A.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Dalam mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik aktif dalam mengembangkan potensi, maka
dibutuhkan seperangkat metode pemebelajaran yang terencana, dalam usaha
pendidikan guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Semua
ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran dalam pendidikan Islam berperan penting
sebagai suatu upaya dan cara dalam proses pendidikan umat Islam. Dari uraian
tersebut, maka penulis akan menjabarkan bagaimana metode pembelajaran dan
pendidikan dalam Islam dan hal-hal yang terkait dengan itu, sehingga menambah
pemahaman dan wawasan keilmuan dalam bidang pendidikan bagi manusia yang
bergelut dalam dunia pendidikan Islam.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Pengertian
Pembelajaran dan Pendidikan dalam
Islam?
2.
Bagaimana Metode-Metode yang ada dalam Pembelajaran dan Pendidikan
dalam Islam?
3.
Bagaimana Pendidik dalam Pendidikan Islam?
4.
Bagaimana hakikat mengajar?
5.
Apa saja prinsip-prinsip mengajar?
C.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian pembelajaran dan pendidikan dalam Islam
a.
Pengertian pembelajaran
Pembelajaran
adalah rangkaian peristiwa (events) yang memengaruhi pembelajaran seehingga
proses belajar dapat berlangsung dengan mudah (Gagne dan Brigga). Pembelajaran
tidak hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup
semua events yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi
kejadian-kejadian yang diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar, program
radio, televise, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut.[1]
Pembelajaran
merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta didik dalam
kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan diri sesuai tugas perkembangan
yang harus dijalani. Proses idukatif memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a.
Ada tujuan yang ingin dicapai
b.
Ada pesan yang akan ditransfer
c.
Ada pelajar
d.
Ada guru
e.
Ada metode
f.
Ada situasi
g.
Ada penilaian.[2]
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang didalamnya terdiri dari
komponen-komponen sistem instruksional yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan,
tehnik dan latar atau lingkungan.
Suatu sistem instruksional diartikan sebagai kombinasi komponen
sistem intruksional dan pola pengelolaan tertentu yang disusun sebelumnya,yaitu
saat mendesain atau mengadakan pemilihan dan saat menggunakannya,untyk
mewujudkan proses belajar yang berarah tujuan dan terkontrol dan yang didesain
untuk mencapai kompetensi tertentu atau tingkah laku akhir dari suatu
pembelajaran, meliputi metodologi instruksional,format dan urutan sesuai
desain,mengelolah kondisis tingakah laku,meliputi keseluruhan prosedur pengelolaan,dapat
diulangi dan diproduksi lagi,telah dikembangkan mengikuti propsedur, dan di
falidasi secara empirik.[3]
Secara sederhana, istilah pembelajaran bermakna sebagai “upaya
untuk memebelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort).
Dan berbaagai sratategi,metode,dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang
telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebaagai kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara
aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian, pada
dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yangb mengkondisikan atau
merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Oleh sebab itu,kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua
kegiatan pokok.pertama,bagaimana orang melakukan tindakan perubahan
tingkah laku melalui kegiatan belajar.kedua, bagaimana orang melakukan
tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar.hal ini
menunjukkkan bahwa makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan
belajar yang anatara lain dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan seseorang
untuk belajar.[4]
Mengajar pada umumnya adalah suatu
kegiatan yang bukan menyangkut masalah penelitian. Tanggung jawab latihan guru
tidak sama dengan tanggung jawab latihan dokter bedah, walaupun akibat yang
diterima siswa dari guru yang kurang terlatih dengan akibat yang diterima
pasien dari dokter yang kurang terlatih berlangsung dalam hidup keduanya.
Pengajaran
ialah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan
psikomotor semata-mata yaitu supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih
cakap berfikir kritis, sistematis, dan objektif serta ketrampilan dalam
mengerjakan sesuatu misalnya ketrampilan menulis, membaca,lari cepat, loncat
tinggi, berenang, membuat pesawat radio, dan sebaginya. [5]
b.
Pengertian pendidikan dalam Islam
Definisi pendidikan dikemukakan para
ahli dalam rumusan yang beraneka ragam, antara lain sebagai berikut:
a.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan
ialah proses pengubah sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
b.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal Ayat 1 dikemukakan pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
c.
Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh si pendididk terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[6]
Sedangkan pengertian pendidikan dalam
Islam menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam ialah bimbingan
jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain sering
kali Beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah “kepribadian
Muslim” yaitu kepribadian yang mempunyai nilai-nilai Agama Islam, memilih dan
memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai Islam.
b.
Menurut Abdur Rahman Nahlawi
اَلتَّرْ
بِيَّةُ الْاِسْلاَ مِيَّةُ هِيَ التَّنْظِيْمُ الْمُنْفَسِيُّ وَالْاِجْتِماَ
عِيُّ الَّذِيْ يُؤْدِيْ اِلَى اعْتِناَقِ الْاِسْلاَمِ وَتَطْبِيْقٍ كُلِّيّأً
فِيْ حَياَةِ الْفَرْدِ وَالْجَمَاعَةِ.
Artinya:
pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan Masyarakat yang karenanya
dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam
kehidupan individu maupun kolektif.
c.
Menurut Drs. Burlian Shomad, pendidikan Islam ialah pendidikan yang
bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat
tinggi menurut ukuran Allah SWT dan isi pendidiknya untuk mewujudkan tujuan
adalah ajaran Allah SWT.
