A.
PENDAHULUAN
Dalam adagium ushuliyah dikatakan bahwa, “al-amru bi
sya’i amru bi wasailihi, wa li al-wasail hukm al-maqashidi”. Artinya,
perintah pada sesuatu (termasuk didalamnya adalah pendidikan) maka perintah
pula mencari mediumnya (metode), dan bagi medium hukumnya sama halnya dengan
apa yang dituju. Senada dengan adagium itu firman Allah Swt. Dinyatakan: “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan
diri kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
beerjihadlah pada jalan-nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS.
al-Maidah:35).
Implikasi adagium ushuliyah dan ayat tersebut dalam
pendidikan islam adalah bahwa dalam pelaksanaan pendidikan islam dibutuhkan
adanya metode yang tepat, guna menghantar tercapainya tujuan pendidikan yang
dicita-citakan. Materi yang benar dan baik, tanpa menggunakan metode yang baik
maka akan menjadikan keburukan materi tersebut. Kebaikan materi harus ditopang
oleh kebaikan metode juga.
Perumusan pengertian metode biasanya disandingkan dengan teknik,
yang mana keduanya saling berhubungan. Metode pendidikan islam adalah prosedur
umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas
asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem. Sedangkan teknik
pendidikan islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik
melaksanakan pengajaran di kelas.
Dalam penggunaan pendekatan dan metode pendidikan islam yang perlu
dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan
relevansinya dengan tujuan utama pendidikan islam yaitu terbentuknya pribadi
yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah Swt. Disamping
itu, pendidik perlu memahami metode-metode instruksional yang aktual yang
ditujukan dalam al-Qur’an atau yang didedusikan dari al-Qur’an dan dapat
memberikan motivasi dan disiplin atau dalam istilah al-Qur’an disebut dengan
pemberian anugerah (tsawab) dan hukuman (‘iqab).[1]
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Pendekatan Pendidikan Islam?
2.
Bagaimana Metode Pendidikan Islam?
3.
Bagaimana Metodologi Pendidikan Islam?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pendekatan Pendidikan Islam
Sistem pendekatan adalah suatu proses untuk mengidentifikasi
kebutuhan, menyeleksi masalah, menemukan persyaratan untuk memilih alternatif
pemecahan masalah, mendapatkan metode-metode dan alat-alat serta
mengimplementasikannya, untuk kemudian dievaluasi. Melakukan revisi terhadap
sebagian atau seluruh sistem yang telah dicipatakan sehingga
kebutuhan-kebutuhan dapat dipenuhi dengan sebaik mungkin (sehungga
kebutuhan-kebutuhan itu tidak ada lagi).[2]
Sebagai aktifitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
pembinaan kepribadian, pendidikan islam memerlukan landasan kerja guna pemberi
arah bagi program yang akan dilakukan. Landasan tersebut terutama berasal dari
al-Qur’an maupun Hadis Nabi. Diantara ayat al-Qur’an atau Hadis Nabi tersebut
adalah :
Artinya:
“Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur’an) dengan
perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui al-Kitab (al-Qur’an) dan
tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al-Qur’an itu
cahaya yang kamu beri petunjuk dengan dia dan siapa yang kami kehendaki di
antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang benar”. (QS.
Asy-Syura: 52)
Rasulullah bersabda yang artinya sebagai berikut:
“Sesungguhnya orang mukmin yang paling dicintai oleh Allah ialah
orang yang senantiasa tegak, taat kepada-Nya dan memberikan nasehat kepada-Nya,
sempurna akal pikirannya, serta menasehati pula akan dirinya sendiri, menaruh
perhatian serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka ia beruntung dan
memperoleh kemenangan”. (Al-Hadis)
Dari ayat al-Qur’an dan Hadis Rasul tersebut di atas dapat diambil
kesimpulan titik akvansi sebagai dasar pendidikan islam yaitu sebagai berikut:
a.
Bahwa al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi
petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan
petunjuk ke arah jalan yang di ridhai Allah SWT.
b.
Menurut sabda Rasul, bahwa di antara sifat orang mukmin ialah
saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan
sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan islam.
c.
Al-Qur’an dan Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah seorang
“pemberi petunjuk jalan lurus” dan selalu memerintahkan kepada umatnya agar
saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan dan pendidikan islam.
Berdasarkan
penjelasan diatas, dapat dikemukakan pula bahwa pendidikan islam dalam
mengupayakan agar materi pendidikan dan pengajaran islam dapat diterima oleh
obyek pendidikan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat multi approach
yang akan pelaksanaannya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.
Pendekatan religius yang menitikberatkan kepada pandangan bahwa
manusia adalah makhluk yang berjiwa religius dengan bakat-bakat keagamaan.
b.
Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia adalah makhluk
rasional atau “homo nationale”, sehingga segala sesuatu yang menyangkut
pengembangannya didasarkan pada sejauh mana kemampuan “berpikirnya” dapat
dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya.
c.
Pendekatan sosio kultural yang bertumpu pandangan bahwa manusia
adalah makhluk yang bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai
“homo sosius” dan “homo spesiens” dalam kehidupan bermasyarakat yang
berkebudayaan.
Dengan demikian pengaruh lingkungan masyarakat dan perkembangan
kebudayaannya sangat besar artinya bagi proses pendidikan dan individunya.
d.
Pendekatan scientific dimana titik beratnya terletak pada pandangan
bahwa manusia memiliki kemampuan menciptakan (kognitif), berkemauan (konatif),
dan merasa (emosional atau affektif). Pendidikan harus dapat mengembangkan
kemampuan analitis-analitis dan reflektif dalam berpikir.[3]
Ada
beberapa pendekatan yang terkait dengan proses pelaksanaan pendidikan islam,
yakni:
a.
