Saturday, February 27, 2016

makalah pendekatan metode dan metodologi pendidikan

A.    PENDAHULUAN

Dalam adagium ushuliyah dikatakan bahwa, “al-amru bi sya’i amru bi wasailihi, wa li al-wasail hukm al-maqashidi”. Artinya, perintah pada sesuatu (termasuk didalamnya adalah pendidikan) maka perintah pula mencari mediumnya (metode), dan bagi medium hukumnya sama halnya dengan apa yang dituju. Senada dengan adagium itu firman Allah Swt. Dinyatakan: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan beerjihadlah pada jalan-nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. al-Maidah:35).
Implikasi adagium ushuliyah dan ayat tersebut dalam pendidikan islam adalah bahwa dalam pelaksanaan pendidikan islam dibutuhkan adanya metode yang tepat, guna menghantar tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Materi yang benar dan baik, tanpa menggunakan metode yang baik maka akan menjadikan keburukan materi tersebut. Kebaikan materi harus ditopang oleh kebaikan metode juga.
Perumusan pengertian metode biasanya disandingkan dengan teknik, yang mana keduanya saling berhubungan. Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem. Sedangkan teknik pendidikan islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik melaksanakan pengajaran di kelas.
Dalam penggunaan pendekatan dan metode pendidikan islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan islam yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah Swt. Disamping itu, pendidik perlu memahami metode-metode instruksional yang aktual yang ditujukan dalam al-Qur’an atau yang didedusikan dari al-Qur’an dan dapat memberikan motivasi dan disiplin atau dalam istilah al-Qur’an disebut dengan pemberian anugerah (tsawab) dan hukuman (‘iqab).[1]

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Pendekatan Pendidikan Islam?
2.      Bagaimana Metode Pendidikan Islam?
3.      Bagaimana Metodologi Pendidikan Islam?

C.    PEMBAHASAN
1.      Pendekatan Pendidikan Islam
Sistem pendekatan adalah suatu proses untuk mengidentifikasi kebutuhan, menyeleksi masalah, menemukan persyaratan untuk memilih alternatif pemecahan masalah, mendapatkan metode-metode dan alat-alat serta mengimplementasikannya, untuk kemudian dievaluasi. Melakukan revisi terhadap sebagian atau seluruh sistem yang telah dicipatakan sehingga kebutuhan-kebutuhan dapat dipenuhi dengan sebaik mungkin (sehungga kebutuhan-kebutuhan itu tidak ada lagi).[2]
Sebagai aktifitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, pendidikan islam memerlukan landasan kerja guna pemberi arah bagi program yang akan dilakukan. Landasan tersebut terutama berasal dari al-Qur’an maupun Hadis Nabi. Diantara ayat al-Qur’an atau Hadis Nabi tersebut adalah :

Artinya:
“Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui al-Kitab (al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya yang kamu beri petunjuk dengan dia dan siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang benar”. (QS. Asy-Syura: 52)
Rasulullah bersabda yang artinya sebagai berikut:
“Sesungguhnya orang mukmin yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak, taat kepada-Nya dan memberikan nasehat kepada-Nya, sempurna akal pikirannya, serta menasehati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka ia beruntung dan memperoleh kemenangan”. (Al-Hadis)
Dari ayat al-Qur’an dan Hadis Rasul tersebut di atas dapat diambil kesimpulan titik akvansi sebagai dasar pendidikan islam yaitu sebagai berikut:
a.       Bahwa al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang di ridhai Allah SWT.
b.      Menurut sabda Rasul, bahwa di antara sifat orang mukmin ialah saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan islam.
c.       Al-Qur’an dan Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah seorang “pemberi petunjuk jalan lurus” dan selalu memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan dan pendidikan islam.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikemukakan pula bahwa pendidikan islam dalam mengupayakan agar materi pendidikan dan pengajaran islam dapat diterima oleh obyek pendidikan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat multi approach yang akan pelaksanaannya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.       Pendekatan religius yang menitikberatkan kepada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berjiwa religius dengan bakat-bakat keagamaan.
b.      Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau “homo nationale”, sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada sejauh mana kemampuan “berpikirnya” dapat dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya.
c.       Pendekatan sosio kultural yang bertumpu pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai “homo sosius” dan “homo spesiens” dalam kehidupan bermasyarakat yang berkebudayaan.
Dengan demikian pengaruh lingkungan masyarakat dan perkembangan kebudayaannya sangat besar artinya bagi proses pendidikan dan individunya.
d.      Pendekatan scientific dimana titik beratnya terletak pada pandangan bahwa manusia memiliki kemampuan menciptakan (kognitif), berkemauan (konatif), dan merasa (emosional atau affektif). Pendidikan harus dapat mengembangkan kemampuan analitis-analitis dan reflektif dalam berpikir.[3]
Ada beberapa pendekatan yang terkait dengan proses pelaksanaan pendidikan islam, yakni:
a.       Pendekatan filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, ilmu pendidikan islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasari oleh nilai-nilai ajaran islam yang bersumber pada kitab suci al-Qur’an dan Sunnah Nabi.  
b.      Pendekatan sistem
Pendidikan islam sebagai disiplin ilmu dapat dianalisis dari segi sistematis atau pendekatan sistem. Dalam konteks ini, pendidikan islam dipandang sebagai proses yang terdiri dari sub-sub sistem atau komponen-komponen yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam.
c.       Pendekatan pedagogis dan psikologis
Pendekatan ini menurut kita untuk berpandangan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan rohaniah dan jasmaniah yang memerlukan bimbingan dan pengarahan melalui proses kependidikan.
d.      Pendekatan keagamaan
Pendekatan ini memandang bahwa ajaran islam yang bersumberkan kitab suci al-Qur’an dan sunnah Nabi menjadi sumber inspirasi dan motivasi pendidikan islam.  
e.       Pendekatan historis
Analisis ilmu pendidikan islam dilihat dari latar belakang historis, berarti menempatkan sasaran analisis pada fakta-fakta sejarah umat islam yang berawal dari Nabi Muhammad di angkat menjadi Rasulullah saw. pandangan ulama dan ilmuan islam tentang pendidikan islam menunjukkan bahwa prinsipnya pendidikan islam berproses dalam empat aspek, yakni: ideal, institusional, struktur, dan materiil.[4]
Jalaluddin Rahmat dan Zainal Abidin Ahmad merumuskan pendekatan pendidikan islam dalam enam kategori, yaitu:
a.       Pendekatan tilawah
Pendekatan tilawah ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat-Nya, mempunyai kenyakinan bahwa semua ciptaan Allah memiliki keteraturan yang bersumber dari Rabb al-‘alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya secara sia-sia belaka.  
b.      Pendekatan tazkiyah
Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya amar ma’ruf nahi mungkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif).  
c.       Pendekatan ta’lim al-kitab
Mengajarkan al-Kitab (al-Qur’an) dengan menjelaskan hukum halal dan haram.
d.      Pendekatan ta’lim al-hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta’lim al-Kitab, hanya saja bobot dan proporsi serta frekuensinya diperluas dan diperbesar. Indikator utama pendekatan adalah mengadakan perenungan (reflective thinking), reinovasi, interpretasi terhadap pendekatan ta’lim al-Kitab. 
e.       Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang benar-benar asing dan belum diketahui, sehingga pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa.
f.       Pendekatan ishlah
Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas, dan berupaya menjembatani perbedaan paham.[5]

