Saturday, February 27, 2016

makalah pembelajaran dan pendidikan dalam islam


A.    PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif dalam mengembangkan potensi, maka dibutuhkan seperangkat metode pemebelajaran yang terencana, dalam usaha pendidikan guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Semua ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran dalam pendidikan Islam berperan penting sebagai suatu upaya dan cara dalam proses pendidikan umat Islam. Dari uraian tersebut, maka penulis akan menjabarkan bagaimana metode pembelajaran dan pendidikan dalam Islam dan hal-hal yang terkait dengan itu, sehingga menambah pemahaman dan wawasan keilmuan dalam bidang pendidikan bagi manusia yang bergelut dalam dunia pendidikan Islam.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana  Pengertian Pembelajaran dan Pendidikan dalam Islam?
2.      Bagaimana Metode-Metode yang ada dalam Pembelajaran dan Pendidikan dalam Islam?
3.      Bagaimana Pendidik dalam Pendidikan Islam?
4.      Bagaimana hakikat mengajar?
5.      Apa saja prinsip-prinsip mengajar?
C.     PEMBAHASAN
A.    Pengertian pembelajaran dan pendidikan dalam Islam
a.       Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa (events) yang memengaruhi pembelajaran seehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah (Gagne dan Brigga). Pembelajaran tidak hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua events yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi kejadian-kejadian yang diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televise, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut.[1]
Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta didik dalam kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan diri sesuai tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses idukatif memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a.       Ada tujuan yang ingin dicapai
b.      Ada pesan yang akan ditransfer
c.       Ada pelajar
d.      Ada guru
e.       Ada metode
f.       Ada situasi
g.      Ada penilaian.[2]
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang didalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, tehnik dan latar atau lingkungan.
Suatu sistem instruksional diartikan sebagai kombinasi komponen sistem intruksional dan pola pengelolaan tertentu yang disusun sebelumnya,yaitu saat mendesain atau mengadakan pemilihan dan saat menggunakannya,untyk mewujudkan proses belajar yang berarah tujuan dan terkontrol dan yang didesain untuk mencapai kompetensi tertentu atau tingkah laku akhir dari suatu pembelajaran, meliputi metodologi instruksional,format dan urutan sesuai desain,mengelolah kondisis tingakah laku,meliputi keseluruhan prosedur pengelolaan,dapat diulangi dan diproduksi lagi,telah dikembangkan mengikuti propsedur, dan di falidasi secara empirik.[3]
Secara sederhana, istilah pembelajaran bermakna sebagai “upaya untuk memebelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort). Dan berbaagai sratategi,metode,dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebaagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian, pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yangb mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu,kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok.pertama,bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar.kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar.hal ini menunjukkkan bahwa makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang anatara lain dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan seseorang untuk belajar.[4]
            Mengajar pada umumnya adalah suatu kegiatan yang bukan menyangkut masalah penelitian. Tanggung jawab latihan guru tidak sama dengan tanggung jawab latihan dokter bedah, walaupun akibat yang diterima siswa dari guru yang kurang terlatih dengan akibat yang diterima pasien dari dokter yang kurang terlatih berlangsung dalam hidup keduanya.
Pengajaran ialah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata yaitu supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berfikir kritis, sistematis, dan objektif serta ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu misalnya ketrampilan menulis, membaca,lari cepat, loncat tinggi, berenang, membuat pesawat radio, dan sebaginya. [5]
b.      Pengertian pendidikan dalam Islam
            Definisi pendidikan dikemukakan para ahli dalam rumusan yang beraneka ragam, antara lain sebagai berikut:
a.       Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan ialah proses pengubah sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
b.      Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal Ayat 1 dikemukakan pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
c.       Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendididk terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[6]
      Sedangkan pengertian pendidikan dalam Islam menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a.       Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam ialah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain sering kali Beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah “kepribadian Muslim” yaitu kepribadian yang mempunyai nilai-nilai Agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
b.      Menurut Abdur Rahman Nahlawi


اَلتَّرْ بِيَّةُ الْاِسْلاَ مِيَّةُ هِيَ التَّنْظِيْمُ الْمُنْفَسِيُّ وَالْاِجْتِماَ عِيُّ الَّذِيْ يُؤْدِيْ اِلَى اعْتِناَقِ الْاِسْلاَمِ وَتَطْبِيْقٍ كُلِّيّأً فِيْ حَياَةِ الْفَرْدِ وَالْجَمَاعَةِ.

Artinya: pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan Masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
c.       Menurut Drs. Burlian Shomad, pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah SWT dan isi pendidiknya untuk mewujudkan tujuan adalah ajaran Allah SWT.
Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu:
a)      Tujuan untuk membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut ukuran Al-Qur’an.
b)      Isi pendidikannya ajara Allah SWT yang tercantum dengan lengkap dalam Al-Qur’an yang pelaksanaannya di dalam praktek hidup sehari-hari sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
d.      Menurut Musthofa Al-Ghulayaini bahwa pendidikan Islam ialah menanamkan Akhlaq yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlaq itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
e.       Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas, pendidikan Islam adalah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pegakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
f.       Menurut Prof. Dr Hasan Langgulung, pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi yaitu:
a)      Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam Masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
b)      Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan Tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c)      Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat tidak akan terpelihara yang akhirnya  akan berkesudahan kehancuran masyarakat itu sendiri.[7]
B.     Metode-metode pembelajaran dan pendidikan dalam Islam
a.       Metode-metode dalam pembelajaran
Dibawah ini macam-macam metode pengajaran yang sering digunakan untuk proses pembelajaran:
1.      Metode ceramah
      Dalam metode ini murid hanya duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan. [8]
      Untuk bidang studi Agama, metode ceramah masih tepat untuk dilaksanakan misalnya untuk memberikan pengertian tentang tauhid, maka satu-satunya metode yang digunakan adalah metode ceramah. Karena tauhid tidak dapat diperagakan, sukar didiskusikan, maka seorang guru akan memberikan uraian menurut caranya masing-masing dengan tujuan murid dapat mengikuti jalan pikiran guru.[9]
2.      Metode diskusi
      Metode ini biasanya erat kaitannya dengan metode lainnya, misalnya dengan metode ceramah, karyawisata dan lain-lain karena metode diskusi ini adalah bagian yang terpenting dalam memecahkan masalah (problem solving).
      Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang murid-murid berfikir atau mengeluarkan pendapat sendiri.[10]
3.      Metode eksperimen
      Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu alam, ilmu kimia, dan sejenisnya, biasanya terhadap ilmu-ilmu alam yang di dalam penelitiannya menggunakan metode yang sifatnya objektif, baik dilakukan didalam/diluar kelas maupun dalam suatu laboratorium.
      Metode eksperimen ini hendaknya diterapkan bagi pelajaran-pelajaran yang belum diterangkan/diajarkan oleh metode ini sehingga terasa benar fungsinya, karena setelah diadakan percobaan-percobaan barulah guru memberikan penjelasan dan kalau perlu diadakan diskusi terhadap masalah-masalah yang ditemukan dalam eksperimen tersebut.[11]
4.      Metode Demonstrasi
      Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlibatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.
Dengan metode demonstrasi guru atau murid memperlihatkan pada seluruh anggota kelas sesuatu proses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran/contoh Rosulullah SAW.[12]
5.      Metode pemberian tugas
      Yang dimaksud dengan metode ini adalah suatu cara dalam proses belajar-mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas tapi bertanggung jawab dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut menagtasi kesulitan-kesulitan itu.[13]
6.      Metode sosiodrama
      Metode sosiodrama ialah juga semacam drama atau sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya lebih dahulu. Tidak pula diadakan pembagian tugas yang harus mengalami latihan lebih dahulu, tetapi dilaksanakan seperti sandiwara di panggung dengan tujuan:
a)      Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
b)      Menghilangkan perasaan-perasaan malu dan rendah diri yang tidak pada tempatnya, maka ia dilatih melalui temannya sendiri untuk berani berperan dalam sesuatu hal. Hal ini disebabkan karena memang ada anak didik yang disuruh ke depan kelas saja tudak berani apalagi berbuat sesuatu seperti bicara di depan orang atau serbagainya.
c)      Mendidik dan mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan pendapat di depan teman sendiri atau orang lain.
d)     Membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai pendapat orang lain.[14]
7.      Metode Drill (latihan)
      Penggunaan istilah “latihan” sering disamakan artinya dengan istilah “ulangan” padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya. Sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pengajaran tersebut.[15]
8.      Metode kerja kelompok
      Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu membagi-bagi anak didik dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama, maka cara mengajar tersebut dapat dinamakan Metode kerja kelompok.
      Pengelompokan dapat dilakukan oleh anak didik sendiri yang biasanyadalam pemilihan kelompok seperti ini didasarkan atas pemilihan teman yang menurutnya lebih dekat atau lebih intim. Cara yang demikian ada keuntungannya dalam proses belajar,yaitu menimbulkan konsentrasi dalam belajar, memudahkan hubungan kepribadian dan dapat menimbulkan kegairahan baru.[16]
9.      Metode Tanya Jawab
      Metode tanya jawab adalah salah satu tehnik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.[17]
10.  Metode proyek
      Metode ini disebut juga dengan teknik pengajaran unit. Anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkah-langkah tertentu secara ilmiah, logis, dan sistematis. Cara demikian adalah teknik yang modern, karena murid tidak dapat begitu saja menghadapi persoalan tanpa pemikiran-pemikiran ilmiah.