Secara
rinci beliau mengemukakan pendidikan itu disebut pendidikan Islam apabila
memiliki dua ciri khas yaitu:
a)
Tujuan untuk membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi
menurut ukuran Al-Qur’an.
b)
Isi pendidikannya ajara Allah SWT yang tercantum dengan lengkap
dalam Al-Qur’an yang pelaksanaannya di dalam praktek hidup sehari-hari
sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
d.
Menurut Musthofa Al-Ghulayaini bahwa pendidikan Islam ialah
menanamkan Akhlaq yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan
menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlaq itu menjadi salah
satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan,
kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
e.
Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas, pendidikan Islam adalah
usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pegakuan
tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan
sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang
tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
f.
Menurut Prof. Dr Hasan Langgulung, pendidikan Islam ialah
pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi yaitu:
a)
Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu
dalam Masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan
kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
b)
Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan
peranan-peranan Tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c)
Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan
kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival)
suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan
dan kesatuan suatu masyarakat tidak akan terpelihara yang akhirnya akan berkesudahan kehancuran masyarakat itu
sendiri.[7]
B.
Metode-metode pembelajaran dan pendidikan dalam Islam
a.
Metode-metode dalam pembelajaran
Dibawah ini macam-macam metode pengajaran yang sering digunakan
untuk proses pembelajaran:
1.
Metode ceramah
Dalam metode ini murid hanya duduk,
melihat dan mendengarkan serta percaya apa yang diceramahkan guru itu adalah
benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan
menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan. [8]
Untuk bidang studi Agama, metode ceramah
masih tepat untuk dilaksanakan misalnya untuk memberikan pengertian tentang
tauhid, maka satu-satunya metode yang digunakan adalah metode ceramah. Karena
tauhid tidak dapat diperagakan, sukar didiskusikan, maka seorang guru akan
memberikan uraian menurut caranya masing-masing dengan tujuan murid dapat
mengikuti jalan pikiran guru.[9]
2.
Metode diskusi
Metode ini biasanya erat kaitannya dengan
metode lainnya, misalnya dengan metode ceramah, karyawisata dan lain-lain
karena metode diskusi ini adalah bagian yang terpenting dalam memecahkan
masalah (problem solving).
Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini
mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang murid-murid berfikir
atau mengeluarkan pendapat sendiri.[10]
3.
Metode eksperimen
Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu
pelajaran tertentu seperti ilmu alam, ilmu kimia, dan sejenisnya, biasanya
terhadap ilmu-ilmu alam yang di dalam penelitiannya menggunakan metode yang
sifatnya objektif, baik dilakukan didalam/diluar kelas maupun dalam suatu
laboratorium.
Metode eksperimen ini hendaknya diterapkan
bagi pelajaran-pelajaran yang belum diterangkan/diajarkan oleh metode ini
sehingga terasa benar fungsinya, karena setelah diadakan percobaan-percobaan
barulah guru memberikan penjelasan dan kalau perlu diadakan diskusi terhadap
masalah-masalah yang ditemukan dalam eksperimen tersebut.[11]
4.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar
yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlibatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.
Dengan
metode demonstrasi guru atau murid memperlihatkan pada seluruh anggota kelas sesuatu
proses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran/contoh
Rosulullah SAW.[12]
5.
Metode pemberian tugas
Yang dimaksud dengan metode ini adalah
suatu cara dalam proses belajar-mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu
dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada
guru. Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas tapi
bertanggung jawab dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai
kesulitan kemudian berusaha untuk ikut menagtasi kesulitan-kesulitan itu.[13]
6.
Metode sosiodrama
Metode sosiodrama ialah juga semacam drama
atau sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya lebih dahulu. Tidak pula
diadakan pembagian tugas yang harus mengalami latihan lebih dahulu, tetapi
dilaksanakan seperti sandiwara di panggung dengan tujuan:
a)
Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan
nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
b)
Menghilangkan perasaan-perasaan malu dan rendah diri yang tidak pada
tempatnya, maka ia dilatih melalui temannya sendiri untuk berani berperan dalam
sesuatu hal. Hal ini disebabkan karena memang ada anak didik yang disuruh ke
depan kelas saja tudak berani apalagi berbuat sesuatu seperti bicara di depan
orang atau serbagainya.
c)
Mendidik dan mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan pendapat di
depan teman sendiri atau orang lain.
d)
Membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai pendapat
orang lain.[14]
7.
Metode Drill (latihan)
Penggunaan istilah “latihan” sering disamakan
artinya dengan istilah “ulangan” padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud
agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan
dikuasai sepenuhnya. Sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh
mana dia telah menyerap pengajaran tersebut.[15]
8.
Metode kerja kelompok
Apabila guru dalam menghadapi anak didik
di kelas merasa perlu membagi-bagi anak didik dalam kelompok-kelompok untuk
memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu
dikerjakan bersama-sama, maka cara mengajar tersebut dapat dinamakan Metode
kerja kelompok.
Pengelompokan dapat dilakukan oleh anak
didik sendiri yang biasanyadalam pemilihan kelompok seperti ini didasarkan atas
pemilihan teman yang menurutnya lebih dekat atau lebih intim. Cara yang
demikian ada keuntungannya dalam proses belajar,yaitu menimbulkan konsentrasi
dalam belajar, memudahkan hubungan kepribadian dan dapat menimbulkan kegairahan
baru.[16]
9.