Pendekatan filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, ilmu pendidikan islam dapat
diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasari oleh
nilai-nilai ajaran islam yang bersumber pada kitab suci al-Qur’an dan Sunnah
Nabi.
b.
Pendekatan sistem
Pendidikan islam sebagai disiplin ilmu dapat dianalisis dari segi
sistematis atau pendekatan sistem. Dalam konteks ini, pendidikan islam
dipandang sebagai proses yang terdiri dari sub-sub sistem atau
komponen-komponen yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
islam.
c.
Pendekatan pedagogis dan psikologis
Pendekatan ini menurut kita untuk berpandangan bahwa manusia adalah
makhluk Tuhan yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan rohaniah
dan jasmaniah yang memerlukan bimbingan dan pengarahan melalui proses
kependidikan.
d.
Pendekatan keagamaan
Pendekatan ini memandang bahwa ajaran islam yang bersumberkan kitab
suci al-Qur’an dan sunnah Nabi menjadi sumber inspirasi dan motivasi pendidikan
islam.
e.
Pendekatan historis
Analisis ilmu pendidikan islam dilihat dari latar belakang
historis, berarti menempatkan sasaran analisis pada fakta-fakta sejarah umat
islam yang berawal dari Nabi Muhammad di angkat menjadi Rasulullah saw.
pandangan ulama dan ilmuan islam tentang pendidikan islam menunjukkan bahwa
prinsipnya pendidikan islam berproses dalam empat aspek, yakni: ideal,
institusional, struktur, dan materiil.[4]
Jalaluddin
Rahmat dan Zainal Abidin Ahmad merumuskan pendekatan pendidikan islam dalam
enam kategori, yaitu:
a.
Pendekatan tilawah
Pendekatan tilawah ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang
bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat-Nya, mempunyai kenyakinan bahwa
semua ciptaan Allah memiliki keteraturan yang bersumber dari Rabb
al-‘alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya
secara sia-sia belaka.
b.
Pendekatan tazkiyah
Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya amar ma’ruf
nahi mungkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif).
c.
Pendekatan ta’lim al-kitab
Mengajarkan al-Kitab (al-Qur’an) dengan menjelaskan hukum halal dan
haram.
d.
Pendekatan ta’lim al-hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta’lim al-Kitab, hanya
saja bobot dan proporsi serta frekuensinya diperluas dan diperbesar. Indikator
utama pendekatan adalah mengadakan perenungan (reflective thinking), reinovasi,
interpretasi terhadap pendekatan ta’lim al-Kitab.
e.
Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang benar-benar
asing dan belum diketahui, sehingga pendekatan ini membawa peserta didik pada
suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa.
f.
Pendekatan ishlah
Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki
kepekaan terhadap penderitaan orang lain, sanggup menganalisis
kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang
tertindas, dan berupaya menjembatani perbedaan paham.[5]
2.
Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian
materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang
hakikat islam sebagai suprasistem.
Pendidik dalam proses pendidikan islam tidak hanya dituntut untuk
menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi
ia harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan
transformasi dan internalisasi mata pelajaran di kelas, sehingga teknik
pendidikan islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik
melaksanakan pengajaran di kelas. Hal ini karena metode dan teknik pendidikan
islam tidak sama dengan metode dan teknik pendidikan yang lain.
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar
mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan
kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik
motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian
itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan
keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar
berdasarkan minat, serta mendodrong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar
mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Di samping itu, dalam uraian
tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi
pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan
peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi
prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antarhubungan
pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangam dan pengetahuan agar
siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan menyakini materi yang diberikan,
serta meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu, tugas utama metode
tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai
dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan
bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong ke arah perbuatan
nyata.[6]
Bentuk-bentuk metode pendidikan islam yang relevan dan efektif
dalam pengajaran ajaran islam adalah:
a.
Metode diakronis
Suatu metode mengajar ajaran islam yang menonjolkan aspek sejarah.
Metode ini memberi kemungkinan adanya studi komparatif tentang berbagai
penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga peserta didik memiliki
pengetahuan yang relevan, memiliki hubungan sebab-akibat atau kesatuan
integral. Lebih lanjut peserta didik dapat menelaah kejadian sejarah dan
mengetahui lahirnya tiap komponen, bagian, subsistem, sistem, dan suprasistem
ajaran islam. Wilayah metode ini lebih terarah pada aspek kognitif.
b.
Metode sinkronis-analitis
Suatu metode pendidikan islam yang memberi kemampuan analisis
teoretis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental-intelek.
Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi pelaksanaan atau aplikasi
praktis. Teknik pengajarannya meliputi diskusi, lokakarya, seminar, kerja
kelompok, resensi buku, lomba karya ilmiah, dan sebagainya.
c.
Metode problem solving
Metode ini merupakan pelatihan peserta didik yang dihadapkan pada
berbagai masalah suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya. Metode ini
dikembangkan melalui teknik simulasi. Di dalam metode ini, cara mengasakan ketampilan
lebih dominan ketimbang pengembangan mental-intelektual, sehingga terdapat
kelemahan yakni perkembangan pikiran pesrta didik mungkin hanya terbatas pada
kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistik.
d.
Metode empiris
Suatu metode mengajar yang memungkinkan pesrta didik mempelajari
ajaran islam melalui proses realisasi, aktualisasi, serta internalisasi
norma-norma dan kaidah islam melalui proses aplikasi yang menimbulkan suatu
interaksi sosial. Kemudian secara deskriptif, proses-proses interaksi dapat
dirumuskan dalam suatu sistem norma baru.
e.