      Pusat kegiatan metode ini terletak pada anak didik, dan guru berfungsi sebagai pembimbing mekanisme kerja anak didik dengan bekerja bersama-sama. Namun demikian karena tiap-tiap anak didik mempunyai minat atau kesenangan masing-masing, maka dapat pula anak didik secara individual dalam hal-hal tertentu menghadapi masalah itu sendiri sesuai dengan minat yang dipilihnya. [18]
b.      Metode –Metode dalam pendidikan
Menurut Muhammad Quth di dalam bukunya “minhaj Tarbiyah Islamiyah” menyatakan bahwa tehnik metode pendidikan ada delapan macam yaitu:
1.      Pendidikan melalui teladan
Pendidikan melalui teladan merupakan salah satu tehnik pendidikan yang efektif dan sukses. Mengarang buku mengenai pendidikan mudah begitu juga menyusun suatu metodologi pendidikan. Kendatipun hal ini membutuhkan ketelitian, keberanian, dan penfekatan yang menyeluruh. Namun hal itu masih tetap hanya akan merupakan tulisan di atas kertas, tergantung di atas awang-awang, selama tidak dapat terjamah manusia menjadi kenyataan yang hidup di dunia nyata, bila tidak dapat menjamah manusia yang menterjemahkannya dengan tingkah laku, tindak tanduk,ngkapan-ungkapan rasa dan ungkapan-ungkapan pikiran, menjadi dasar-dasar dan arti sesuatu metodologi. Hanya bila demikianlah suatu metodologi akan berubah menjadi suatu gerakan akan menjadi suatu sejarah. Karena itulah mka Allah mengutus Muhammad SAW menjadi teladan buat manusia. Di dalam diri Beliau Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, sesuatu bentuk yang hidup dan abadi selam sejarah masih berlangsung.
2.      Pendidikan melalui nasehat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang di dengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulangi. Nasehat yang berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa secara langsung melalui perasaan.
3.      Pendidikan melalui Hukuman
Apabila teladan dan nasehat tidak mempan, maka letakkan persoalan ditempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah Hukuman. Hukuman sesungguhnya tidak mutlak di perlukan. Ada orang-orang yang cukup dengan teladan dan nasehat saja. Sehingga tidak perlu hukuman baginya. Tetapi manusia itu tidak sama seluruhnya. Diantara mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali dengan Hukuman.
      M. Athiyah Al-Abrasyi mengemukakan toga syarat apabila seorang pendidik ingin menghukum anak dengan hukuman badan (jasmani) ketiga syarat itu adalah:
a.       sebelum berumur 10 tahun anak-anak tidak boleh di pukul
b.      pukulan tidak boleh lebih dari 3 kali. Yang di maksud pukulan di sini ialah lidi atau tongkat kecil bukan tongkat besar.
c.       diberikan kesmpatan kepada anak-anak untuk tobat dari apa yang ia lakukan dan memperbaiki kesalahannya tanpa perlu menggunakan pukulan atau merusak nama baiknya (menjadikan ia malu).
4.      Pendidikan melalui cerita
      Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan manusia. Sebab bagaimanpun perasaan cerita itu pada kenyataannya sudah merajut hati manusia dan akan mempengaruhi kehidupan mereka. Pembaca atau pendengar cerita tidak dapat tidak bekerja sama dengan jalan cerita dan orang-orang yang terdapat didalamnya sadar atau tidak sadar, ia telah menggiring dirinya untuk mengikuti jalan cerita, menghayalkan bahwa ia berada di pihak ini atau itu dan sudah menimbang-nimbang posisinya dengan posisi tokoh cerita yang mengakibatkan ia senana,benc atau merasa kagum.
5.      Pendidikan melalui kebiasaan
      Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia. Karena sudah menjadi kebiasaan yang mudah melekat dan spontan agar kekeuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di lapangan-lapangan lain seperti untuk bekerja, memproduksi, dan menciptakan.
6.      Menyalurkan kekuatan
      Diantara banyak tehnik Islam dalam membina manusia dan juga dalam memperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan dalam jiwa, tumbuh dan dari diri dan tidak memendamnya kecuali bila potensi-potensi itu memang tertupu untuk lepas.
7.      Mengisi kekosongan
      Apabila islam menyalurkan kekuatan tubuh dan jiwa ketika sudah menumpuk, dan tidak menyimpannya karena penuh resiko, maka islam sekaligus juga tidak senag dengan kekosongan.
      Kekosongan merusak jiwa sepertihalnya kekuatan terpendam juga merusak tanpa adanya suatu keadaan istimewa. Kerusakan utama yang timbul oloeh kekosongan adalah hanya orng itu akan terbiasa dengan sikap buruk yang dilakukannya untuk mengisi kekosongan itu.
8.      Pendidikan melalui peristiwa-peristiwa
      Hudup in perjuangan dan merupakan pengalaman-pengalaman dengan berbagi peristiwa, baikyang timbul karena tindakannya sendiri maupun karna sebab-sebab di luar kemampuannya. Guru yang baik tidak akan membiarkan peristiwa-peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa diambil menjadi pengalaman yang berharga. Ia mesti menggunakannya untuk membina,mengasah dan mendidik jiwa, oleh karena itu pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja.