2.      Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem.
Pendidik dalam proses pendidikan islam tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi ia harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran di kelas, sehingga teknik pendidikan islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik melaksanakan pengajaran di kelas. Hal ini karena metode dan teknik pendidikan islam tidak sama dengan metode dan teknik pendidikan yang lain.
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendodrong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Di samping itu, dalam uraian tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antarhubungan pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangam dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan menyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu, tugas utama metode tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong ke arah perbuatan nyata.[6]
Bentuk-bentuk metode pendidikan islam yang relevan dan efektif dalam pengajaran ajaran islam adalah:
a.       Metode diakronis
Suatu metode mengajar ajaran islam yang menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi kemungkinan adanya studi komparatif tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan yang relevan, memiliki hubungan sebab-akibat atau kesatuan integral. Lebih lanjut peserta didik dapat menelaah kejadian sejarah dan mengetahui lahirnya tiap komponen, bagian, subsistem, sistem, dan suprasistem ajaran islam. Wilayah metode ini lebih terarah pada aspek kognitif.  
b.      Metode sinkronis-analitis
Suatu metode pendidikan islam yang memberi kemampuan analisis teoretis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental-intelek. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi pelaksanaan atau aplikasi praktis. Teknik pengajarannya meliputi diskusi, lokakarya, seminar, kerja kelompok, resensi buku, lomba karya ilmiah, dan sebagainya.
c.       Metode problem solving
Metode ini merupakan pelatihan peserta didik yang dihadapkan pada berbagai masalah suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya. Metode ini dikembangkan melalui teknik simulasi. Di dalam metode ini, cara mengasakan ketampilan lebih dominan ketimbang pengembangan mental-intelektual, sehingga terdapat kelemahan yakni perkembangan pikiran pesrta didik mungkin hanya terbatas pada kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistik.
d.      Metode empiris
Suatu metode mengajar yang memungkinkan pesrta didik mempelajari ajaran islam melalui proses realisasi, aktualisasi, serta internalisasi norma-norma dan kaidah islam melalui proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial. Kemudian secara deskriptif, proses-proses interaksi dapat dirumuskan dalam suatu sistem norma baru.
e.       Metode induktif
Metode yang dilakukan oleh pendidik dengan cara mengajarkan materi yang khusus menuju pada kesimpulan yang umum. Tujuan metode adalah agar peserta didik bisa mengenal kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum umum setelah melalui riset.
f.       Metode deduktif
Metode yang dilakukan oleh pendidik dalam pengajaran ajaran islam melalui cara menampilkan kaidah yang umum.
Realisasi dari metode pendidikan islam diatas dapat diaplikasikan dengan cara-cara praktis yang disebut dengan teknik pendidikan islam. Adapun teknik-teknik pendidikan islam adalah:
1)      Teknik periklanan (al-ikhbariyah) dan teknik pertemuan (al-Muhadharah)
2)      Teknik dialog (Hiwar)
3)      Teknik bercerita (al-Qishash)
4)      Teknik metafora (al-Amtsal)
5)      Teknik imitasi (al-Qudwah)
6)      Teknik drill (al-Mumarasah al-Amal)
7)      Teknik pengambil pelajaran dari suatu peristiwa (Ibrah)
8)      Teknik penberi janji dan ancaman (Targhib Wa Tarhib)
9)      Teknik koreksi dan kritik (al-Tanqibiyah)
10)  Teknik perlombaan (al-Musabaqah)
11)  Teknik Qawa’id (pengajaran berdasarkan kaidah).[7]
Adapun metode pendidikan islam yang lain yang digunakan antara lain: sebagaimana yang dikemukakan Ustadz Muhammad Said Ramadhan Al-buwy-thi dalam bukunya yang berjudul : “Al-Man hajut Tarbawi Faried fil Qur’an”, menyatakan bahwa ada tiga macam asas/dasar yang dipakai al-Qur’an untuk menanamkan pendidikan yaitu:
Pertama, Muhakamah Aqliyah, mengetok akal pikiran untuk memecahkan segala sesuatu. Dalam tingkat ini al-Qur’an menyadarkan setiap akal manusia untuk memikirkan asal-usul dirinya, mulai dari mula jadinya, kemudian perkembangan baik pisik maupun akal dan ilmunya ataupun mental spiritual. Sesudah itu dibawanya kepada alam cakrawala yang luas terbentang ini, yang semuanya dengan menggunakan kata-kata dapat di ikuti oleh orang-orang awam dan dapat di jadikan bahan penyelidikan secara ilmiah oleh para sarjana.
Kedua, Al-Qisah Wa Tarikh, menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan sejarah. Dengan menggunakan berbagai cerita/peristiwa, dan dengan membuka lembaran-lembaran sejarah di masa lampau, Tuhan mengajak manusia supaya bercermin kepada fakta dan data di masa dahulu itu, untuk melihat dirinya. Berbagai cerita yang disebut oleh al-Qur’an dan dengan caranya yang khas al-Qur’an menghidupkan sejarah-sejarah untuk memberanikan hati manusia untuk zaman yang di hadapinya dan masa-masa depan terbentang untuk di isi dengan pendidikan kepada anak-anak/pemuda-pemuda. Menempuh jalan ini, yaitu cerita dan sejarah, lebih mudah meresapkan kepada anak mereka.
Ketiga, Al-Itsarah Al-Wijdaniyah, memberikan perangsangan kepada perasaan-perasaan. Membangkitkan rangsangan perasaan-perasaan, adalah jalan yang terpendek untuk menanamkan suatu karakter kepada anak-anak/pemuda-pemuda. Dan perasaan-perasaan itu terbagi kepada:
a.       Perasaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan, hasrat yang besar seumpamanya.
b.      Perasaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa sedih (berbuat kezaliman) dan seumpamanya.
c.       Perasaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta, rasa bakti dan pengabdian, dan lain sebagainya.
Dalam proses pendidikan islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan.
Metode pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru akan berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam proses pendidikan islam, metode yang tepat guna apabila mengandung nilai-nilai instrinsik dan eksternsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan islam.
Sebagai salah satu komponen operasional ilmu pengetahuan islam, metode harus bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui proses tahap demi tahap, baik dalam kelembagaan formal maupun nonformal ataupun informal. Dengan demikian menurut ilmu pendidikan islam, suatu metode yang baik bila memiliki watak dan relevansi yang senada dengan tujuan pendidikan islam itu.[8]
Penelusuran yang analitis dalam al-Qur’an akan menemukan berbagai corak hubungan guru-murid yang berprinsip sebagai berikut:
1)      Pendidikan islam mengakui kebenaran adanya fitrah sebagai kemampuan dasar yang dikaruniakan Allah dalam tiapa diri manusia. Fitrah tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan dengan metode yang tepat guna, berdaya guna, dan berhasil guna.
2)      Kenyakinan pendidikan islam tentang potensi fitrah itu mendorong guru untuk berikhtiar sebaik mungkin dengan pemilihan metode-metode kependidikan yang efektif dan efisien.
3)      Pendidikan islam mendorong guru untuk beriktiar menghindarkan pengaruh-pengaruh negatif terhadap perkembangan fitrah melalui program-program kegiatan kependidikan yang berarah tujuan kepada cita-cita islami.
4)      Pendidikan islam mengupayakan harmonisasi, keserasian, dan keselarasan antara masukan-masukan instrumental dengan masukan-masukan enviromental (pengaruh lingkungan) dalam proses mencapai tujuan, sehingga produk pendidikan benar-benar sesuai (congruent) dengan idealitas islami.
5)      Pendidikan islam mengusahakan terciptanya model-model proses belajar mengajar yang bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak didik.
6)      Pendidikan islam, dalam segala ikhtiariahnya senantiasa berpegang pada pola pengembangan hidup manusia yang berorientasi kepada potensi keimanan dan ilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalam hidup pribadi manusia muslim.[9]