Metode induktif
Metode yang dilakukan oleh pendidik dengan cara mengajarkan materi
yang khusus menuju pada kesimpulan yang umum. Tujuan metode adalah agar peserta
didik bisa mengenal kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum umum setelah melalui
riset.
f.
Metode deduktif
Metode yang dilakukan oleh pendidik dalam pengajaran ajaran islam
melalui cara menampilkan kaidah yang umum.
Realisasi dari metode pendidikan islam diatas dapat diaplikasikan
dengan cara-cara praktis yang disebut dengan teknik pendidikan islam. Adapun
teknik-teknik pendidikan islam adalah:
1)
Teknik periklanan (al-ikhbariyah) dan teknik pertemuan
(al-Muhadharah)
2)
Teknik dialog (Hiwar)
3)
Teknik bercerita (al-Qishash)
4)
Teknik metafora (al-Amtsal)
5)
Teknik imitasi (al-Qudwah)
6)
Teknik drill (al-Mumarasah al-Amal)
7)
Teknik pengambil pelajaran dari suatu peristiwa (Ibrah)
8)
Teknik penberi janji dan ancaman (Targhib Wa Tarhib)
9)
Teknik koreksi dan kritik (al-Tanqibiyah)
10)
Teknik perlombaan (al-Musabaqah)
11)
Teknik Qawa’id (pengajaran berdasarkan kaidah).[7]
Adapun
metode pendidikan islam yang lain yang digunakan antara lain: sebagaimana yang
dikemukakan Ustadz Muhammad Said Ramadhan Al-buwy-thi dalam bukunya yang
berjudul : “Al-Man hajut Tarbawi Faried fil Qur’an”, menyatakan bahwa
ada tiga macam asas/dasar yang dipakai al-Qur’an untuk menanamkan pendidikan
yaitu:
Pertama, Muhakamah Aqliyah, mengetok akal pikiran untuk memecahkan segala sesuatu. Dalam
tingkat ini al-Qur’an menyadarkan setiap akal manusia untuk memikirkan
asal-usul dirinya, mulai dari mula jadinya, kemudian perkembangan baik pisik
maupun akal dan ilmunya ataupun mental spiritual. Sesudah itu dibawanya kepada
alam cakrawala yang luas terbentang ini, yang semuanya dengan menggunakan
kata-kata dapat di ikuti oleh orang-orang awam dan dapat di jadikan bahan
penyelidikan secara ilmiah oleh para sarjana.
Kedua, Al-Qisah Wa Tarikh, menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan sejarah. Dengan
menggunakan berbagai cerita/peristiwa, dan dengan membuka lembaran-lembaran
sejarah di masa lampau, Tuhan mengajak manusia supaya bercermin kepada fakta
dan data di masa dahulu itu, untuk melihat dirinya. Berbagai cerita yang
disebut oleh al-Qur’an dan dengan caranya yang khas al-Qur’an menghidupkan
sejarah-sejarah untuk memberanikan hati manusia untuk zaman yang di hadapinya
dan masa-masa depan terbentang untuk di isi dengan pendidikan kepada
anak-anak/pemuda-pemuda. Menempuh jalan ini, yaitu cerita dan sejarah, lebih
mudah meresapkan kepada anak mereka.
Ketiga, Al-Itsarah Al-Wijdaniyah, memberikan perangsangan kepada perasaan-perasaan. Membangkitkan
rangsangan perasaan-perasaan, adalah jalan yang terpendek untuk menanamkan
suatu karakter kepada anak-anak/pemuda-pemuda. Dan perasaan-perasaan itu
terbagi kepada:
a.
Perasaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan, hasrat yang besar
seumpamanya.
b.
Perasaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa sedih
(berbuat kezaliman) dan seumpamanya.
c.
Perasaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta, rasa
bakti dan pengabdian, dan lain sebagainya.
Dalam proses
pendidikan islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya
pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran
yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan
dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar
menuju tujuan pendidikan.
Metode
pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar
mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu,
metode yang diterapkan oleh seorang guru akan berdaya guna dan berhasil guna
jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam proses
pendidikan islam, metode yang tepat guna apabila mengandung nilai-nilai
instrinsik dan eksternsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional
dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam
tujuan pendidikan islam.
Sebagai salah
satu komponen operasional ilmu pengetahuan islam, metode harus bersifat
mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan yang hendak dicapai
melalui proses tahap demi tahap, baik dalam kelembagaan formal maupun nonformal
ataupun informal. Dengan demikian menurut ilmu pendidikan islam, suatu metode
yang baik bila memiliki watak dan relevansi yang senada dengan tujuan
pendidikan islam itu.[8]
Penelusuran
yang analitis dalam al-Qur’an akan menemukan berbagai corak hubungan guru-murid
yang berprinsip sebagai berikut:
1)
Pendidikan islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan
dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiapa diri manusia. Fitrah tersebut
merupakan potensi yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan dengan
metode yang tepat guna, berdaya guna, dan berhasil guna.
2)
Kenyakinan pendidikan islam tentang potensi fitrah itu mendorong
guru untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode
kependidikan yang efektif dan efisien.
3)
Pendidikan islam mendorong guru untuk beriktiar menghindarkan
pengaruh-pengaruh negatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-program
kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita islami.
4)
Pendidikan islam mengupayakan harmonisasi, keserasian, dan
keselarasan antara masukan-masukan instrumental dengan masukan-masukan enviromental
(pengaruh lingkungan) dalam proses mencapai tujuan, sehingga produk
pendidikan benar-benar sesuai (congruent) dengan idealitas islami.