ALI Kholil Abul’Ainain di dalam kitabnya “Falsafahtul Tarbiyatul Islamiyatu Fil Quranil Karim” mengemukakan secara panjang lebar tentang metode pendidikan Islam ini yang ringkasnya ada 11 macam, yaitu:
a.       Pengajaran tentang cara beramal dan pengalaman/ketrampilan.
b.      Mempergunakan akal.
c.       Contoh yang baik dan jujur.
d.      Perintah dan kebaikan, larangan perbuatan munkar saling berwasiat kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.
e.       Nasehat-nasehat
f.       Metode kisah
g.      Tamsil
h.      Menggemarkan dan menakutkan atau dorongan dan ancaman
i.        Menanamkan atau menghilangkan kebiasaan
j.        Menyalurkan bakat
k.      Peristiwa-peristiwa yang berlalu[19]
C.     Pendidik dalam pendidikan Islam
a.       Konsep pendidik dalam pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangakan seluruh potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).[20]
            Pendidik bearti juga orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingakat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.[21]
            Pendidik menjadi dua yaitu pendidik kodrat dan pendidik jabatan.
b.      Kedudukan pendidik dalam pendidikan Islam
Pendidik adalah bapak ruhani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa denagn ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam. Dalam beberapa hadits disebutkan: “Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pecinta dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga kamu menjadi rusak.” Dalam hadits Nabi SAW yang lain: “Tinta seorang ilmuwan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah para syuhada”. Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul. Asy-Syawki bersyair: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul”.
            Al-Ghazali menukil beberapa hadits Nabi SAW tentang keutamaan seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang besar (great indivudual) yang aktifitasnya lebih baik daripada satu tahun (QS. At-Taubah: 122). Selanjutnya, Al-Ghazali menukil dari perkataan para ulama’ yang mengatakan bahwa pendidik merupakan pelita (siraj) segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya (nur) keilmiahannya. Andai kata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab mendidik adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat insaniyyah dan ilahiyyah.[22]
c.       Tugas pendidik dalam pendidikan Islam
Tugas-tugas pendidik antara lain:
1.      Membimbing si terdidik
Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan,   bakat, minat dan lain-lain
2.      Menciptakan situasi untuk pendidikan
Artinya suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.[23]
Menurut Al-Ghazali tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan serta membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri (takarub) kepada Allah SWT. hal tersebut karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam pribadatan kepada peserta didik, berarti ia mengalami kegagalan dalam tugasnya, sekalipun pesertya didik memiliki prestasi akamdemis yang luar biasa. Hal tersebut mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan amal shaleh.[24]
            Dalam paradigma Jawa, pendidik diindentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “digugu” dan “ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknyapatut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didik. Pengertian ini diamsusikan bahwa tugas guru tidak sekadar transformasi ilmu, tetapi juga bagaimana ia mampu menginterprestasikan ilmunya kepada peserta didik. [25]
            Terkadang seorang terjebak dengan sebutan pendidik, misalnya ada sebagian orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer the knowledge) kepada orang lain sudah dikatakan sebagai pendidik. Sesungguhnya seorang pendidik bukan hanya menjalankan tugas tersebut tetapi pendidik juga bertanggungjawab atas pengelolaan (manager of learning), pengarah (director of learning), fasilitator, dan perencanaan (the planner of future society). Oleh karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1.      Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta melaksanakan penilaian setelah program dilakuka.
2.      Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.
3.      Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakuakan (Rostiyah NK, 1982: 86).[26]
d.      Kompetensi pendidik dalam pendidikan Islam
Untuk menjadi pendidik yang profesional tidaklah mudah karena ia harus memiliki berbagai kompetensi keguruan. Kompetensi dasar (basic competency) bagi pendidik ditentukan oleh tingakat kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan yang dimilikinya.[27]
Hal tersebut karena potensi merupakan trempat dan bahan untuk memproses semua pandangan sebagai bahan untuk menjawab semua rangsangan yang datang darinya.  Potensi dasar ini adalah milik individu sebagai hasil dari proses yang tumbuh karena adanya anugerah dan inayah dari Allah SWT, personifikasi ibu saat mengandung, dan situasi yang mempengaruhinya, serta faktor keturunan. Hal inilah yang digunakan sebagai pijakan bagi individu dalam menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah Allah.
            W. Robert Houston mendefinisikan kompetensi dengan “competence ordinarily Islam defined as adequacy for a task or a possesi on of require knowledge, skill, and abilities” (suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang). Definisi ini mengandung arti bahwa calom pendidik perlu mempersiapkan diri untuk menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan khusus yang terkait dengan profesi keguruan, agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik, serta dapat memenuhi keinginan dan harapan peserta didik. (Rostiyah NK, 1982: 12).