Menurut Muhammad Quth didalam bukunya “Minhajut Tarbawiyah Islamiyah” menyatakan bahwa teknik metode pendidikan islam itu ada delapan macam, yaitu:
1.      Pendidikan melalui teladan
Pendidikan melalui teladan adalah merupakan salah satu teknik pendidikan yang efektif dan sukses.
2.      Pendidikan melalui nasehat
Didalam jiwa tedapat pembawaan untuk terpenagruh oleh kata-kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus di ulang-ulangi. Nasehat yang berpengaruh membuka jalannya kedalam jiwa secara langsung melalui perasaan.
3.      Pendidikan melalui hukuman
Apabila teladan dan nasehat tidak mempan, maka letakkan persoalan ditempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah hukuman. Hukuman sesungguhnya tidak mutlak diperlukan. Ada orang-orang yang cukup dengan teladan dan nasehat saja, sehingga tidak perlu hukuman baginya. Tetapi manusia itu tidak sama seluruhnya. Di antara mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali dengan hukuman.
4.      Pendidikan melalui cerita
Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan manusia. Sebab bagaimana perasaan, cerita itu pada kenyataannya sudah merajut hati manusia dan akan mempengaruhi kehidupan mereka. Pembaca atau pendengar cerita tidak dapat tidak bersikap kerja sama dengan jalan cerita dan orang-orang yang terdapat di dalamnya. Sadar atau tidak, ia telah menggiring dirinya untuk mengikuti jalan cerita, menghayalkan bahwa ia berada dipihak ini atau itu dan sudah menimbang-nimbang posisinya dengan posisi tokoh cerita, yang mengakibatkan ia senang, benci atau merasa kagum.
5.      Pendidikan melalui kebiasaan
Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia. Karena sudah menjadi kebiasaan yang mudah melekat dan spontan aghar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan dilapangan lain seperti untuk bekerja, memproduksi dan mencipta.
6.      Menyalurkan kekuatan
Di antara banyak teknik islam dalam membina manusia dan juga dalam memperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan di dalam jiwa, tumbuh dan dari diri dan tidak memendamnya kecuali bila potensi-potensi itu memang tertumpu untuk lepas.
7.      Mengisi kekosongan
Apabila islam menyalurkan kekuatan tubuh dan jiwa ketika sudah menumpuk, dan menyimpannya karena penuh resiko, maka islam sekaligus juga tidak senang pada kekosongan.  
8.      Pendidikan melalui peristiwa-peristiwa
Hidup ini perjuangan dan merupakan pengalaman-pengalaman dengan berbagai peristiwa, baik yang timbul karena tindakannya sendiri, maupun karena sebab-sebab di luar kemauannya. Guru yang baik tidak akan membiarkan peristiwa-peristiwa itu, berlalu begitu saja tanpa diambil menjadi pengalaman yang berharga. Ia mesti menggunakannya untuk membina, mengasah dan mendidik jiwa, oleh karena itu pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja.[10]
Ali Kholil Abul ‘Ainain di dalam kitabnya : Falsafahtul Tarbiyatul Islamiyatu Fil Qur’anil Karim mengemukakan secara panjang lebar tentang metode pendidikan islam ini yang ringkasnya ada 11 macam, yaitu:
Ø  Pengajaran tentang cara beramal dan pengalaman/keterampilan.
Ø  Mempergunakan akal.
Ø  Contoh yang baik dan yang jujur.
Ø  Perintah kepada kebaikan, larangan perbuatan munkar saling berwasiat kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.
Ø  Nasihat-nasihat.
Ø  Metode kisah.
Ø  Tamsil.
Ø  Menggemarkan dan menakutkan atau dorongan dan ancaman.
Ø  Menanamkan atau menghilangkan kebiasaan.
Ø  Menyalurkan bakat.
Ø  Peristiwa-peristiwa yang berlalu.[11]
Menurut Drs. H. M.Arifin Med, bahwa dalam al-Qur’an dan sunah Nabi dapat ditemukan metode-metode untuk pendidikan agama itu antara lain:
a.       Perintah atau larangan
b.      Cerita tentang orang-orang yang taat dan orang-orang yang berdosa (kotor) dan lain-lain serta akibat-akibat perbuatan mereka
c.       Peragaan
d.      Instruksional (bersifat pengajaran)
e.       Acquistion (self-education)
f.       Mutual education (mengajar dalam kelompok)
g.      Exposition (dengan menyajikan) yang didahului dengan motivasion (menimbulkan minat)
h.      Function (pelajaran di hidupkan dengan praktek)
i.        Explanation (memberikan penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas).[12]