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu
tehnik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh
mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.[17]
10.
Metode proyek
Metode ini disebut juga dengan teknik
pengajaran unit. Anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan anak didik
bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkah-langkah
tertentu secara ilmiah, logis, dan sistematis. Cara demikian adalah teknik yang
modern, karena murid tidak dapat begitu saja menghadapi persoalan tanpa
pemikiran-pemikiran ilmiah.
Pusat kegiatan metode ini terletak pada
anak didik, dan guru berfungsi sebagai pembimbing mekanisme kerja anak didik
dengan bekerja bersama-sama. Namun demikian karena tiap-tiap anak didik
mempunyai minat atau kesenangan masing-masing, maka dapat pula anak didik
secara individual dalam hal-hal tertentu menghadapi masalah itu sendiri sesuai
dengan minat yang dipilihnya. [18]
b.
Metode –Metode dalam pendidikan
Menurut Muhammad Quth di dalam bukunya “minhaj Tarbiyah Islamiyah”
menyatakan bahwa tehnik metode pendidikan ada delapan macam yaitu:
1.
Pendidikan melalui teladan
Pendidikan
melalui teladan merupakan salah satu tehnik pendidikan yang efektif dan sukses.
Mengarang buku mengenai pendidikan mudah begitu juga menyusun suatu metodologi
pendidikan. Kendatipun hal ini membutuhkan ketelitian, keberanian, dan
penfekatan yang menyeluruh. Namun hal itu masih tetap hanya akan merupakan
tulisan di atas kertas, tergantung di atas awang-awang, selama tidak dapat
terjamah manusia menjadi kenyataan yang hidup di dunia nyata, bila tidak dapat
menjamah manusia yang menterjemahkannya dengan tingkah laku, tindak
tanduk,ngkapan-ungkapan rasa dan ungkapan-ungkapan pikiran, menjadi dasar-dasar
dan arti sesuatu metodologi. Hanya bila demikianlah suatu metodologi akan
berubah menjadi suatu gerakan akan menjadi suatu sejarah. Karena itulah mka
Allah mengutus Muhammad SAW menjadi teladan buat manusia. Di dalam diri Beliau
Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, sesuatu bentuk yang
hidup dan abadi selam sejarah masih berlangsung.
2.
Pendidikan melalui nasehat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata
yang di dengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata
harus diulangi. Nasehat yang berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa secara
langsung melalui perasaan.
3.
Pendidikan melalui Hukuman
Apabila teladan dan nasehat tidak mempan, maka letakkan persoalan
ditempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah Hukuman. Hukuman sesungguhnya
tidak mutlak di perlukan. Ada orang-orang yang cukup dengan teladan dan nasehat
saja. Sehingga tidak perlu hukuman baginya. Tetapi manusia itu tidak sama
seluruhnya. Diantara mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali dengan Hukuman.
M. Athiyah Al-Abrasyi mengemukakan toga
syarat apabila seorang pendidik ingin menghukum anak dengan hukuman badan
(jasmani) ketiga syarat itu adalah:
a.
sebelum berumur 10 tahun anak-anak tidak boleh di pukul
b.
pukulan tidak boleh lebih dari 3 kali. Yang di maksud pukulan di
sini ialah lidi atau tongkat kecil bukan tongkat besar.
c.
diberikan kesmpatan kepada anak-anak untuk tobat dari apa yang ia
lakukan dan memperbaiki kesalahannya tanpa perlu menggunakan pukulan atau
merusak nama baiknya (menjadikan ia malu).
4.
Pendidikan melalui cerita
Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh
perasaan manusia. Sebab bagaimanpun perasaan cerita itu pada kenyataannya sudah
merajut hati manusia dan akan mempengaruhi kehidupan mereka. Pembaca atau
pendengar cerita tidak dapat tidak bekerja sama dengan jalan cerita dan
orang-orang yang terdapat didalamnya sadar atau tidak sadar, ia telah
menggiring dirinya untuk mengikuti jalan cerita, menghayalkan bahwa ia berada
di pihak ini atau itu dan sudah menimbang-nimbang posisinya dengan posisi tokoh
cerita yang mengakibatkan ia senana,benc atau merasa kagum.
5.
Pendidikan melalui kebiasaan
Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam
kehidupan manusia. Karena ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia. Karena
sudah menjadi kebiasaan yang mudah melekat dan spontan agar kekeuatan itu dapat
dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di lapangan-lapangan lain seperti untuk
bekerja, memproduksi, dan menciptakan.
6.
Menyalurkan kekuatan
Diantara banyak tehnik Islam dalam membina
manusia dan juga dalam memperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan
yang tersimpan dalam jiwa, tumbuh dan dari diri dan tidak memendamnya kecuali
bila potensi-potensi itu memang tertupu untuk lepas.
7.
Mengisi kekosongan
Apabila islam menyalurkan kekuatan tubuh
dan jiwa ketika sudah menumpuk, dan tidak menyimpannya karena penuh resiko,
maka islam sekaligus juga tidak senag dengan kekosongan.
Kekosongan merusak jiwa sepertihalnya
kekuatan terpendam juga merusak tanpa adanya suatu keadaan istimewa. Kerusakan
utama yang timbul oloeh kekosongan adalah hanya orng itu akan terbiasa dengan
sikap buruk yang dilakukannya untuk mengisi kekosongan itu.
8.