            Untuk mengenal posisi profesional pendidik, ada baiknya kita lihat stratifikasikan tenaga kerja. Secara sederhana, tenaga kerja dapat disertifikasikan ke dalam empat macam, yaitu pekerja terampil, teknisi terampil disiapkan untuk terampil, teknisi ahli/profesional, dan elite profesional. Pekerja terampil disiapkan untuk terampil melaksanakan tugas yang sifatnya operasional dan tidak banyak membutuhkan pemikiran, karena sifatnya teknis mekanistik. Teknisi terampil memiliki pengetahuan dasar teori, sehingga sedikit banyak memiliki wawancara dasar dari pelaksanaan tugasnya. Teknisi ahli/profesional mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan alternatif atau putusan yang dipilih, sedangkan elite profesional memiliki kemampuan lebih dari teknisi ahli.[28]
            Dari uraian tersebut, dipahami bahwa pendidik Islam yang profesional harus memiliki kompetensi yang lengkap, meliputi:
1)      Penguasaan materi al-Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengayaan, terutama pada bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
2)      Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.
3)      Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
4)      Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan hasil penelitian pendidikan, guna keperluan pengembangan pendidikan Islam di masa depan.
5)      Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentinagn tugasnya.
Untuk mewujudkan pendidik yang profesional, kita dapat mengacu pada tuntutan Nabi SAW karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil dalam rentang waktu yang yang begitu singkat, sehingga diharapkan dapat mendekatkan realitas (pendidik) dengan ideal (Nabi SAW). Keberhasilan Nabi SAW sebagai pendidik unggul, kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial religius serta semangat dan ketajamannya dalam iqra’ bi is rabbik (membaca, menganalisis, meneliti, dan mengeksperimentasi terhadap berbagai fenomena kehidupan denagn menyebut nama Allah SWT), kemudian beliau mampu mempertahankan dan mengembangkan kualitas iman, amal shaleh, berjuang, dan bekerja sama menegakkan kebenaran (QS. Al-Ashr (103), Al-Kahfi (18) : 20), mampu bekerja sama dalam kesabaran (QS. Al-Ashr (103): 3),  Al-Ahqaf (46): 35, Ali Imran (3): 200).[29]
      Berdasarkan paparan diatas, dapat diformulasikan asumsi yang melandasi keberhasilan pendidik adalah pendidik akan berhasil menjalankan tugasnya apabila mempunyai beberapa kompetensi sebagai berikut:
1.      Kompetensi personal-religius
Kemampuan yang menyangkut kepribadian agamis; artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta didik.
2.      Kompetensi sosial-religius
Kemampuan yang menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam.
3.      Kompetensi profesional-religius
Kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus dan dapat mempertanggungjawabkannya berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.[30]
Di Indonesia, masalah kompetensi pendidik, terutama guru selalu dikembangkan. Dalam kebijakan terakhir yaitu Peraturan Pemerintah No.74/2008 tentang Guru, Bab II, Pasal 2 ditegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional. Uraian tentang kompetensi dimaksud adalah sebagai berikut:
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian sosial, dan kompetensi profesi yang di-peroleh melalui pendidikan profesi. Dengan demikian, kompetensi guru bersifat holistik.[31]
Kompetensi pedagodik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran psesrta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
1.      Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2.      Pemahaman terhadap peserta didik;
3.      Penegmbangan kurikulum atau silabus;
4.      Perancangan pembelajaran;
5.      Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6.      Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7.      Evaluasi hasil belajar; dan
8.      Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.[32]
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:
1.      Beriman dan bertakwa;
2.      Berakhlak mulia;
3.      Arif dan bijaksana
4.      Demokratis;
5.      Mantap;
6.      Berwibawa;
7.      Stabil;
8.      Dewasa;
9.      Jujur;
10.  Sportif;
11.  Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
12.  Secara objektif mengevaluasi kinerja sediri; dan
13.  Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.[33]
Kompetensi sosial merupakan kemmapuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
1.      Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara sntun;
2.      Menggunakan teknologi dan informasi secara fungsional;
3.      Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orangtua atau wali peserta didik;
4.      Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan sistem niali yang berlaku; dan
5.      Menetapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.[34]
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni budaya yang diampu, yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
1.      Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajarang yang akan diampu.
2.      Konsep serta metode dispilin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.[35]
e.       Kode etik pendidik dalam pendidikan Islam
Dalam melaksanakan tugasnya, pendidik perlu memahami dan mengikuti norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (relationship) antara pendidik dan peserta didik, orang tua, peserta didik, kolega, dan atasannya. Itulah yang disebut kode etik pendidik. Pelanggaran terhadap kode etik akan mengurangi nilai dan kewibawaan identitas pendidik.[36]
Dalam merumuskan kode etik, Al-Ghazali lebih menekankan betapa berat kode etik yang diperankan seorang pendidik dari para peserta didiknya. Kode etik pendidik terumuskan sebanyak tujuh belas bagian (Al-Bantani, tt; 88). Adapun kode etik pendidik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Menerima segala masalah peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah.