3.      Metodologi Pendidikan Islam
Metodologi pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang di pergunakan dalam pekerjaan mendidik. Asal kata “metode” mengandung pengertian “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui”, dan hodos berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui” untuk mencapai suatu tujuan, oleh karena kata logi yang berasal dari bahasa Greek (yunani) logos berarti “akal” atau “ilmu”.
Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu, ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi, yaitu metodologi pendidikan.
Metodologi pendidikan islam memiliki tugas dan fungsi memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan islam tersebut. Pelaksanaannya berada dalam ruang lingkup proses kependidikan yang berada di dalam suatu sistem dan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan islam.
Sebagai komponen ilmu yang menunjang keberhasilan ilmu pengetahuan induknya (dalam hal ini ilmu pendidikan islam) metodologi pendidikan tidak bisa lain harus sejalan dengan substansi dan tujuan ilmu pengetahuan induknya. Bilamana antara satu sama lain tidak terdapat kesetaraan dengan substansi dan tujuan maka metodologi pendidikan tersebut tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya. Keadaan yang demikian akan berakibat pada “kemandulan” ilmu pendidikan itu sendiri, dan menyebabkan ilmu tersebut tidak memiliki validitas atau keabsahan sebagai suatu disiplin keilmuan. Akibatnya ilmu pendidikan yang demikian akan statis dan tidak dapat berkembang.
Metodologi pendidikan islam dalam penerapannya banyak menyangkut wawasan keilmuan pendidikan yang bersumber pada al-Qur’an dan hadis. Oleh karena itu, untuk mendalaminya kita perlu mengungkapkan implikasi-implikasi metodologis kependidikan dalam kitab suci al-Qur’an dan hadis antara lain sebagai berikut:
1)      Gaya bahasa dan ungkapan yang terdapat dalam al-Qur’an menunjukkan fenomena bahwa firman-firman Allah itu mengandung nilai-nilai metodologis yang mempunyai corak dan ragam sesuai tempat dan waktu serta sasaran yang dihadapi. Firman-firman-Nya itu senantiasa mengandung hikmah kebijaksanaan yang secara metodologis disesuaikan dengan kecenderungan atau kemampuan kejiwaan manusia yang hidup dalam situasi dan kondisi tertentu yang berbeda-beda.
Jadi, metode yang dipergunakan oleh Allah adalah metode pemberian alternatif –alternatif (pilihan) menurut akal pikiran, yang berbeda kemampuannya antara satu dan yang lain.
2)      Dalam memberikan perintah dan larangan Allah senantiasa memperhatikan kadar kemampuan masing-masing hamba-Nya, sehingga taklif (beban)-Nya berbeda-beda meskipun memberikan tugas yang sama. Perbedaan kemampuan manusia dalam memiliki beban tugas dan tanggung jawab mengharuskan sikap mendidik Tuhan itu sendiri bersifat “lebih memperhatikan manusia” sebagai makhluk terdidik daripada dia sendiri sebagai zat maha pendidik.
Dengan demikian perbedaan-perbedaan individual anak didik, bila dilihat dari segi metodologis kandungan al-Qur’an, diakui dan dihormati, sehingga heterogenitas hidup manusia tetap eksis (ada) di dalam dunia ini. Apalagi bila heterogenitas itu diwujudkan dalam pembidangan ilmu dan keterampilan serta kekaryaan/jabatan/pekerjaan maka jelas merupakan keanekaragaman yang dapat menjadi daya dorong bagi dinamika perkembangan uamt manusia itu sendiri. Heterogenitas atau keanekaragaman unsur atau komponen dalam sistem kehidupan alam ini justru menjamin berlangsungnya sistem mekanisme pertumbuhan alam secara dinamis dan progresif. Kenyataan sistem kehidupan yang demikian pun berlangsung dalam kehidupan sosial manusia di dunia ini.
3)      Sistem pendekatan metodologis yang dinyatakan dalam al-Qur’an bersifat multi approach.
Didasarkan atas sistem pendekatan dari berbagai disiplin keilmuan, suatu metode pendidikan baru dapat diterapkan secara efektif, manakala perkembangan anak didik dipandang dari berbagai aspek perkembangan kehidupannya.
Titik sentral dari fungsi manusia adalah beribadah kepada Allah, fungsi demikian baru dapat berkembang dengan cukup baik bilamana kemampuan-kemampuan ganda dalam diri pribadinya selaku makhluk Allah, diberi bimbingan dan pengarahan yang baik melalui proses kependidikan kejalan yang di ridhai oleh Tuhan-Nya.
Berikut ini akan dijelaskan prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan psikologi dalam memperlancar proses kependidikan islam:
a)      Prinsip memberikan suasana kegembiraan
b)      Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut
c)      Prinsip kebermaknaan bagi anak didik
d)     Prinsip prasyarat