5)
Pendidikan islam mengusahakan terciptanya model-model proses
belajar mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak
didik.
6)
Pendidikan islam, dalam segala ikhtiariahnya senantiasa berpegang
pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi kepada potensi keimanan
dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup pribadi manusia
muslim.[9]
Menurut Muhammad
Quth didalam bukunya “Minhajut Tarbawiyah Islamiyah” menyatakan bahwa
teknik metode pendidikan islam itu ada delapan macam, yaitu:
1.
Pendidikan melalui teladan
Pendidikan melalui teladan adalah merupakan salah satu teknik
pendidikan yang efektif dan sukses.
2.
Pendidikan melalui nasehat
Didalam jiwa tedapat pembawaan untuk terpenagruh oleh kata-kata
yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata
harus di ulang-ulangi. Nasehat yang berpengaruh membuka jalannya kedalam jiwa
secara langsung melalui perasaan.
3.
Pendidikan melalui hukuman
Apabila teladan dan nasehat tidak mempan, maka letakkan persoalan
ditempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah hukuman. Hukuman sesungguhnya
tidak mutlak diperlukan. Ada orang-orang yang cukup dengan teladan dan nasehat
saja, sehingga tidak perlu hukuman baginya. Tetapi manusia itu tidak sama
seluruhnya. Di antara mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali dengan
hukuman.
4.
Pendidikan melalui cerita
Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan manusia. Sebab
bagaimana perasaan, cerita itu pada kenyataannya sudah merajut hati manusia dan
akan mempengaruhi kehidupan mereka. Pembaca atau pendengar cerita tidak dapat
tidak bersikap kerja sama dengan jalan cerita dan orang-orang yang terdapat di
dalamnya. Sadar atau tidak, ia telah menggiring dirinya untuk mengikuti jalan
cerita, menghayalkan bahwa ia berada dipihak ini atau itu dan sudah
menimbang-nimbang posisinya dengan posisi tokoh cerita, yang mengakibatkan ia
senang, benci atau merasa kagum.
5.
Pendidikan melalui kebiasaan
Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena
ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia. Karena sudah menjadi kebiasaan
yang mudah melekat dan spontan aghar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk
kegiatan-kegiatan dilapangan lain seperti untuk bekerja, memproduksi dan
mencipta.
6.
Menyalurkan kekuatan
Di antara banyak teknik islam dalam membina manusia dan juga dalam
memperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan di dalam
jiwa, tumbuh dan dari diri dan tidak memendamnya kecuali bila potensi-potensi
itu memang tertumpu untuk lepas.
7.
Mengisi kekosongan
Apabila islam menyalurkan kekuatan tubuh dan jiwa ketika sudah
menumpuk, dan menyimpannya karena penuh resiko, maka islam sekaligus juga tidak
senang pada kekosongan.
8.
Pendidikan melalui peristiwa-peristiwa
Hidup ini perjuangan dan merupakan pengalaman-pengalaman dengan
berbagai peristiwa, baik yang timbul karena tindakannya sendiri, maupun karena
sebab-sebab di luar kemauannya. Guru yang baik tidak akan membiarkan peristiwa-peristiwa
itu, berlalu begitu saja tanpa diambil menjadi pengalaman yang berharga. Ia
mesti menggunakannya untuk membina, mengasah dan mendidik jiwa, oleh karena itu
pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja.[10]
Ali Kholil Abul ‘Ainain di dalam kitabnya : Falsafahtul Tarbiyatul Islamiyatu Fil
Qur’anil Karim mengemukakan secara panjang lebar tentang metode pendidikan
islam ini yang ringkasnya ada 11 macam, yaitu:
Ø Pengajaran
tentang cara beramal dan pengalaman/keterampilan.
Ø Mempergunakan
akal.
Ø Contoh yang
baik dan yang jujur.
Ø Perintah kepada
kebaikan, larangan perbuatan munkar saling berwasiat kebenaran, kesabaran dan
kasih sayang.
Ø Nasihat-nasihat.
Ø Metode kisah.
Ø Tamsil.
Ø Menggemarkan
dan menakutkan atau dorongan dan ancaman.
Ø Menanamkan atau
menghilangkan kebiasaan.
Ø Menyalurkan
bakat.
Ø Peristiwa-peristiwa
yang berlalu.[11]
Menurut
Drs. H. M.Arifin Med, bahwa dalam al-Qur’an dan sunah Nabi dapat
ditemukan metode-metode untuk pendidikan agama itu antara lain:
a.
Perintah atau larangan
b.
Cerita tentang orang-orang yang taat dan orang-orang yang berdosa
(kotor) dan lain-lain serta akibat-akibat perbuatan mereka
c.
Peragaan
d.
Instruksional (bersifat pengajaran)
e.
Acquistion (self-education)
f.
Mutual education (mengajar dalam kelompok)
g.
Exposition (dengan menyajikan) yang didahului dengan motivasion
(menimbulkan minat)
h.
Function (pelajaran di hidupkan dengan praktek)
i.
Explanation (memberikan penjelasan tentang hal-hal yang kurang
jelas).[12]
3.
Metodologi Pendidikan Islam
Metodologi pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode
yang di pergunakan dalam pekerjaan mendidik. Asal kata “metode” mengandung
pengertian “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Metode
berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti
“melalui”, dan hodos berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara
yang harus dilalui” untuk mencapai suatu tujuan, oleh karena kata logi
yang berasal dari bahasa Greek (yunani) logos berarti “akal” atau
“ilmu”.
Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat
disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan
mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu, ilmu pendidikan sebagai salah
satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi, yaitu metodologi pendidikan.
Metodologi pendidikan islam memiliki tugas dan fungsi memberikan
jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu
pendidikan islam tersebut. Pelaksanaannya berada dalam ruang lingkup proses
kependidikan yang berada di dalam suatu sistem dan struktur kelembagaan yang
diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan islam.
Sebagai komponen ilmu yang menunjang keberhasilan ilmu pengetahuan
induknya (dalam hal ini ilmu pendidikan islam) metodologi pendidikan tidak bisa
lain harus sejalan dengan substansi dan tujuan ilmu pengetahuan induknya.
Bilamana antara satu sama lain tidak terdapat kesetaraan dengan substansi dan
tujuan maka metodologi pendidikan tersebut tidak dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya. Keadaan yang demikian akan berakibat pada “kemandulan” ilmu
pendidikan itu sendiri, dan menyebabkan ilmu tersebut tidak memiliki validitas
atau keabsahan sebagai suatu disiplin keilmuan. Akibatnya ilmu pendidikan yang
demikian akan statis dan tidak dapat berkembang.
Metodologi pendidikan islam dalam penerapannya banyak menyangkut
wawasan keilmuan pendidikan yang bersumber pada al-Qur’an dan hadis. Oleh
karena itu, untuk mendalaminya kita perlu mengungkapkan implikasi-implikasi
metodologis kependidikan dalam kitab suci al-Qur’an dan hadis antara lain
sebagai berikut:
1)
Gaya bahasa dan ungkapan yang terdapat dalam al-Qur’an menunjukkan
fenomena bahwa firman-firman Allah itu mengandung nilai-nilai metodologis yang
mempunyai corak dan ragam sesuai tempat dan waktu serta sasaran yang dihadapi.
Firman-firman-Nya itu senantiasa mengandung hikmah kebijaksanaan yang secara
metodologis disesuaikan dengan kecenderungan atau kemampuan kejiwaan manusia
yang hidup dalam situasi dan kondisi tertentu yang berbeda-beda.
Jadi, metode yang dipergunakan oleh Allah adalah metode pemberian
alternatif –alternatif (pilihan) menurut akal pikiran, yang berbeda
kemampuannya antara satu dan yang lain.
2)
Dalam memberikan perintah dan larangan Allah senantiasa
memperhatikan kadar kemampuan masing-masing hamba-Nya, sehingga taklif (beban)-Nya
berbeda-beda meskipun memberikan tugas yang sama. Perbedaan kemampuan manusia
dalam memiliki beban tugas dan tanggung jawab mengharuskan sikap mendidik Tuhan
itu sendiri bersifat “lebih memperhatikan manusia” sebagai makhluk terdidik
daripada dia sendiri sebagai zat maha pendidik.
Dengan demikian perbedaan-perbedaan individual anak didik, bila
dilihat dari segi metodologis kandungan al-Qur’an, diakui dan dihormati,
sehingga heterogenitas hidup manusia tetap eksis (ada) di dalam dunia ini.
Apalagi bila heterogenitas itu diwujudkan dalam pembidangan ilmu dan
keterampilan serta kekaryaan/jabatan/pekerjaan maka jelas merupakan
keanekaragaman yang dapat menjadi daya dorong bagi dinamika perkembangan uamt
manusia itu sendiri. Heterogenitas atau keanekaragaman unsur atau komponen
dalam sistem kehidupan alam ini justru menjamin berlangsungnya sistem mekanisme
pertumbuhan alam secara dinamis dan progresif. Kenyataan sistem kehidupan yang
demikian pun berlangsung dalam kehidupan sosial manusia di dunia ini.
3)
Sistem pendekatan metodologis yang dinyatakan dalam al-Qur’an
bersifat multi approach.
Didasarkan
atas sistem pendekatan dari berbagai disiplin keilmuan, suatu metode pendidikan
baru dapat diterapkan secara efektif, manakala perkembangan anak didik
dipandang dari berbagai aspek perkembangan kehidupannya.
Titik
sentral dari fungsi manusia adalah beribadah kepada Allah, fungsi demikian baru
dapat berkembang dengan cukup baik bilamana kemampuan-kemampuan ganda dalam
diri pribadinya selaku makhluk Allah, diberi bimbingan dan pengarahan yang baik
melalui proses kependidikan kejalan yang di ridhai oleh Tuhan-Nya.
Berikut
ini akan dijelaskan prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan
psikologi dalam memperlancar proses kependidikan islam:
a)
Prinsip memberikan suasana kegembiraan
b)
Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut
c)
Prinsip kebermaknaan bagi anak didik
d)
Prinsip prasyarat
e)
Prinsip komunikasi terbuka
f)
Prinsip pemberian pengetahuan yang baru
g)
Prinsip memberikan model perilaku yang baik
h)
Prinsip praktik (pengamatan) secara aktif
i)
Prinsip-prinsip lainnya.[13]
Dalam
metodologi pendidikan islam kemungkinan demikian harus senantiasa di usahakan
untuk di ungkapkan melalui berbagai metode yang didasarkan atas pendekatan yang
multidimensional.
Bila
kita pahami metode sebagai suatu subsistem ilmu pendidikan islam yang berfungsi
sebagai alat pendidikan maka seluruh firman Tuhan dalam al-Qur’an sebagai
sumber ilmu pendidikan islam mengandung implikasi-implikasi metodologis yang
komprehensif mencakup semua aspek kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan
pribadi manusia.
Aspek-aspek
kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan manusia itu pada hakikatnya tercermin
dalam gaya bahasa khitab Tuhan yang bersifat direktif antara lain:
1.
Mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya dalam menelaah
dan mempelajari gejala kehidupannya sendiri dan gejala kehidupan alam
sekitarnya.
2.
Mendorong manusia untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan
mengaktualisasikan keimanan dan ketaqwaannya dalam hidup sehari-hari seperti
yang terkandung dalam perintah shalat, shiyam, dan jihad fi sabilillah.
3.
Mendorong berjihad.
4.
Islam merupakan kebenaran yang hak. Oleh karenanya dalam rangka
menyakinkan manusia, Tuhan sering pula mempergunakan metode pemberian suasana
(situasional) sesuai tempat dan waktu tertentu.
5.
Metode mendidik secara kelompok disebut metode mutual education.
6.
Metode pendidikan dengan menggunakan cara instruksional, yaitu yang
bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang yang beriman dalam bersikap dan
bertingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana seharusnya bersikap dan
berbuat sehari-hari.
7.
Metode mendidik dengan bercerita, yaitu dengan mengisahkan
peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaatannya atau
kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah dan larangan Tuhan yang dibawakan
nabi atau rasul yang hadir di tengah mereka.
8.
Dalam al-Qur’an terdapat firman-firman Allah yang mengandung metode
bimbingan dan penyuluhan, justru karena al-Qur’an sendiri diturunkan untuk
membimbing dan menasehati manusia sehingga dapat memperoleh kehidupan batin
yang tenang, sehat serta bebas dari segala konflik kejiwaan.
9.
Metode lain yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah
metode pemberian contoh dan teladan.
10.
Metode diskusi juga diperhatikan oleh al-Qur’an dalam mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian, dan sikap
pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah.
11.
Metode tanya jawab sering dipakai oleh para nabi dan rasul Allah
dalam mengajarkan agama yang dibawanya kepada umatnya.
12.
Mendidik dengan menggunakan metode pemberian perumpamaan atau
metode imtsal tentang kekuasaan Tuhan dalam menciptakan hal-hal yang hak
dan hal-hal yang bathil.
13.
Metode targhib dan tarhib yaitu cara memberikan
pelajaran dengan memberi dorongan (motivasi) untuk memperoleh kegembiraan bila
mendapatkan sukses dalam kebaikan, sedang bila tidak sukses karena tidak mau
mengikuti petunjuk yang benar akan mendapatkan kesusahan.
14.
Metode tobat dan ampunan yaitu cara membangkitkan jiwa dari rasa
frustasi kepada kesegaran hidup dan
optimisme dalam belajar seseorang, dengan memberikan kesempatan bertobat dari
kesalahan/kekeliruan yang telah lampau yang di ikuti dengan pengampunan atas
dosa dan kesalahannya.
15.
Metode-metode lainnya seperti acquistion (self-education),
explanation, dan exposition (penyajian) dengan disertai
motivasi-motivasi belajar.
Hubungannya
dengan penerapan metode pendidikan islam yang dilakukan para pendidik muslim
maka implikasi yang perlu diperhatikan adalah menyangkut pengungkapan
psikologis sebagai berikut:
a)
Kesadaran pendidik sendiri tentang hidup keagamaannya selaku orang
yang berpribadi muslim, sehingga langkah-langkah kependidikannya mampu
mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan anak didik.
b)
Mampu menghubungkan pandangan metafisiknya dengan mata-mata
pelajaran yang saling berhubungan dan meluaskan pandangan hidup keagamaannya,
mempengaruhi dan mengendalikan sumber ilmu pengetahuan serta metode pendidikan
yang ia gunakan dalam semua mata pelajaran, sehingga kesadaran hidup
keagamaannya itu dapat berpengaruh sepenuhnya atas ilmu yang di ajarkan dan ats
metode yang digunakan itu.
c)
Mampu menghubungkan semua disiplin ilmu pengetahuan dalam suatu
interelasi serta pada suatu ketika masing-masing disiplin ilmu tersebut dapat
dikembangkan sesuai dengan corak dan kekhususannya oleh anak didik.[14]
D.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas pemakalah dapat menyimpulkan yakni:
1.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikemukakan pula bahwa
pendidikan islam dalam mengupayakan agar materi pendidikan dan pengajaran islam
dapat diterima oleh obyek pendidikan dengan menggunakan pendekatan yang
bersifat multi approach.
2.
Tidak selamanya satu metode selalu baik untuk saat yang
berbeda-beda. Baik tidaknya bergantung beberapa faktor yang mungkin berupa
situasi dan kondisi, atau persesuaian dengan selera, atau juga karena metodenya
sendiri yang secara instrinsik belum memenuhi persyaratan sebagai metode yang
tepat guna, semuanya sangat di tentukan oleh pihak yang menciptakan dan
melaksanakan metode juga obyek yang menjadi sasarannya.
Dengan metode-metode yang berkembang dari sumber ajarn islam yang
kemudian dianalisis oleh para ahli pikir muslim yang telah disebut di atas maka
kita ketahui bahwa metode-metode yang dipergunakan dalam proses kependidikan
islam menunjukkan nilai pedagogis yang tidak usang, jika dibandingkan dengan
metode menurut berbagai teori pendidikan modern yang berkembang sampai zaman
modern ini.
3.
Dalam metodologi pendidikan islam yang dikehendaki oleh umat islam
itu pada hakikatnya adalah methode of education trought the teaching of
islam (metode pendidikan melalui ajaran islam) atau semua bidang ilmu
pengetahuan dan keterampilan melalui ajaran islam atau menurut ajaran islam.
E.
PENUTUP
Sebagai manusia ciptaan Allah SWT yang tak luput dari kekhilafan.