2.      Bersikap penyantun dan penyayang. (QS. Ali Imran (3): 159)
3.      Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.
4.      Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama. (QS. Al-Najm (53): 32)
5.      Bersifat rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat. (QS. Al-Hijr (15): 88)
6.      Menghilangkan aktifitas yang tidak berguna dan sia-sia.
7.      Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQ-nya rendah, serta membinanya pada taraf maksimal.
8.      Meninggalakna sifat marah dalam mengahadapi malsah pserta didik.
9.      Memperbaiki sikap peserta didik, dan lemah lembut terhadap peserta didik yang kurang lancar bicara.
10.  Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi peserta didik, terutama pada peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui.
11.  Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, walaupun pertanyaannya terkesan tidak bermutu atau tidak sesuai dengan masalah yang diajarkan.
12.  Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didik.
13.  Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik.
14.  Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang membahayakan. (QS. Al-Baqarah (2): 195)
15.  Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, terus menerus mencari informasi guna disampaikan pada peserta didik yang pada akhirnya mencapai tingkat takarub kepada Allah SWT. (QS. Al-Bayyinah (98): 5)
16.  Mencegah peserta didik mempelajarai ilmu fardhu kifayah (kewajiban kolektif) seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi, dan sebagainya) sebelum mempelajari ilmu fardhu ‘ain (kewajiban individual, seperti aqidah, syari’ah, dan akhlak).
17.  Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan kepada peserta didik. (QS. Al-Baqarah (22): 44, Ash-Shaff (61): 2-3)[37]
D.    Hakikat Mengajar
Mengajar merupakan perbuatan mulia yang setiap orang mempunyai hak untuk melakukannya. Hak mengajar bagi setiap orang bukan berarti membiarkan mereka melakukan kehendaknya sendiri, akan tetapi hendaknya mengikuti kode etik pengajaran. Kode etik pengajaran inilah yang terkadang atau banyak orang melupakannnya dan imbas dari melupakan kode etik pengajaran akan menjadikan anak didik tidak menjadi pandai melainkan sebaliknya anak menjadi bodoh dan tidak tau apa tujuan yang dilakukannya didalam kelas.[38]
Hakikat mengajar sebagai proses yaitu proses belajar yang dilakukan guru dalam menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Hakikat pengajaran ini menuntut kepekaan guru bahwa pelajaran yang melibatkan guru mengajak dan siswa belajar membutuhkan proses dan waktu tertentu. Jadi, hakikat pengajaran tidaklah menghasilkan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan seketika melainkan melalui tahapan sedikit demi sekikit[39]
E.     Prinsip Mengajar
Prinsisp mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa agara menjadi manusia yang tahu,memahami,dan mengaplikasikan ilmunya dengan berperilaku positif,berpegng pada konsepsi akademik,menanamkan persaingan antar sidswa secara obyektif dan menguasai kelas.
Secara umum,prinsip mengajar adalah sebagai berikut:
a.       Mengajar harus berdasarkan pengalaman guru yang dimiliki dari siswa
b.      Pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan harus bersifat praktis
c.       Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual siswa
d.      Mengajar harus berdasarkan siswa
e.       Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
f.       Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.[40]
Prinsip belajar Menurut James L.Marsell
a.       Prinsip konteks
Mengajar deengan memperhatikan prinsip ini, guru dalam menyajikan pelajaran hendaknya dapat menciptakan bermacam-macam hubungan dalam kaitan bahan pelajaran.
b.      Prinsip focus
Mengajar dengan memperhatikan prinsip focus,yaitu guru dalam membahas pokok bahasan tertentu perlu menentukan pokok persoalan yang menjadi pusat pembahasan.
c.       Prinsip urutan
Mengajar dengan melaksanakan prinsip urutan adalah materi pengajaran hendaknya disusun secara logis dan sistematis, sehinggga mudah dipelajari anak.
d.      Prinsip evaluasi
Prinsip ini menekankan bahwa guru dalam mengajar tidak boleh meninggalkan kegiatan evaluasi.
e.       Prinsip individualisasi
Melaksanakan prinsip individualisasi diwujudkan dalam bentuk mengajar hendaknya memperhatikan perbedaan antar individu siswa.
f.       Prinsip sosialisasi
Prinsip ini menekankan bahwa guru dalam mengajar hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang menimbulkan sikap saling kerja sama antara siswa,dalam mengatasi masalah.cara belajar seperti itu memiliki dua keuntungan yang dapat diperoleh yaitu:
1.      Dapat membina dan mengembangkan kepribadian siswa terutama sikap demokrasi
2.      Pengetahuan anak akan bertambah kokoh sebab di dalam proses belajar diantara siswa terjadi saling memeberi dan menerima.