e)      Prinsip komunikasi terbuka
f)       Prinsip pemberian pengetahuan yang baru
g)      Prinsip memberikan model perilaku yang baik
h)      Prinsip praktik (pengamatan) secara aktif
i)        Prinsip-prinsip lainnya.[13]
Dalam metodologi pendidikan islam kemungkinan demikian harus senantiasa di usahakan untuk di ungkapkan melalui berbagai metode yang didasarkan atas pendekatan yang multidimensional.
Bila kita pahami metode sebagai suatu subsistem ilmu pendidikan islam yang berfungsi sebagai alat pendidikan maka seluruh firman Tuhan dalam al-Qur’an sebagai sumber ilmu pendidikan islam mengandung implikasi-implikasi metodologis yang komprehensif mencakup semua aspek kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan pribadi manusia.
Aspek-aspek kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan manusia itu pada hakikatnya tercermin dalam gaya bahasa khitab Tuhan yang bersifat direktif antara lain:
1.      Mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupannya sendiri dan gejala kehidupan alam sekitarnya.
2.      Mendorong manusia untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketaqwaannya dalam hidup sehari-hari seperti yang terkandung dalam perintah shalat, shiyam, dan jihad fi sabilillah.
3.      Mendorong berjihad.
4.      Islam merupakan kebenaran yang hak. Oleh karenanya dalam rangka menyakinkan manusia, Tuhan sering pula mempergunakan metode pemberian suasana (situasional) sesuai tempat dan waktu tertentu.
5.      Metode mendidik secara kelompok disebut metode mutual education.
6.      Metode pendidikan dengan menggunakan cara instruksional, yaitu yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang yang beriman dalam bersikap dan bertingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana seharusnya bersikap dan berbuat sehari-hari.
7.      Metode mendidik dengan bercerita, yaitu dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah dan larangan Tuhan yang dibawakan nabi atau rasul yang hadir di tengah mereka.
8.      Dalam al-Qur’an terdapat firman-firman Allah yang mengandung metode bimbingan dan penyuluhan, justru karena al-Qur’an sendiri diturunkan untuk membimbing dan menasehati manusia sehingga dapat memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat serta bebas dari segala konflik kejiwaan.
9.      Metode lain yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah metode pemberian contoh dan teladan.
10.  Metode diskusi juga diperhatikan oleh al-Qur’an dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian, dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah.
11.  Metode tanya jawab sering dipakai oleh para nabi dan rasul Allah dalam mengajarkan agama yang dibawanya kepada umatnya.
12.  Mendidik dengan menggunakan metode pemberian perumpamaan atau metode imtsal tentang kekuasaan Tuhan dalam menciptakan hal-hal yang hak dan hal-hal yang bathil.
13.  Metode targhib dan tarhib yaitu cara memberikan pelajaran dengan memberi dorongan (motivasi) untuk memperoleh kegembiraan bila mendapatkan sukses dalam kebaikan, sedang bila tidak sukses karena tidak mau mengikuti petunjuk yang benar akan mendapatkan kesusahan.
14.  Metode tobat dan ampunan yaitu cara membangkitkan jiwa dari rasa frustasi  kepada kesegaran hidup dan optimisme dalam belajar seseorang, dengan memberikan kesempatan bertobat dari kesalahan/kekeliruan yang telah lampau yang di ikuti dengan pengampunan atas dosa dan kesalahannya.
15.  Metode-metode lainnya seperti acquistion (self-education), explanation, dan exposition (penyajian) dengan disertai motivasi-motivasi belajar.
Hubungannya dengan penerapan metode pendidikan islam yang dilakukan para pendidik muslim maka implikasi yang perlu diperhatikan adalah menyangkut pengungkapan psikologis sebagai berikut:
a)      Kesadaran pendidik sendiri tentang hidup keagamaannya selaku orang yang berpribadi muslim, sehingga langkah-langkah kependidikannya mampu mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan anak didik.
b)      Mampu menghubungkan pandangan metafisiknya dengan mata-mata pelajaran yang saling berhubungan dan meluaskan pandangan hidup keagamaannya, mempengaruhi dan mengendalikan sumber ilmu pengetahuan serta metode pendidikan yang ia gunakan dalam semua mata pelajaran, sehingga kesadaran hidup keagamaannya itu dapat berpengaruh sepenuhnya atas ilmu yang di ajarkan dan ats metode yang digunakan itu.
c)      Mampu menghubungkan semua disiplin ilmu pengetahuan dalam suatu interelasi serta pada suatu ketika masing-masing disiplin ilmu tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan corak dan kekhususannya oleh anak didik.[14]