Pendidikan melalui peristiwa-peristiwa
Hudup in perjuangan dan merupakan
pengalaman-pengalaman dengan berbagi peristiwa, baikyang timbul karena
tindakannya sendiri maupun karna sebab-sebab di luar kemampuannya. Guru yang
baik tidak akan membiarkan peristiwa-peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa
diambil menjadi pengalaman yang berharga. Ia mesti menggunakannya untuk
membina,mengasah dan mendidik jiwa, oleh karena itu pengaruhnya tidak boleh
hanya sebentar itu saja.
ALI Kholil Abul’Ainain di dalam kitabnya “Falsafahtul Tarbiyatul
Islamiyatu Fil Quranil Karim” mengemukakan secara panjang lebar tentang
metode pendidikan Islam ini yang ringkasnya ada 11 macam, yaitu:
a.
Pengajaran tentang cara beramal dan pengalaman/ketrampilan.
b.
Mempergunakan akal.
c.
Contoh yang baik dan jujur.
d.
Perintah dan kebaikan, larangan perbuatan munkar saling berwasiat
kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.
e.
Nasehat-nasehat
f.
Metode kisah
g.
Tamsil
h.
Menggemarkan dan menakutkan atau dorongan dan ancaman
i.
Menanamkan atau menghilangkan kebiasaan
j.
Menyalurkan bakat
k.
Peristiwa-peristiwa yang berlalu[19]
C.
Pendidik dalam pendidikan Islam
a.
Konsep pendidik dalam pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang
yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya
mengembangakan seluruh potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun
psikomotorik (karsa).[20]
Pendidik
bearti juga orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan pertolongan kepada
peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingakat
kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan
khalifah Allah dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai
makhluk individu yang mandiri.[21]
Pendidik
menjadi dua yaitu pendidik kodrat dan pendidik jabatan.
b.
Kedudukan pendidik dalam pendidikan Islam
Pendidik adalah bapak ruhani (spiritual father) bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa denagn ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan
perilaku yang buruk. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam
Islam. Dalam beberapa hadits disebutkan: “Jadilah engkau sebagai guru, atau
pelajar, atau pendengar, atau pecinta dan janganlah kamu menjadi orang yang
kelima, sehingga kamu menjadi rusak.” Dalam hadits Nabi SAW yang lain: “Tinta
seorang ilmuwan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah para syuhada”.
Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul.
Asy-Syawki bersyair: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan,
seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul”.
Al-Ghazali
menukil beberapa hadits Nabi SAW tentang keutamaan seorang pendidik. Ia
berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang besar (great
indivudual) yang aktifitasnya lebih baik daripada satu tahun (QS. At-Taubah:
122). Selanjutnya, Al-Ghazali menukil dari perkataan para ulama’ yang
mengatakan bahwa pendidik merupakan pelita (siraj) segala zaman, orang yang
hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya (nur) keilmiahannya.
Andai kata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab
mendidik adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat
insaniyyah dan ilahiyyah.[22]
c.
Tugas pendidik dalam pendidikan Islam
Tugas-tugas
pendidik antara lain:
1.
Membimbing si terdidik
Mencari
pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan lain-lain
2.
Menciptakan situasi untuk pendidikan
Artinya
suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik
dan dengan hasil yang memuaskan.[23]
Menurut Al-Ghazali tugas pendidik yang utama adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan serta membimbing hati manusia untuk
mendekatkan diri (takarub) kepada Allah SWT. hal tersebut karena tujuan
pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam pribadatan kepada peserta
didik, berarti ia mengalami kegagalan dalam tugasnya, sekalipun pesertya didik
memiliki prestasi akamdemis yang luar biasa. Hal tersebut mengandung arti akan
keterkaitan antara ilmu dan amal shaleh.[24]
Dalam
paradigma Jawa, pendidik diindentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “digugu”
dan “ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat
ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas
dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru
memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknyapatut
dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didik. Pengertian ini
diamsusikan bahwa tugas guru tidak sekadar transformasi ilmu, tetapi juga
bagaimana ia mampu menginterprestasikan ilmunya kepada peserta didik. [25]
Terkadang
seorang terjebak dengan sebutan pendidik, misalnya ada sebagian orang yang
mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer the knowledge)
kepada orang lain sudah dikatakan sebagai pendidik. Sesungguhnya seorang
pendidik bukan hanya menjalankan tugas tersebut tetapi pendidik juga
bertanggungjawab atas pengelolaan (manager of learning), pengarah (director of
learning), fasilitator, dan perencanaan (the planner of future society). Oleh
karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas
merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun
serta melaksanakan penilaian setelah program dilakuka.
2. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan
peserta didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring
dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.
3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin,
mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap
berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang
dilakuakan (Rostiyah NK, 1982: 86).[26]
d. Kompetensi pendidik dalam pendidikan Islam
Untuk menjadi pendidik yang profesional
tidaklah mudah karena ia harus memiliki berbagai kompetensi keguruan.
Kompetensi dasar (basic competency) bagi pendidik ditentukan oleh tingakat
kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan yang dimilikinya.[27]
Hal tersebut karena potensi merupakan trempat
dan bahan untuk memproses semua pandangan sebagai bahan untuk menjawab semua
rangsangan yang datang darinya. Potensi
dasar ini adalah milik individu sebagai hasil dari proses yang tumbuh karena
adanya anugerah dan inayah dari Allah SWT, personifikasi ibu saat mengandung,
dan situasi yang mempengaruhinya, serta faktor keturunan. Hal inilah yang
digunakan sebagai pijakan bagi individu dalam menjalankan fungsinya sebagai
hamba dan khalifah Allah.