Prinsip belajar menurut Mandigers
F.      KESIMPULAN
Mengajar pada umumnya adalah suatu kegiatan yang bukan menyangkut masalah penelitian. Tanggung jawab latihan guru tidak sama dengan tanggung jawab latihan dokter bedah, walaupun akibat yang diterima siswa dari guru yang kurang terlatih dengan akibat yang diterima pasien dari dokter yang kurang terlatih berlangsung dalam hidup keduanya.       
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan ialah proses pengubah sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal Ayat 1 dikemukakan pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Metode-metode pembelajaran
1.      Keteladanan
2.      Nasehat
3.      Hukuman
4.      Cerita
5.      Kebiasaan
6.      Kekuatan
7.      Kekosonagan
8.      Peristiwa-peristiwa
Metode-metode pendidikan
1.      Ceramah
2.      Diskusi
3.      Eksperimen
4.      Demonstrasi
5.      Pemberian tugas
6.      Sosiodrama
7.      Drill
8.      Kerja kelompok
9.      Tanya jawab
10.  Proyek
Mengajar merupakan perbuatan mulia yang setiap orang mempunyai hak untuk melakukannya. Hak mengajar bagi setiap orang bukan berarti membiarkan mereka melakukan kehendaknya sendiri, akan tetapi hendaknya mengikuti kode etik pengajaran.


G.    PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang membacanya.
H.    DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, M.Pd. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013
Dr. Zakiah Daradjat. Pengajaran Agama Islam. Jakarta:Bumi Aksara. 2001
Drs. Bukhari Umar, M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH. 2010
Dra. Hj. Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.1997
Drs. Hery Noer Aly, MA. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. LOGOS Wacana Ilmu.1999
Harun Nasution. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.2001
Nana Sudjana. Apa Dan Bagaimana Mengajar. Bandung:Ideal. 1975.
Moh Ali. Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 1996


PERTANYAAN
1.     Metode-metode dalam pendidikan tentang menyalurkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan dalam jiwa. Dalam kalimat ini itu kekuatan seperti apa? (siti rustiana :112161)
2.     Apakah sama pendidikan islam dengan ilmu pendidikan islam? Kalau iya apa alasannya?kalau beda apa alasannya? (riska tri multiyaningtiyas :112177)
3.     Bagaimana peran dan cara pendidik untuk membentuk karakter anak secara islami? (siska rahmawati : 112174)
4.     Dalam pendidikan, jenis-jenis pendidikan itu seperti apa? (syarifa zulfa almahiroh : 112163)
5.     Jelaskan kekurangan dan kelebihan tentang metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab? (arina qodria :112177)
6.     Apa perbedaan pembelajaran dan pendidikan? (imayatul hidayah :112172)


                                                                                                   
JAWABAN
1.      Pendidikan tentang menyalurkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan dalam jiwa. Maksudnya itu guru mentransfer / menerangkan pelajaran kepada anak dan anak tersebut faham / mengerti apa yang diterangkan gurunya. Itu termasuk mempunyai kekuatan dalam mentrasfer pelajaran itu sehingga anak bisa mengerti / faham tentang pelajaran tersebut dan pelajaran itu disimpan didalam jiwa anak tersebut.
2.      Berbeda karena ilmu pendidikan islam adalah sebuah dasar yang kompleks dalam suatu sistem pendidikan islam, sedangkan pendidikan islam adalah sebuah proses pendidikan yang mengarah pada ajaran al-Qur’an dan hadits sebagai aplikasi dari ilmu pendidikan.
3.      Peran para pendidik untuk membentuk karakter anak secara alami,yaitu yang pertama adalah orang tua karena orang tua sangat penting dalam membentuk sifat dan karakter anak. Sehingga peran orang tua sangat penting dan berperan aktif sebagai pendidik dasar. Adapun caranya orang tua dalam mendidik anak berbeda-beda, antara lain dengan pendidikan melalui teladan, nasehat, cerita, kebiasaan yang positif,dll. Sehingga membentuk karakter anak secara alami.
4.      Ada 3 jenis pendidikan, yaitu:Pendidikan formal
1.      Pendidikan formal
adalah pendidikan yang ditempuh pada lembaga legal dan tahapan dalam pendidikan ini sangat jelas. Dalam pendidikan Formal,  peserta didik harus menempuh pendidikan dasar yang memiliki durasi waktu selama 9 (sembilan) tahun, Selanjutnya dilanjutkan ke tingkat SMA atau SMK, setelah itu para peserta didik juga ma$ih bi$a melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu ke Perguruan tinggi.Pendidikan Non-Formal.
2.      Pendidikan non-formal
biasanya terdapat pada anak usia belia ataupun sebagai pendidikan penunjang kegiatan belajar secara formal. Pendidikan non-formal  sangat mudah kita jumpai, seperti  hadirnya tempat kursus,  seperti  kursus bimbingan belajar, kurss menyanyi, kursus menari dan sebagainya. sedang  yang lainnya  bisa kita jumpai pendidikan di TPA untuk peserta didik beragama Muslim atau  sekolah Minggu untuk peserta didik beragama Kristen dan Khatolik.  Memang tidak semua lapisan masyarakat mampu mengenyam pendidikan non-formal, tapi banyak juga lembaga yang menyediakannya secara gratis.