D.    KESIMPULAN
Dari uraian diatas pemakalah dapat menyimpulkan yakni:
1.      Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikemukakan pula bahwa pendidikan islam dalam mengupayakan agar materi pendidikan dan pengajaran islam dapat diterima oleh obyek pendidikan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat multi approach.
2.      Tidak selamanya satu metode selalu baik untuk saat yang berbeda-beda. Baik tidaknya bergantung beberapa faktor yang mungkin berupa situasi dan kondisi, atau persesuaian dengan selera, atau juga karena metodenya sendiri yang secara instrinsik belum memenuhi persyaratan sebagai metode yang tepat guna, semuanya sangat di tentukan oleh pihak yang menciptakan dan melaksanakan metode juga obyek yang menjadi sasarannya.
Dengan metode-metode yang berkembang dari sumber ajarn islam yang kemudian dianalisis oleh para ahli pikir muslim yang telah disebut di atas maka kita ketahui bahwa metode-metode yang dipergunakan dalam proses kependidikan islam menunjukkan nilai pedagogis yang tidak usang, jika dibandingkan dengan metode menurut berbagai teori pendidikan modern yang berkembang sampai zaman modern ini.
3.      Dalam metodologi pendidikan islam yang dikehendaki oleh umat islam itu pada hakikatnya adalah methode of education trought the teaching of islam (metode pendidikan melalui ajaran islam) atau semua bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui ajaran islam atau menurut ajaran islam.