W.
Robert Houston mendefinisikan kompetensi dengan “competence ordinarily Islam
defined as adequacy for a task or a possesi on of require knowledge, skill, and
abilities” (suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang). Definisi ini
mengandung arti bahwa calom pendidik perlu mempersiapkan diri untuk menguasai
sejumlah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan khusus yang terkait dengan
profesi keguruan, agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik, serta dapat
memenuhi keinginan dan harapan peserta didik. (Rostiyah NK, 1982: 12).
Untuk
mengenal posisi profesional pendidik, ada baiknya kita lihat stratifikasikan
tenaga kerja. Secara sederhana, tenaga kerja dapat disertifikasikan ke dalam
empat macam, yaitu pekerja terampil, teknisi terampil disiapkan untuk terampil,
teknisi ahli/profesional, dan elite profesional. Pekerja terampil disiapkan
untuk terampil melaksanakan tugas yang sifatnya operasional dan tidak banyak
membutuhkan pemikiran, karena sifatnya teknis mekanistik. Teknisi terampil
memiliki pengetahuan dasar teori, sehingga sedikit banyak memiliki wawancara
dasar dari pelaksanaan tugasnya. Teknisi ahli/profesional mampu menjelaskan dan
mempertanggungjawabkan alternatif atau putusan yang dipilih, sedangkan elite
profesional memiliki kemampuan lebih dari teknisi ahli.[28]
Dari
uraian tersebut,
dipahami bahwa pendidik Islam yang profesional harus memiliki kompetensi yang
lengkap, meliputi:
1) Penguasaan materi al-Islam yang komprehensif
serta wawasan dan bahan pengayaan, terutama pada bidang-bidang yang menjadi
tugasnya.
2) Penguasaan strategi (mencakup pendekatan,
metode, dan teknik) pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.
3) Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
4) Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan
hasil penelitian pendidikan, guna keperluan pengembangan pendidikan Islam di
masa depan.
5) Memiliki kepekaan terhadap informasi secara
langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentinagn tugasnya.
Untuk mewujudkan pendidik yang profesional, kita dapat
mengacu pada tuntutan Nabi SAW karena beliau satu-satunya pendidik yang paling
berhasil dalam rentang waktu yang yang begitu singkat, sehingga diharapkan
dapat mendekatkan realitas (pendidik) dengan ideal (Nabi SAW). Keberhasilan
Nabi SAW sebagai pendidik unggul, kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial
religius serta semangat dan ketajamannya dalam iqra’ bi is rabbik (membaca,
menganalisis, meneliti, dan mengeksperimentasi terhadap berbagai fenomena
kehidupan denagn menyebut nama Allah SWT), kemudian beliau mampu mempertahankan
dan mengembangkan kualitas iman, amal shaleh, berjuang, dan bekerja sama
menegakkan kebenaran (QS. Al-Ashr (103), Al-Kahfi (18) : 20), mampu bekerja
sama dalam kesabaran (QS. Al-Ashr (103): 3),
Al-Ahqaf (46): 35, Ali Imran (3): 200).[29]
Berdasarkan
paparan diatas, dapat diformulasikan asumsi yang melandasi keberhasilan
pendidik adalah pendidik akan berhasil menjalankan tugasnya
apabila mempunyai beberapa kompetensi sebagai berikut:
1.
Kompetensi personal-religius
Kemampuan yang menyangkut kepribadian agamis; artinya
pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan
kepada peserta didik.
2. Kompetensi sosial-religius
Kemampuan yang menyangkut kepeduliannya terhadap
masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam.
3. Kompetensi profesional-religius
Kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara
profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus
dan dapat mempertanggungjawabkannya berdasarkan teori dan wawasan keahliannya
dalam perspektif Islam.[30]
Di Indonesia, masalah kompetensi pendidik, terutama guru selalu
dikembangkan. Dalam kebijakan terakhir yaitu Peraturan Pemerintah No.74/2008
tentang Guru, Bab II, Pasal 2 ditegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan ruhani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional. Uraian tentang
kompetensi dimaksud adalah sebagai berikut:
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian sosial, dan kompetensi profesi yang di-peroleh melalui
pendidikan profesi. Dengan demikian, kompetensi guru bersifat holistik.[31]
Kompetensi pedagodik merupakan kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran psesrta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2. Pemahaman terhadap peserta didik;
3. Penegmbangan kurikulum atau silabus;
4. Perancangan pembelajaran;
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis;
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7. Evaluasi hasil belajar; dan
8. Pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.[32]
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:
1. Beriman dan bertakwa;
2. Berakhlak mulia;
3. Arif dan bijaksana
4. Demokratis;
5. Mantap;
6. Berwibawa;
7. Stabil;
8. Dewasa;
9. Jujur;
10. Sportif;
11. Menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat;
12. Secara objektif mengevaluasi kinerja sediri;
dan
13. Mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.[33]
Kompetensi sosial merupakan kemmapuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
1. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat
secara sntun;
2. Menggunakan teknologi dan informasi secara
fungsional;
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orangtua atau
wali peserta didik;
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar dengan mengindahkan sistem niali yang berlaku; dan
5. Menetapkan prinsip persaudaraan sejati dan
semangat kebersamaan.[34]
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan
dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni budaya yang diampu, yang
sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam
sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajarang yang akan diampu.