3.       Pendidikan informal
Disebut sebagai pendidikan informal karena pendidikan ini dilakukan secara mandiri dari dalam diri sendiri yang memiliki kesadaran serta tanggung jawab yang penuh dalam proses penerapannya. Pendidikan informal biasanya dimulai dari lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Jika pendidikan ini dimulai dari ruang lingkup keluarga, maka peran orang tua sangatlah penting karena orang tua merupakan panutan pertama yang biasanya dijadikan teladan dari para peserta didik.  Maka dari itu, orang tua pun harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup sehingga dampak yang diharapkan akan berhasil dengan baik. sementara itu, pendidikan dari lingkungan masyarakat juga tidak kalah penting, karena peran masyarakat adalah sebagai penunjang pembentukan karakter seseorang.  Jika kita memiliki lingkungan masyarakat yang baik, maka para peserta didik pun akan menghormati dan menjalankan sesuai adat dan istiadat yang ada. Namun jika dilingkungkan masyarakat tidak memiliki perilaku yang baik, dikhawatirkan akan memiliki dampak yang buruk dalam perkembangan mental seseorang.
5.      A. Ceramah
Keunggulannya ialah penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak-banyaknya. Pengorganisasian kelas lebih sederhana, dapat memberikan motivasi terhadap siswa dalam belajar, fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan.
Kelemahannya ialah guru sering kali mengalami kesulitan dalam mengukur pemahaman siswa, siswa cenderung bersifat pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan guru, menyimbulkan rasa pendesakan pada siswa, cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang.
B. Diskusi
Keunggulannya ialah suasana kelas lebih hidup, dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa.
Kelemahannya ialah siswa ada yang tidak aktif, sulit menduga hasil yang dicapai, siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide
                  C. Tanya Jawab
Keunggulannya ialah situasi kelas akan hidup karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan buah fikirannya, melatih anak berani mengungkapkan pendapat dengan lisan.
Kelemahannya ialah memakan waktu lama, siswa merasa takut apabila guru kurang mampu mendorong siswanya untuk berani menciptakan suasana yang santai.
6.                  Pengajaran ialah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata yaitu supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berfikir kritis, sistematis, dan objektif serta ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu misalnya ketrampilan menulis, membaca,lari cepat, loncat tinggi, berenang, membuat pesawat radio, dan sebaginya. Dan Pendidikan ialah proses pengubah sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.




[1] Majid Abdul, M.Pd. Strategi Pembelajaran, Bndung: PT. REMAJA ROSDAKARYA. 2013.Hlm 283
[2] Ibid. Hlm 283
[3]  Ibid,Hlm 284
[4]  Ibid,Hlm 284
[5] Dr.Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press. 2002. Hlm 78
[6] DRS. Hery Noer Aly, MA. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. LOGOS Wacana Ilmu. 1999. Hlm 2
[7] .Dr,Hj,NUr Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam, Bandung;Pustaka Setia.1997 hlm 9-11
[8] Dr.Zakiah Darajat dkk. Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2001. Hlm 289
[9]  Ibid hlm 290
[10]  Ibid hlm 292
[11] Ibid hlm 295
[12] Ibid hlm 296
[13] Ibid hlm 298
[14]  Ibid hlm 301
[15] Ibid hlm 302
[16] Ibid hlm 304-305
[17] Ibid hlm 307
[18] Ibid hlm 310
[19] Op Cit. Harun Nasution. Hlm 183-213
[20] Drs. Bukhari Umar, M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH. 2010. Hlm 83
[21] Ibid hlm 3
[22] Ibid hlm 86-87
[23] .Op.Cit, Hj Nur Uhbiyati Hlm 72
[24] Op.Cit, Bukhari Umar hlm 87
[25] . ibid,Hlm 87
[26] . ibid, Hlm 88-89
[27] .ibid, Hlm 91
[28] . Ibid,Hlm 91-92
[29] . Ibid, Hlm 92-93
[30] .Ibid, Hlm 93-94
[31] .Ibid, Hlm 94-95
[32] .Ibid, Hlm 95-96
[33] .Ibid,Hlm 96
[34] .Ibid,Hlm 96-97
[35] .Ibid, Hlm 97
[36] Ibid, Hlm 97-98
[37] . Ibid, Hlm 98-100
[38] Nana Sudjana, APA DAN BAGAIMANA MENGAJAR, Bandung:Ideal, 1975,Hal:03
[39] Ibid, Hal:05
[40]  Moh Ali,Guru dalam proses belajar mengajar,Bandung:sinar baru algensindo,1996,Hlm 24-25

No comments:

Post a Comment