Kami tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
kesalahan baik dari segi pemahaman kami dan segi penulisannya sendiri. Dan tim
penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak hal yang belum sempat terbahas. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai bahan evaluasi untuk
memotivasi makalah kami selanjutnya. Dan kami tim penulis minta ma’af apabila
terdapat kesalahan kata pada tugas ini. Semoga tugas makalah ini bermanfaat
bagi kita semua dan kurang lebihnya minta ma’af.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1981. Educational Theory : A Q
ur’anic Outlook, a Doctoral Thesis. University of Edinburg.
Abdurrahman, An-Nahlawi. 1989. Metode Pendidikan Islam dalam
Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: Diponorogo.
Ahmad, Zainal Abidin. 1979. Memperkembangkan dan Mempertahankan
Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, H.M.Drs.M.Ed.1978. Timbal Balik Pendidikan Agama di
Lingkungan Sekolah dan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, H.M.Drs.M.Ed. 2003. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan
Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dhafir, Zamakhasyari. 1982. Tradisi Pesantren Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai. LP3ES.
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali
Press.
Qutb, Muhammad. 1984. Sistem Pendidikan Islam. Bandung:
Al-Ma’arif.
Salahuddin, Mahfudz. 1987. Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya:
Bina Ilmu.
Syallabi, Ahmad Dr. prof. 1954. Prinsip-Prinsip Metodologi
Pendidikan Islam. Beirut.
Tim Depag RI. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta:
P3AI-PTU.
Uhbiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
Setia.
Pertanyaan
1.
Metode pendidikan yang paling efektif yang digunakan dalam metode
pendidikan Islam ?
Jawaban : semua metode itu sama efektifnya, di sesuaikan dengan
peserta didik dan cara menangkapnya. Ketika digunakan pada waktu yang benar.
Minat atau respon anak tersebut bagaimana ?, kalau sudah tahu pola pikir anak
didik, maka kita baru member metode yang tepat.
2.
Definisi dan ciri kurikulum dalam pendidikan Islam?
Jawaban
: kurikulum pendidikan islam adalah suatu program yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan tertentu. Kemudian, jika
disambungkan dengan filsafat dan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam
mempunyai arti sebagai suatu rangkaian program yang mengarahkan kegiatan
belajar mengajar secara sistemtis dan berarah tujuan serta melukiskan cita-cita
nilai-nilai keIslaman.
Menurut
Al-Syabani, ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam sebagaimana berikut :
a.
Kurikulum pendidikan
Islam mengedepankan dan mengutamakan Agama dan akhlak dalam berbagai tujuannya.
Materi dalam kurikulum pendidikan Islam haruslah mencerminkan nilai-nilai
keIslaman dan bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, metode pembelajaran yang
diterapkan, alat dan teknik dalam kurikulum pendidikan Islam juga mencerminkan
nilai-nilai keAgamaan.
b.
Kandungan dan cakupan
kurikulum pendidikan Islam bersifat menyeluruh yang mencerminkan semangat
pemikiran dan ajaran Islam yang bersifat universal dan menjangkau semua aspek
kehidupan, baik intelektual, psikologis, social dan spiritual.
c.
Kurikulum pendidikan
Islam mempunyai keseimbangan yang relative di dalam muatan keilmuannya baik
ilmi-ilmu syariat, ilmu akal dan bahasa serta seni. Disamping Kurikulum
pendidikan Islam menyeluruh cakupan dan
kandungannya, ia juga memperhatikan keseimbangan relative, disebut keseimbangan
relative karena mengakui bahwa tidak ada keseimbangan yang mutlak pada
kurikulum pengajaran.
d.
Keseimbangan kurikulum
pendidikan Islam juga diakui oleh para pendidik muslim pada zaman klasik
seperti Al-Faraby yang memunji keseimbangan kurikulum di negeri Andalusia
dimana ia tinggal, Ibnu Khaldun juga membeikan penilaian terhadap keseimbangan
kurikulm di dunia Barat dan dunia timur.
e.
Kurikulum pendidikan
Islam mencakup kesemua materi pelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik,
baik yang bersifat kerelegiusan maupun yang bersifat keduniaan. Materi
keAgamaan digunakan untuk memahami hakikat hubungan manusia dengan sang
pencipta sementara keprofan-dunia digunakan untuk mencukupi kebutuhan primer
dan sekunder manusia dalam hubungannya dengan sesame manusia.
f.
Kurikulum pendidikan
Islam terkait dengan minat, bakat dan kemampuan peserta didik, sehingga murid
tidak mempelajari suatu mata pelajaran kecuali ia merasa senang dengan materi
tersebut, kurikulum pendidikan Islam juga memperhatikan keterkaitan antara
lingkungan dengan lembaga pendidikan dan peserta didik, sehingga penyusunan
kurikulum selalu disesuaikan dengan kebutuhan social masyarakat di wilayah
tertentu, dari segi lain pendidikan
Islam bersifat dinamis dan bisa menerima dinamika perubahan bila diperlukan,
kurikulum pendidikan Islam juga mempunyai sifat keserasian antara mata
pelajaran, kandungan, dan kegiatan-kegiatan pembelajaran
3.
Titik perbedaan antara pendekatan metode dan metodologi ?
Jawaban : metode itu cara mengajarnya, sedangkan metodologi adalah
ilmu mengajarnya.
4.
Jelaskan teknik imitasi (al-Qudwah) dan teknik metafora (al-Amtsal)
?
Jawaban
: TeknikMetafora
(al-Amtsal)
Dalam konteks pendidikan
islam, teknik metafora lebih mengarahkan kepada perumpamaan dalam segi ungkapan
belaka.