2. Konsep serta metode dispilin keilmuan,
teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren
dengan program satuan pendidikan pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran
yang akan diampu.[35]
e. Kode etik pendidik dalam pendidikan Islam
Dalam melaksanakan tugasnya, pendidik perlu memahami dan mengikuti
norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (relationship) antara
pendidik dan peserta didik, orang tua, peserta didik, kolega, dan atasannya.
Itulah yang disebut kode etik pendidik. Pelanggaran terhadap kode etik akan
mengurangi nilai dan kewibawaan identitas pendidik.[36]
Dalam merumuskan kode etik, Al-Ghazali lebih menekankan betapa berat kode
etik yang diperankan seorang pendidik dari para peserta didiknya. Kode etik
pendidik terumuskan sebanyak tujuh belas bagian (Al-Bantani, tt; 88). Adapun
kode etik pendidik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Menerima segala masalah peserta didik dengan
hati dan sikap yang terbuka dan tabah.
2. Bersikap penyantun dan penyayang. (QS. Ali
Imran (3): 159)
3. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam
bertindak.
4. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh
terhadap sesama. (QS. Al-Najm (53): 32)
5. Bersifat rendah hati ketika menyatu dengan
sekelompok masyarakat. (QS. Al-Hijr (15): 88)
6. Menghilangkan aktifitas yang tidak berguna dan
sia-sia.
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta
didik yang tingkat IQ-nya rendah, serta membinanya pada taraf maksimal.
8. Meninggalakna sifat marah dalam mengahadapi
malsah pserta didik.
9. Memperbaiki sikap peserta didik, dan lemah
lembut terhadap peserta didik yang kurang lancar bicara.
10. Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi
peserta didik, terutama pada peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui.
11. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan
peserta didik, walaupun pertanyaannya terkesan tidak bermutu atau tidak sesuai
dengan masalah yang diajarkan.
12. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta
didik.
13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam
proses pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik.
14. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari
ilmu yang membahayakan. (QS. Al-Baqarah (2): 195)
15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik,
terus menerus mencari informasi guna disampaikan pada peserta didik yang pada akhirnya
mencapai tingkat takarub kepada Allah SWT. (QS. Al-Bayyinah (98): 5)
16. Mencegah peserta didik mempelajarai ilmu
fardhu kifayah (kewajiban kolektif) seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi,
dan sebagainya) sebelum mempelajari ilmu fardhu ‘ain (kewajiban individual,
seperti aqidah, syari’ah, dan akhlak).
17. Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan
kepada peserta didik. (QS. Al-Baqarah (22): 44, Ash-Shaff (61): 2-3)[37]
D.
Hakikat Mengajar
Mengajar
merupakan perbuatan mulia yang setiap orang mempunyai hak untuk melakukannya.
Hak mengajar bagi setiap orang bukan berarti membiarkan mereka melakukan
kehendaknya sendiri, akan tetapi hendaknya mengikuti kode etik pengajaran. Kode
etik pengajaran inilah yang terkadang atau banyak orang melupakannnya dan imbas
dari melupakan kode etik pengajaran akan menjadikan anak didik tidak menjadi
pandai melainkan sebaliknya anak menjadi bodoh dan tidak tau apa tujuan yang
dilakukannya didalam kelas.[38]
Hakikat
mengajar sebagai proses yaitu proses belajar yang dilakukan guru dalam
menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Hakikat pengajaran ini menuntut kepekaan
guru bahwa pelajaran yang melibatkan guru mengajak dan siswa belajar
membutuhkan proses dan waktu tertentu. Jadi, hakikat pengajaran tidaklah
menghasilkan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan seketika melainkan
melalui tahapan sedikit demi sekikit[39]
E.
Prinsip Mengajar
Prinsisp
mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa agara menjadi manusia
yang tahu,memahami,dan mengaplikasikan ilmunya dengan berperilaku positif,berpegng
pada konsepsi akademik,menanamkan persaingan antar sidswa secara obyektif dan
menguasai kelas.
Secara
umum,prinsip mengajar adalah sebagai berikut:
a.
Mengajar harus berdasarkan pengalaman guru yang dimiliki dari siswa
b.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan harus bersifat praktis
c.
Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual siswa
d.
Mengajar harus berdasarkan siswa
e.
Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
f.
Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.[40]
Prinsip
belajar Menurut James L.Marsell
a.
Prinsip konteks
Mengajar
deengan memperhatikan prinsip ini, guru dalam menyajikan pelajaran hendaknya
dapat menciptakan bermacam-macam hubungan dalam kaitan bahan pelajaran.
b.
Prinsip focus
Mengajar
dengan memperhatikan prinsip focus,yaitu guru dalam membahas pokok bahasan
tertentu perlu menentukan pokok persoalan yang menjadi pusat pembahasan.
c.
Prinsip urutan
Mengajar
dengan melaksanakan prinsip urutan adalah materi pengajaran hendaknya disusun
secara logis dan sistematis, sehinggga mudah dipelajari anak.
d.
Prinsip evaluasi
Prinsip
ini menekankan bahwa guru dalam mengajar tidak boleh meninggalkan kegiatan
evaluasi.
e.
Prinsip individualisasi
Melaksanakan
prinsip individualisasi diwujudkan dalam bentuk mengajar hendaknya
memperhatikan perbedaan antar individu siswa.
f.