E.     PENUTUP
Sebagai manusia ciptaan Allah SWT yang tak luput dari kekhilafan. Kami tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada kesalahan baik dari segi pemahaman kami dan segi penulisannya sendiri. Dan tim penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak hal yang belum sempat terbahas. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai bahan evaluasi untuk memotivasi makalah kami selanjutnya. Dan kami tim penulis minta ma’af apabila terdapat kesalahan kata pada tugas ini. Semoga tugas makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan kurang lebihnya minta ma’af.











F.     DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1981. Educational Theory : A Q ur’anic Outlook, a Doctoral Thesis. University of Edinburg.
Abdurrahman, An-Nahlawi. 1989. Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: Diponorogo.
Ahmad, Zainal Abidin. 1979. Memperkembangkan dan Mempertahankan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, H.M.Drs.M.Ed.1978. Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, H.M.Drs.M.Ed. 2003. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
Dhafir, Zamakhasyari. 1982. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. LP3ES.
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Qutb, Muhammad. 1984. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.
Salahuddin, Mahfudz. 1987. Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
Syallabi, Ahmad Dr. prof. 1954. Prinsip-Prinsip Metodologi Pendidikan Islam. Beirut.
Tim Depag RI. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta: P3AI-PTU.
Uhbiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Pertanyaan
1.      Metode pendidikan yang paling efektif yang digunakan dalam metode pendidikan Islam ?
Jawaban : semua metode itu sama efektifnya, di sesuaikan dengan peserta didik dan cara menangkapnya. Ketika digunakan pada waktu yang benar. Minat atau respon anak tersebut bagaimana ?, kalau sudah tahu pola pikir anak didik, maka kita baru member metode yang tepat.
2.      Definisi dan ciri kurikulum dalam pendidikan Islam?
Jawaban : kurikulum pendidikan islam adalah suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan tertentu. Kemudian, jika disambungkan dengan filsafat dan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam mempunyai arti sebagai suatu rangkaian program yang mengarahkan kegiatan belajar mengajar secara sistemtis dan berarah tujuan serta melukiskan cita-cita nilai-nilai keIslaman.
Menurut Al-Syabani, ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam sebagaimana berikut :
a.       Kurikulum pendidikan Islam mengedepankan dan mengutamakan Agama dan akhlak dalam berbagai tujuannya. Materi dalam kurikulum pendidikan Islam haruslah mencerminkan nilai-nilai keIslaman dan bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, metode pembelajaran yang diterapkan, alat dan teknik dalam kurikulum pendidikan Islam juga mencerminkan nilai-nilai keAgamaan.
b.      Kandungan dan cakupan kurikulum pendidikan Islam bersifat menyeluruh yang mencerminkan semangat pemikiran dan ajaran Islam yang bersifat universal dan menjangkau semua aspek kehidupan, baik intelektual, psikologis, social dan spiritual.
c.       Kurikulum pendidikan Islam mempunyai keseimbangan yang relative di dalam muatan keilmuannya baik ilmi-ilmu syariat, ilmu akal dan bahasa serta seni. Disamping Kurikulum pendidikan Islam  menyeluruh cakupan dan kandungannya, ia juga memperhatikan keseimbangan relative, disebut keseimbangan relative karena mengakui bahwa tidak ada keseimbangan yang mutlak pada kurikulum pengajaran.
d.      Keseimbangan kurikulum pendidikan Islam juga diakui oleh para pendidik muslim pada zaman klasik seperti Al-Faraby yang memunji keseimbangan kurikulum di negeri Andalusia dimana ia tinggal, Ibnu Khaldun juga membeikan penilaian terhadap keseimbangan kurikulm di dunia Barat dan dunia timur.
e.       Kurikulum pendidikan Islam mencakup kesemua materi pelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik, baik yang bersifat kerelegiusan maupun yang bersifat keduniaan. Materi keAgamaan digunakan untuk memahami hakikat hubungan manusia dengan sang pencipta sementara keprofan-dunia digunakan untuk mencukupi kebutuhan primer dan sekunder manusia dalam hubungannya dengan sesame manusia.
f.       Kurikulum pendidikan Islam terkait dengan minat, bakat dan kemampuan peserta didik, sehingga murid tidak mempelajari suatu mata pelajaran kecuali ia merasa senang dengan materi tersebut, kurikulum pendidikan Islam juga memperhatikan keterkaitan antara lingkungan dengan lembaga pendidikan dan peserta didik, sehingga penyusunan kurikulum selalu disesuaikan dengan kebutuhan social masyarakat di wilayah tertentu,  dari segi lain pendidikan Islam bersifat dinamis dan bisa menerima dinamika perubahan bila diperlukan, kurikulum pendidikan Islam juga mempunyai sifat keserasian antara mata pelajaran, kandungan, dan kegiatan-kegiatan pembelajaran