Sebagai contoh perhatikan
(QS.al-Ankabut: 41, 43, Ar-Ra’d:17, Ibrahim: 24-26, al-Baqarah:26).
Teknik metafora ini mempunyai
kelebihan karena dapat member pemahaman konsep abstrak bagi peserta didik,
serta dapat member kesan dan bekas yang mendalam terhadap perumpamaan yang
diberikan membawa pemahaman rasional yang mudah dipahami, dan yang baik dan meninggalkan
imajinasi yang tercela.
Teknik metafora ini
bias direalisasikan melalui bentuk-bentuk, yakni:
Tenik yang dilakukan dengan
cara menggunakan bahasa-bahasa symbol yang dapat menarik minat pendengar yang
pada dasarnya, bahasa symbol memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, karena diformat
dalam bahasa seni, sehingga sejarah tersebut disuguhkan dalam bahasa yang
sederhana mungkin.
Sebagai contoh
(perhatikan QS.al-Maidah: 27-32).
b. Teknik karyawisata (al-Rihlah
al-Ilmiyah)
Teknik yang dilakukan dengan
cara penyajian suatu bahan pelajaran dengan membawa peserta didik pada objek
yang akan dipelajari secara langsung diluar kelas.
Sebagaicontoh, jika pendidik
menerangkan materi sejarah kebudayaan islam di Indonesia, sebaiknya peserta didik
di ajak kemakam sunan ampel, sunan muria, sunan kudus, dan tempat-tempat bersejarah
lainnya.Dengan demikian, peserta didik memiliki deskriptif secara langsung tentang
materi pelajaran yang di berikan.
1. TeknikImitasi (al-Qudwah)
Dalam konteks
pendidikani slam, teknik imitasi dilakukan dengan cara menampilkan seperangkat
teladan bagi diri pendidik untuk peserta didik melalui komunikasi transaksi
didalam kelas maupun diluar kelas.
Dalam konteks pendidikan
islam, teknik imitasi dilakukan
Dengan cara menampilkan
seperangkat teladan bagi diri pendidik untuk peserta didik melalui komunikasi transaksi
didalam kelas maupun diluar kelas. Teknik imitasi dilakukan karena ajaran islam
tidak sekadar di transformasikan pada peserta didik, tetapi juga di
internalisasikan dalam kehidupan yang nyata, sehingga tuntutan pendidik tidak hanya
berceramah, berkhutbah atau berdiskusi, tetapi lebih penting lagi, mengamalkan semua
ajaran yang telah dimengerti, sehingga peserta didik dapat meniru dan mencontohnya.
(QS.Ash-Shaff: 2-3).
Untuk merealisasikan teknik
imitasi dapat di gunakan bentuk-bentuk teknik, seperti:
a. Teknik Uswatun Hasanah
Teknik ini dapat dijadikan
sebagai teknik tersendiri, karena memiliki persyaratan sebagaimana teknik-teknik
lainnya, walaupun teknik ini merupakan prinsip umum yang menjadi landasan bagi teknik-teknik
yang lain. Teknik ini adalah teknik yang digunakan dengan cara memberikan contoh
teladan yang baik, yang tidak hanya member didalam kelas, tetapi juga dalam harian
sehari-hari.Dengan begitu, peserta didik tidak segan-segan meniru dan mencontohnya,
seperti shalat berjama’ah, kerja social, partisipasi kegiatan masyarakat, dan
lain sebagainya.
b. Teknik Demonstrasi dan Dramatisasi
(al-Tathbiq)
Teknik yang digunakan dengan cara mengajarkan
melalui kegiatan-kegiatan eksperimen sehingga membentuk kerangka verbal yang
dibarengi dengan kerja fisik atau pengoperasian peralatan, barang, ataubenda.
Teknik demonstrasi biasanya dipraktekkan oleh pendidik sendiri sedangkan teknik
dramatisasi diperankan oleh peserta didik.
Teknik ini mempunyai kelebihan khusus yaitu adanya kreativitas peserta didik yang semakin meningkat, memperbanyak pengalaman disamping pengetahuan,
pelajarannya bertahan
lama karena selalu diminati, siswa cepat menangkap pengertian karena perhatiannya terfokus pada pelajaran, serta mengurangi kesalahpahaman.
c. Teknik Permainan dan simulasi.
Teknik ini yang dilakukan dengan cara pengajaran dalam situasi yang
sesungguhnya. Bagian-bagian terpenting diduplikasikan dalam bentuk permainan, sehingga peserta didik bertindak langsung memainkan peranannya.Tujuan teknik ini adalah melatih keterampilan yang
bersifat profesional,
memperoleh pemahaman tentang suatu konsep dan prinsip, melatih memecahkan masalah, member motivasi kerja, serta menimbulkan kesadaran diri, rasa simpati,
perubahan sikap,
dan kepekaan.
[2] M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdispliner, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal.83.
[5] Zainal Abidin Ahmad, Memperkembangkan dan Mempertahankan
Pendidikan Islam di Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hal. 138.
[8] Abdurrahman Saleh Abdullah, Education Theory: Al-quranic Outlach
a Doctoral Theses at University of Edinburgh, 1981, hal.169.
[9] Abdurrahman An-Nahlawi, Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga
Di sekolah dan Di Masyarakat, CV.Diponorogo, Bandung, 1989, hal.145.
[11] Zamakhasyari Dhafir, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai, LP3ES, 1982, hal.28.
[12] M.Arifin MEd, Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan
Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hal.164.
[14] M.Arifin Med, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan
Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara, Jakarta, 2003,
hal.65.
No comments:
Post a Comment