam ayat tersebut terlihat, bahwa orang yang berakal (ulul albab) adalah orang yang melakukan dua hal yaitu tadzakur(selalu mengingat allah), dan tafakur (selalu memikirkan ciptaan allah). Dalam kesepakatan yang lain Abi Fida Ismail,[9] mengungkapkan bahwa dimaksud dengan ulul albab adalah:
العقول التم الزكية الى تدرك الشي بهمقئقها على جليتها وليس الصم البكم الذين لايعقلون
Yaitu orang orang yang akalnya sempurana dan bersih yang dengannya dapat ditemukan berbagi keistimewaan dan keagungan mengenal sesuatu, tidak seperti orang yang buta dan gagu yang tidak dapt berfikir.
  Dalam melakukan dua hal tersebut, ia sampai kepada hikmah yang berada dibalik diproses mengingat dan berpikir,yaitu mengetahui ,memahami dan menghayati bahwa di balik fenomena alam dan segala sesutau yang ada di dalamnya menunjukkan adanya sang pencipta yaitu Allah Swt pada kesempatan yang lain Muhammad Abduh mengungkapkan bahwa dengan merenungkan penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam akan membawa manusia menyaksikan tentang Ke-Esaan  Allah Swt, yaitu adanya aturan yang ada di buatnya serta karunia dan berbagi manfaat yang terdapat di dalamnya[10]
  Selanjutnya menurut Abuddin Nata melalui pemahaman yang di lakukan oleh para musaffir terhadap ayat tersebut di atas akan di jumpai peran dan fungsi akal tersebut secara lebih luas lagi. Obyaek-obyek yang di pikirkan akal dalam ayat tersebut adalah al-khalaq(batasan dan ketentuan yang menunjukkan adanya keteraturan dan ketelitian);al-samawat (segala sesuatu yang ada di atas kita dan terlihat dengan mata);  al-ardl (tempat dimana kehidupan berlangsung di atasnya); ikhtilaf al-lail wa an-nahar (pergantian siang dan malam secara beraturan);al-ayat (dalil-dalil yang yang menunjukkan adanya allah dan kekuasaan-Nya).[11] Semua itu menjadi obyek atau sasaran di mana akal memikirkan dan mengingatnya. Tugasnya bahwa di dalam penciptaan langit dan bumi serta keindahan ketentuan dan keistimewaan penciptaannya, serta adanya pergantian siang dan malam serta berjalannya waktu tiap perdetik sepanjang tahun, yang pengaruhnya tampak pada perubahan fisik dan kecerdasan yang di sebabkan pengruh panasnya matahari dan dinginnya malam , serta pengruhnya pada bintang dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya adalah menunjukkan bukti Ke-Esaan Allah Swt dan kesempurnaan ilmu dan kekuasaannya.
       Bukti empiris menunjukkan bahwa adanya perbedaan alam berikut cuacanya berpangaruh terhadap berbagai makhluk yang hidup di dalamnya . di daerah pegunungan misalnya kita jumpai tumbuh-tumbuhan seperti sayur mayur, anggur, apel, tomat, tersebut memiliki sifat dan karakter yang khas. Sedangkan di daerah pantai misalnya kita jumpai tumbuh-tumbuhan  yang berbeda pula.
      Melalui upaya inilah manusia dapat mencapai kebahagian dan keselamatan hidup. Dalam tafsir Al-Maraghi lebih lanjut di katakan: “Bahwa keberuntungan dan kemenangan akan tercipta dengan mengingat keagungan allah Swt dan memikirkan terhadap segala makhluk-nya”.[12] Kebahagian tersebut dapat dilihat dari munculnya berbagai temuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada hakikatnya merupakan generalisasi atau teorisasi terhadap gejala-gejala dan hokum-hukum Yng terdapat di raya ini.
     Penemuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menghantarkan orang yang berakal untuk mensyukuri dan menyakini segala penciptaan allah itu ternyata sangat bermanfaat dan tidak ada yang sia sia. Dalam  hubungan ini orang yang berkata:
ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار ( Ya Tuhan kami, Engkau tidak ciptakan semua ini dalam keadaan sia-sia, Maha Suci ENgkau Ya Allah, dan karenanya jauhilah kami dari api neraka).

Kandungan Surah At-taubah [09]: 122
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُواكَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَة ليتفقهوا فى الدين ولينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلهم يحذرون
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-Taubah[09]:122)