3.      Titik perbedaan antara pendekatan metode dan metodologi  ?
Jawaban : metode itu cara mengajarnya, sedangkan metodologi adalah ilmu mengajarnya.
4.      Jelaskan teknik imitasi (al-Qudwah) dan teknik metafora (al-Amtsal) ?
Jawaban : TeknikMetafora (al-Amtsal)
Dalam konteks pendidikan islam, teknik metafora lebih mengarahkan kepada perumpamaan dalam segi ungkapan belaka.
Sebagai contoh perhatikan (QS.al-Ankabut: 41, 43, Ar-Ra’d:17, Ibrahim: 24-26, al-Baqarah:26).
Teknik metafora ini mempunyai kelebihan karena dapat member pemahaman konsep abstrak bagi peserta didik, serta dapat member kesan dan bekas yang mendalam terhadap perumpamaan yang diberikan membawa pemahaman rasional yang mudah dipahami, dan yang baik dan meninggalkan imajinasi yang tercela.
Teknik metafora ini bias direalisasikan melalui bentuk-bentuk, yakni:
a.       Simbolisme verbal
Tenik yang dilakukan dengan cara menggunakan bahasa-bahasa symbol yang dapat menarik minat pendengar yang pada dasarnya, bahasa symbol memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, karena diformat dalam bahasa seni, sehingga sejarah tersebut disuguhkan dalam bahasa yang sederhana mungkin.
Sebagai contoh (perhatikan QS.al-Maidah: 27-32).
b.      Teknik karyawisata (al-Rihlah al-Ilmiyah)
Teknik yang dilakukan dengan cara penyajian suatu bahan pelajaran dengan membawa peserta didik pada objek yang akan dipelajari secara langsung diluar kelas.
Sebagaicontoh, jika pendidik menerangkan materi sejarah kebudayaan islam di Indonesia, sebaiknya peserta didik di ajak kemakam sunan ampel, sunan muria, sunan kudus, dan tempat-tempat bersejarah lainnya.Dengan demikian, peserta didik memiliki deskriptif secara langsung tentang materi pelajaran yang di berikan.
1.      TeknikImitasi (al-Qudwah)
Dalam konteks pendidikani slam, teknik imitasi dilakukan dengan cara menampilkan seperangkat teladan bagi diri pendidik untuk peserta didik melalui komunikasi transaksi didalam kelas maupun diluar kelas.
Dalam konteks pendidikan islam, teknik imitasi dilakukan
Dengan cara menampilkan seperangkat teladan bagi diri pendidik untuk peserta didik melalui komunikasi transaksi didalam kelas maupun diluar kelas. Teknik imitasi dilakukan karena ajaran islam tidak sekadar di transformasikan pada peserta didik, tetapi juga di internalisasikan dalam kehidupan yang nyata, sehingga tuntutan pendidik tidak hanya berceramah, berkhutbah atau berdiskusi, tetapi lebih penting lagi, mengamalkan semua ajaran yang telah dimengerti, sehingga peserta didik dapat meniru dan mencontohnya. (QS.Ash-Shaff: 2-3).
Untuk merealisasikan teknik imitasi dapat di gunakan bentuk-bentuk teknik, seperti:
a.       Teknik Uswatun Hasanah
Teknik ini dapat dijadikan sebagai teknik tersendiri, karena memiliki persyaratan sebagaimana teknik-teknik lainnya, walaupun teknik ini merupakan prinsip umum yang menjadi landasan bagi teknik-teknik yang lain. Teknik ini adalah teknik yang digunakan dengan cara memberikan contoh teladan yang baik, yang tidak hanya member didalam kelas, tetapi juga dalam harian sehari-hari.Dengan begitu, peserta didik tidak segan-segan meniru dan mencontohnya, seperti shalat berjama’ah, kerja social, partisipasi kegiatan masyarakat, dan lain sebagainya.
b.      Teknik Demonstrasi dan Dramatisasi (al-Tathbiq)
Teknik  yang digunakan dengan cara mengajarkan melalui kegiatan-kegiatan eksperimen sehingga membentuk kerangka verbal yang dibarengi dengan kerja fisik atau pengoperasian peralatan, barang, ataubenda. Teknik demonstrasi biasanya dipraktekkan oleh pendidik sendiri sedangkan teknik dramatisasi diperankan oleh peserta didik.
Teknik ini mempunyai kelebihan khusus yaitu adanya kreativitas peserta didik yang semakin meningkat, memperbanyak pengalaman disamping pengetahuan, pelajarannya bertahan lama karena selalu diminati, siswa cepat menangkap pengertian karena perhatiannya terfokus pada pelajaran,  serta mengurangi kesalahpahaman.
c.       Teknik Permainan dan simulasi.
Teknik ini yang dilakukan dengan cara pengajaran dalam situasi yang sesungguhnya. Bagian-bagian terpenting diduplikasikan dalam bentuk permainan, sehingga peserta didik bertindak langsung memainkan peranannya.Tujuan teknik ini adalah melatih keterampilan yang bersifat profesional, memperoleh pemahaman tentang suatu konsep dan prinsip,  melatih memecahkan masalah, member motivasi kerja, serta menimbulkan kesadaran diri, rasa simpati, perubahan sikap, dan kepekaan.









[1] Tim Depag RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: P3AI-PTU, 1984), hal.157.
[2] M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdispliner, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal.83.  
[3] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung, 1997, hal.216.
[4] M.Arifin.,Op.Cit., hal.86.
[5] Zainal Abidin Ahmad, Memperkembangkan dan Mempertahankan Pendidikan Islam di Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hal. 138.
[6] Mahfudz Salahuddin, Metodologi Pendidikan Agama, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hal.24.
[7] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Rajawali Press, Jakarta, 2006, hal.177.
[8] Abdurrahman Saleh Abdullah, Education Theory: Al-quranic Outlach a Doctoral Theses at University of Edinburgh, 1981, hal.169.
[9] Abdurrahman An-Nahlawi, Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga Di sekolah dan Di Masyarakat, CV.Diponorogo, Bandung, 1989, hal.145.
[10] Muhammad Qutb, Sistem Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1984, hal.324.
[11] Zamakhasyari Dhafir, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, 1982, hal.28.
[12] M.Arifin MEd, Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hal.164.
[13] Ahmad Syallabi, Prinsip-Prinsip Metodologi Pendidikan Islam, Beirut, 1954, hal.155
[14] M.Arifin Med, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal.65.

No comments:

Post a Comment