Prinsip sosialisasi
Prinsip
ini menekankan bahwa guru dalam mengajar hendaknya dapat menciptakan suasana
belajar yang menimbulkan sikap saling kerja sama antara siswa,dalam mengatasi
masalah.cara belajar seperti itu memiliki dua keuntungan yang dapat diperoleh
yaitu:
1.
Dapat membina dan mengembangkan kepribadian siswa terutama sikap
demokrasi
2.
Pengetahuan anak akan bertambah kokoh sebab di dalam proses belajar
diantara siswa terjadi saling memeberi dan menerima.
Prinsip
belajar menurut Mandigers
F.
KESIMPULAN
Mengajar pada
umumnya adalah suatu kegiatan yang bukan menyangkut masalah penelitian.
Tanggung jawab latihan guru tidak sama dengan tanggung jawab latihan dokter
bedah, walaupun akibat yang diterima siswa dari guru yang kurang terlatih dengan
akibat yang diterima pasien dari dokter yang kurang terlatih berlangsung dalam
hidup keduanya.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan ialah proses pengubah sikap
dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal Ayat 1 dikemukakan pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan
bagi peranannya di masa yang akan datang.
Metode-metode pembelajaran
1.
Keteladanan
2.
Nasehat
3.
Hukuman
4.
Cerita
5.
Kebiasaan
6.
Kekuatan
7.
Kekosonagan
8.
Peristiwa-peristiwa
Metode-metode pendidikan
1.
Ceramah
2.
Diskusi
3.
Eksperimen
4.
Demonstrasi
5.
Pemberian tugas
6.
Sosiodrama
7.
Drill
8.
Kerja kelompok
9.
Tanya jawab
10.
Proyek
Mengajar
merupakan perbuatan mulia yang setiap orang mempunyai hak untuk melakukannya.
Hak mengajar bagi setiap orang bukan berarti membiarkan mereka melakukan
kehendaknya sendiri, akan tetapi hendaknya mengikuti kode etik pengajaran.
G.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua yang membacanya.
H.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Majid, M.Pd. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013
Dr.
Zakiah Daradjat. Pengajaran Agama Islam. Jakarta:Bumi Aksara. 2001
Drs.
Bukhari Umar, M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH. 2010
Dra.
Hj. Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.1997
Drs.
Hery Noer Aly, MA. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. LOGOS Wacana
Ilmu.1999
Harun
Nasution. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.2001
Nana
Sudjana. Apa Dan Bagaimana Mengajar. Bandung:Ideal. 1975.
Moh
Ali. Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
1996
PERTANYAAN
1.
Metode-metode dalam pendidikan tentang menyalurkan
kekuatan-kekuatan yang tersimpan dalam jiwa. Dalam kalimat ini itu kekuatan seperti
apa? (siti rustiana :112161)
2.
Apakah sama pendidikan islam dengan ilmu pendidikan islam? Kalau
iya apa alasannya?kalau beda apa alasannya? (riska tri multiyaningtiyas
:112177)
3.
Bagaimana peran dan cara pendidik untuk membentuk karakter anak
secara islami? (siska rahmawati : 112174)
4.
Dalam pendidikan, jenis-jenis pendidikan itu seperti apa? (syarifa
zulfa almahiroh : 112163)
5.
Jelaskan kekurangan dan kelebihan tentang metode ceramah, diskusi
dan Tanya jawab? (arina qodria :112177)
6.
Apa perbedaan pembelajaran dan pendidikan? (imayatul hidayah
:112172)
JAWABAN
1. Pendidikan
tentang menyalurkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan dalam jiwa. Maksudnya itu
guru mentransfer / menerangkan pelajaran kepada anak dan anak tersebut faham /
mengerti apa yang diterangkan gurunya. Itu termasuk mempunyai kekuatan dalam
mentrasfer pelajaran itu sehingga anak bisa mengerti / faham tentang pelajaran
tersebut dan pelajaran itu disimpan didalam jiwa anak tersebut.
2. Berbeda karena
ilmu pendidikan islam adalah sebuah dasar yang kompleks dalam suatu sistem
pendidikan islam, sedangkan pendidikan islam adalah sebuah proses pendidikan
yang mengarah pada ajaran al-Qur’an dan hadits sebagai aplikasi dari ilmu
pendidikan.
3. Peran para
pendidik untuk membentuk karakter anak secara alami,yaitu yang pertama adalah
orang tua karena orang tua sangat penting dalam membentuk sifat dan karakter
anak. Sehingga peran orang tua sangat penting dan berperan aktif sebagai
pendidik dasar. Adapun caranya orang tua dalam mendidik anak berbeda-beda,
antara lain dengan pendidikan melalui teladan, nasehat, cerita, kebiasaan yang
positif,dll. Sehingga membentuk karakter anak secara alami.
4. Ada 3 jenis
pendidikan, yaitu:Pendidikan formal
1.
Pendidikan formal
adalah pendidikan yang ditempuh pada lembaga legal dan tahapan dalam
pendidikan ini sangat jelas. Dalam pendidikan Formal, peserta didik harus menempuh pendidikan dasar
yang memiliki durasi waktu selama 9 (sembilan) tahun, Selanjutnya dilanjutkan
ke tingkat SMA atau SMK, setelah itu para peserta didik juga ma$ih bi$a
melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu ke Perguruan tinggi.Pendidikan
Non-Formal.
2.