                   Jumlah surah At-Taubah terdiri dari 129 ayat , surah ini termasuk dalam kategori surah Madiniyah (surah yang di turunkan setelah Rasulullah S.A.W hijrah ke madinah). Surah ini di sebut surah At-taubah karena di sebutkan berulang kali tentang pengampunan di dalam surah tersebut. Selain di sebut surah At-taubah ,surah ini di sebut juga surah Al-Baraah yang berarti pelepasan diri karena telah di lakukan perjanjian damai kaum musyrik.
                   Disurah ini menjelaskan tentang keimanan, hukum dan kisah. Allah Swt penjelasan tentang keimanan dalam surah ini  menyangkut keberadaan Allah Swt yang selalu menyertai hamba-hambanya yang beriman,pembalasan amal manusia,setiap sesuatu berjalan sesuai dengan sunnatullah perlindungan allah terhadap orang orang yang beriman, dan ayat ini berbicara tentang fungsi dan kedudukan Nabi Muhammad Saw.
                   Adapun dalam aspek hokum, surah ini berbicara tentang nafkah,pemanfaatn serta macam-macam kekayaan menurut aturan islam, jizyah, perjanjian, perdamaian, kewajiban umat islam terhadap Nabi Muhammad Saw, sebab sebab orang islam melakukan perang total, dan beberapa dasar politik tata Negara serta peperangan dalam islam. Sementara dalam aspek sejarah, menceritakan tentang Nabi Muhammad Saw  Dan Abu Bakar As-Sidiq Ketika berada di suatu gua di bukit Tsur ketika beliau berhijrah, surah ini juga menceritakan tentang peristiwa perang Hurain dan perang Tabuk.
                   Ketika Al-Qur’an mengemukakan tentang keengganan orang-orang yang tidak konsisten terhadap Rasullah Saw untuk melakukan peperangan di jalan Allah dan menentangnya dengan tersembunyinya (mencekik dari dalam), maka jelaslah sifat merka yang tidak memiliki komitmen  terhadap islam dan rasulullah. Menurut M.M Al-Hijazzi, huruf (ل) dalam ayat tersebut menunjukkan keengganan berperang dan mereka  meninggalkan Nabi sendirian di madinah. Oleh karena itu, maka turunlah ayat ini untuk menertibkan mengorganisir kelompok mereka. Menurut Ibnu Abbas pertempuran ini khusus yang di ikuti oleh Rasullah.[13] Dalam kesempatan yang lain ada sebuah ungkapan yang senada dengan Al-Quran, ungkapan tersebut adalah:
ماكان لاهل المدينة ومن حولهم من الاعراب ان يختلفوا عن رسول الله
“Tidakkah sepantasnya bagi penduduk Madinah dan sekitarnya dari kalangan Arab asing untuk tidak patuh pada Rasulullah SAW”
Perlu di ketahui, bahwa ayat tersebut khusus menegaskan tentang kondisi umum untuk seseorang pergi mencari ilmu,apabila rasulullah Saw tidak pergi berperang. Jika di tinjau dari kondisi seperti ini, maka tidaklah pantas bagi kaum muslimin untuk keluar semuanya ke medan perang. Atau pergi untuk melaksanakan pertempuran ini kifayah merupakan fardu kifayah, karena jika ada sebagaian yang pergi ke medan perang maka sebagaian yang lainnya tidak wajib untuk melakukannya.


4.     Kesimpulan
Tujuan dari pendidikan tersebut juga harus disesuaikan dengan kepercayaan masing-masing. Sebab, dalam proses pendidikan diharapkan mampu menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan lain-lain.
Selain itu, tujuan dari pendidikan itu harus disesuaikan dengan adanya pandangan hidup manusia. Oleh karena itu, kita sebagai umat yang beragama Islam harus memiliki tujuan dalam pendidikan sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam memilih pemimpin, juga harus memilih pemimpin yang pandai. Dengan pemimpin yang pintar, maka managemen kepemimpinan juga dapat mensukseskan adanya kinerja suatu kepemimpinan.














[1] Hal ini senada dengan sebuah Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, Rasulullah bersabada: “jika sesuatu pekerjaan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya,” untuk  lebih jelas lihat Ahmad Al-Hasyim Bek dalm Mukhtar Al-Ahadits Al-Nabawi, Maba’ah Al-Hijazi,mesir, 1367 H/1948 M, hal 19  yang dikutip dari buku tafsir pendidikan
[2] Tafsir Pendidikan Studi Ayat-ayat Berdimensi Pendidikan yang mengutip buku M.M. Al-Hijazi, Terjemah Ayat-ayat Tarbiyah (cuplikan sesuai Kurikulum), CV Senjaya Offset,Bandung.1996.Hal.19.
[3] Abibudin NAta, Tafsir Ayat-ayat pendidikan (tafsir Al-ayat At-Tarbawi), Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2002, hal.40. untuk lebih jelas lihst juga dalam Abi Al-fida’Ismail ibn Katsir,Jilid IV,Maktabah Al-Tijariyyah,Makkah,hal.528
[4][4] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, JIlid X, Dar Al—Fikr, Beirut,t.tp.t,th,hal198
[5] Ahmad Baiquni,Islam san Ilmu Pengetahuan Modern,Mizan,Bandung 1988,Cet.1.hal 34
[6] Abibudin Nata,op.cit.hal.49
[7]  Al-Hijazi, loc.cit., hal. 10-11
[8]  Abuddin Nata, loc.cit,. hal. 129
[9]  Imam Abu Al-fida Isma’il ibn Katsir Al-Quraisyi Al-Damsyiqi, Tafsir ibn Katsir, jilid IV, Al-Maktabah At-tijariyah,      Makkah, 1407H./1986,hal.225
[10]  Muhammad Abduh, Tafsir Al-Manar,juz IV, tth, Mesir, hal.267
[11]  Abuddin Nata, loc.cit,. hal. 132 Untuk lebih jelas lihat Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jili II,Dar Al-Fikr, ttp.tth. hal. 160
[12]  Ibid., hal. 162
[13]  Al-Hijazi,op.cit,. hal. 17-18

No comments:

Post a Comment