Pendidikan non-formal
biasanya terdapat pada anak usia belia ataupun sebagai pendidikan
penunjang kegiatan belajar secara formal. Pendidikan non-formal sangat mudah kita jumpai, seperti hadirnya tempat kursus, seperti
kursus bimbingan belajar, kurss menyanyi, kursus menari dan sebagainya.
sedang yang lainnya bisa kita jumpai pendidikan di TPA untuk
peserta didik beragama Muslim atau
sekolah Minggu untuk peserta didik beragama Kristen dan Khatolik. Memang tidak semua lapisan masyarakat mampu
mengenyam pendidikan non-formal, tapi banyak juga lembaga yang menyediakannya
secara gratis.
3.
Pendidikan informal
Disebut sebagai pendidikan informal karena pendidikan ini dilakukan
secara mandiri dari dalam diri sendiri yang memiliki kesadaran serta tanggung
jawab yang penuh dalam proses penerapannya. Pendidikan informal biasanya dimulai
dari lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Jika pendidikan ini
dimulai dari ruang lingkup keluarga, maka peran orang tua sangatlah penting
karena orang tua merupakan panutan pertama yang biasanya dijadikan teladan dari
para peserta didik. Maka dari itu, orang
tua pun harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup sehingga dampak yang
diharapkan akan berhasil dengan baik. sementara itu, pendidikan dari lingkungan
masyarakat juga tidak kalah penting, karena peran masyarakat adalah sebagai penunjang
pembentukan karakter seseorang. Jika
kita memiliki lingkungan masyarakat yang baik, maka para peserta didik pun akan
menghormati dan menjalankan sesuai adat dan istiadat yang ada. Namun jika
dilingkungkan masyarakat tidak memiliki perilaku yang baik, dikhawatirkan akan
memiliki dampak yang buruk dalam perkembangan mental seseorang.
5. A. Ceramah
Keunggulannya
ialah penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat
sebanyak-banyaknya. Pengorganisasian kelas lebih sederhana, dapat memberikan
motivasi terhadap siswa dalam belajar, fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan.
Kelemahannya ialah
guru sering kali mengalami kesulitan dalam mengukur pemahaman siswa, siswa
cenderung bersifat pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan guru,
menyimbulkan rasa pendesakan pada siswa, cenderung membosankan dan perhatian
siswa berkurang.
B.
Diskusi
Keunggulannya
ialah suasana kelas lebih hidup, dapat menaikkan prestasi kepribadian individu,
kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa.
Kelemahannya
ialah siswa ada yang tidak aktif, sulit menduga hasil yang dicapai, siswa
mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide
C. Tanya
Jawab
Keunggulannya ialah situasi kelas akan hidup karena anak-anak aktif berfikir dan
menyampaikan buah fikirannya, melatih anak berani mengungkapkan pendapat dengan
lisan.
Kelemahannya ialah memakan waktu lama, siswa merasa takut apabila guru kurang
mampu mendorong siswanya untuk berani menciptakan suasana yang santai.
6.
Pengajaran ialah suatu kegiatan yang menyangkut
pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata yaitu supaya
anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berfikir kritis, sistematis, dan
objektif serta ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu misalnya ketrampilan
menulis, membaca,lari cepat, loncat tinggi, berenang, membuat pesawat radio,
dan sebaginya. Dan Pendidikan ialah proses pengubah sikap dan tatalaku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
[1] Majid Abdul, M.Pd. Strategi Pembelajaran, Bndung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA. 2013.Hlm 283
[2] Ibid. Hlm 283
[4] Ibid,Hlm 284
[5] Dr.Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan
Islam, Jakarta: Ciputat Press. 2002. Hlm 78
[6] DRS. Hery Noer Aly, MA. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. LOGOS
Wacana Ilmu. 1999. Hlm 2
[7] .Dr,Hj,NUr Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam, Bandung;Pustaka
Setia.1997 hlm 9-11
[8] Dr.Zakiah Darajat dkk. Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara. 2001. Hlm 289
[9] Ibid hlm 290
[10] Ibid hlm 292
[11] Ibid hlm 295
[12] Ibid hlm 296
[13] Ibid hlm 298
[14] Ibid hlm 301
[15] Ibid hlm 302
[16] Ibid hlm 304-305
[17] Ibid hlm 307
[18] Ibid hlm 310
[19] Op Cit. Harun Nasution. Hlm 183-213
[20] Drs. Bukhari Umar, M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH.
2010. Hlm 83
[21] Ibid hlm 3
[22] Ibid hlm 86-87
[23] .Op.Cit, Hj Nur Uhbiyati Hlm 72
[24] Op.Cit, Bukhari Umar hlm 87
[25] . ibid,Hlm 87
[26] . ibid, Hlm 88-89
[27] .ibid, Hlm 91
[28] . Ibid,Hlm 91-92
[29] . Ibid, Hlm 92-93
[30] .Ibid, Hlm 93-94
[31] .Ibid, Hlm 94-95
[32] .Ibid, Hlm 95-96
[33] .Ibid,Hlm 96
[34] .Ibid,Hlm 96-97
[35] .Ibid, Hlm 97
[36] Ibid, Hlm 97-98
[37] . Ibid, Hlm 98-100
[38] Nana Sudjana, APA DAN BAGAIMANA MENGAJAR, Bandung:Ideal,
1975,Hal:03
[39] Ibid, Hal:05
[40] Moh Ali,Guru dalam proses
belajar mengajar,Bandung:sinar baru algensindo,1996,Hlm 24-25
No comments:
Post a Comment