Friday, February 26, 2016

makalah pengelolaan kelas pembelajaran alquran hadits mts atau ma

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Association For Education Communication and Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang didalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan. (Abdul Majid, 2013;5)
Pendidikan Quran Hadits di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah sebagai bagian yang integral dari pendidikan agama. Memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian anak. Tetapi secara substansial mata pelajaran Quran Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada anak untuk mempraktikkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana terkandung dalam Quran dan Hadits. (Adri Efferi, 2009;2)
Berdasarkan penjelasan dari uraian diatas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran Quran Hadits diperlukan adanya rancangan serta teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran Quran Hadits dengan tujuan supaya peserta didik mampu memahami pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Tidak hanya itu pendidik juga dituntut untuk menciptakan berbagai metode yang akan dilakukan untuk mentransfer pengetahuan, sehingga dengan metode yang tepat dan mudah dipahami oleh peserta didik dan mampu memahami pelajaran Quran Hadits. Oleh karena itu, disini pemakalah akan membahas tentang teknik pembelajaran Quran Hadits. Banyak sekali teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran Quran Hadits, namun disini pemakalah memfokoskan pembahasannya tentang pengelolaan kelas dalam pembelajaran Quran Hadits.





B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya dalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana pengertian pengelolaan kelas
2.    Bagaimana tujuan pengelolaan kelas
3.    Bagaimana berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas
4.    Bagaimana prinsip-prinsip pengelolaan kelas
5.    Bagaimana komponen-komponen ketrampilan pengelolaan kelas


















BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengelolaan Kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut kedalam bahasa Indonesia, istilah Inggris tersebut lalu diindonesiakan menjadi “manajemen” atau “menejemen”. Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa pengelolaan berarti penyelenggaraan. Sedangkan jika dilihat dari aslinya, yaitu yang tersebut didalam The New Glorier Dictionary of The English Language. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien.
Menurut Drs. Winarno Hamiseno, pengelolaan adalah substantifa dari mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana, mengorganisasikan, melakksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya. (Suharsimi Arikunto, 1996;7)
Didalam Didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa, yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Dengan batasan pengertian seperti tersebut, maka ada 3 persyaratan untuk dapat terjadinya:
1.      Sekelompok anak, walaupun dalam waktu yang sama bersama-sama menerima pelajaran, tetap jika bukan pelajaran yang sama dan dari guru yang sama, namanya bukan kelas.
2.      Sekelompok anak yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama, tetapi dari guru yang berbeda, namanya bukan kelas.
3.      Sekelompok anak yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama tetapi jika pelajaran tersebut diberikan secara bergantian, namanya juga bukan kelas.
Jadi yang dimaksud dengan kelas adalah suatu pengertian yang terkandung dalam maksud seperti tersebut diatas. Dengan perkataan lain yang dimaksud disini adalah kelas dengan sistem pengajaran klasikal dalam pelaksanaan pengajaran secara tradisional.
Pengertian kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan:
1.      Pandangan dari segi siswa seperti dalam pembicaraan:
“Di kelas saya terdapat 20 siswa putra dan 15 siswa putri”
2.      Pandangan dari segi fisik seperti dalam contoh pemicaraan:
“Kelas ini berukuran 6x8 meter persegi”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari segi siswa pembicaraan cenderung pada hal-hal yang berkenaan dengan siswa, adapun dari segi fisik pembicaraannya tentang hal-hal yang berupa fisik seperti kondisi ruangan kelas.(Suharsimi Arikunto, 1996;17)
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Jadi, pengelolaan kelas yaitu kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. (Ahmad Sabri, 2005;89)
Pengelolaan siswa adalah pengaturan siswa dikelas  oleh guru yang sedang mengajar sehingga setiap siswa mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhannya. Didalam penciptaan suasana/lingkungan belajar, guru juga harus mengusahakan agar setiap siswa mendapat pelayanan secara maksimal menurut kebutuhan. Dengan demikian, maka pengertian pengelolaan kelas, dapat dikatakan sama dengan penciptaan lingkungan belajar.
Adapun perbedaan pengelolaan siswa dengan pengelolaan kelas adalah, kalau pengelolaas siswa mencakup ruang lingkup sekolah, maka pengelolaan kelas khusus membicarakan pengaturan siswa didalam sebuah kelas dalam hubungan belajar mengajar. (Suharsimi Arikunto, 1996;24)
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal. Sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Pengelolaan kelas meliputi dua hal, yakni;
1.      Pengelolaan yang menyangkut siswa
2.      Pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran)
Membuka jendela agar udara segar dapat masuk keruangan atau agar ruangan menjadi terang, menyalakan lampu listrik, menggeser papan tulis, mengatur meja, merupakan kegiatan pengelolaan kelas fisik. (Suharsimi Arikunto, 1996;67)
Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti; sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktfitas serta kreatifitas peserta didik.
Anne Forester dan Margeret dan dua guru di Kanada, dalam buku mereka yang popular “The Learners Way” berbicara tentang “menciptakan sebuah iklim kelas yang menyenangkan.” Mereka menyatakan bahwa variasi, kejutan, imajinasi, dan tantangan sangatlah penting dalam menciptakan iklim tersebut. Mendatangkan tamu yang mengejutkan, melakukan perjalanan misteri, kunjungan lapangan, program spontan, penelitian yang diusulkan siswa sendiri menambah pengayaan, disamping membaca, menulis, dan diskusi. Pembuatan drama dan pertunjukan dirangsang oleh bahan-bahan bacaan dan lebih banyak direncanakan oleh bahan-bahan bacaan dan lebih banyak direncanakan oleh anak-anak sendiri. (Abdul Majid, 2008;165)
Dari uraian diatas  dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan baik pendidik sebagai manager maupun peserta didik dalam mencapai suasana yang kondusif sehingga proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang optimal, yaitu erkaitan pengelolaan siswa yang menuruti perintah guru dan pengelolaan yang berbentuk fisik seperti ruangan kelas yang rapi, bersih dan nyaman digunakan dalam proses belajar.
2.      Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.
Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1)      Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya
2)      Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar ekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan menulur waktu bekerja, maka kelas tersebut tidak dikatakan tertib.
Jadi, beda antara (a) dan (b) adalah jika (a) anak tidak tahu akan tugas atau tidak dapat melakukan tugas, pada (b) anak tahu  dan dapat, tetapi kurang bergairah bekerja. (Suharsimi Arikunto, 1996;69).
Suasana lingkungan yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik bagi proses pembelajaran. Suasana belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreatifitas peserta didik. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan, bersih, dan rapi berperan penting dalam menunjang efektifitas pembelajaran. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru atau pengelola kelas untuk memberikan kenyamanan kepada siswa. Misalnya menghadirkan bunga dan tubuhan akan memberikan kesegaran diruang kelas.
Pengaturan ruangan, kursi, dan meja dimaksudkan untuk mendapatkan suasana baru. Ruangan diatur sedemikian rupa agar muncul suatu kenyamanan dalam belajar. Poster ikon dipasang untuk memberikan stimulus terhadap mereka tenteng pokok-pokok bahasan yang sedang dipelajari atau yang telah lalu. Sementara itu, pemasangan poster afirmasi dimaksudkan untuk memberikan untuk memberikan motivasi, sikap, mental positif dalam belajar. Guru dapat menggunakan poster ikon dan afirmasi, baik untuk media pembelajaran maupun sebagai sarana agar dapat menciptakan suasana yang menarik diruangan kelas. Selain itu, tujuan pemasangan poster ikon dan afirmasi agar tetap menjadi pengingat informasi dari awal pelajaran hingga selanjutnya. Dengan demikian, suasana-suasana positif yang diharapkan dapat tercapai sehingga memberikan kontribusi yang berarti terhadap peningkatan hasil belajar. Pengelolaan kelas yang baik akan menunjang terselenggaranya proses pembelajaran dikelas tersebut.
Pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan, diantaranya;
1)      Menyediakan dan menggunakan fasilitas yang tersedia untuk berbagai kegiatan agar mencapai hasil yang baik
2)      Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar
3)      Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar. (Khanifatul, 2013;28)
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
ü  Supaya setiap anak dapat belajar dengan tertib sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien
ü  Suasana yang kondusif juga menumbuhkan aktifitas dan menumbuhkan aktifitas serta kreatifitas peserta didik
ü  Pengelolaan kelas dengan pengaturan ruangan, meja dan kursi sedemikian rupa dengan tujuan agar muncul suatu kenyamanan dalam pembelajaran
3.      Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Kelas merupakan tempat yang dihuni oleh sekelompok manusia dengan berbagai latar belakang, karakter, kepribadian, tingkah laku, dan emosi yang berbeda-beda. Karena itu, dalam upaya untuk mengelola kelas menjadi lebih baik, diperlukan banyak hal guna mempermudah tugas manajemen itu sendiri.
Meski demikian, permasalahn utama dalam upaya pengelolaan atau mengelola kelas adalah para siswa itu sendiri. Artinya, pengelolaan kelas dilakukan tidak lain untuk meningkatkan dan mempertahankan gairah siswa dalam belajar, baik secara berkelompok maupun secara individual, sekaligus membantu para guru agar dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan efektif.
Sebuah kelas dapat dikatakan terkelola dengan baik apabila tercipta keharmonisan hubungan antara guru dengan siswa, tingginya kerja sama diantara siswa, serta terjaganya antusiasme siswa dalam mengikuti mata pelajarannya. Ini semua dapat terwujud manakala guru dapat melakukan tugas mengelola kelas dengan baik dan tepat.
Tanpa pendekatan yang tepat, maka pengelolaan kelas tak mungkin dapat dicapai. Oleh sebab itu, para guru perlu memahami pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan pada saat hendak melakukan upaya manajemen kelas. Berikut beberapa pendekatan yang bisa dipakai.
1.      Pendekatan Kekuasaan
Jangan bayangkan bahwa pendekatan dalam bentuk kekuasaan ini mengharuskan para guru menempatkan atau memosisikan dirinya sebagai seorang penguasa. Pendekatan kekuasaan di sini memiliki pengertian sebagai sikap konsisten dari seorang guru untuk menjadikan norma atau aturan-aturan dalam kelas sebagai acuan untuk menegakkan kedisiplinan.
Ketentuan tersebut didasarkan pada salah satu konsep dasar manajemen kelas yang tidak lain adalah proses untuk mengontrol serta membimbing para siswa agar mereka memiliki sikap disiplin dalam belajar. Dalam proses itu, peranan guru adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kalas, sehingga suasana belajar-mengajar dapat berlangsung dengan efektif.
2.      Pendekatan Ancaman
Ancaman juga dapat menjadi salah satu pedekatan yang perlu dilakukan guru untuk dapat memanajemen kelas dengan baik. Namun, ancaman di sini sepatutnya tidak dilakukan sesering mungkin dan hanya diterapkan manakala kondisi kelas sudah benar-benar tidak dapat dikendalikan. Selama guru masih mampu melakukan pendekatan lain di luar ancaman, maka akan lebih baik jika pendekatan dengan ancaman ini ditangguhkan.
Namun, suatu hal yang harus diingat, pendekatan ancaman harus dilakukan dalam taraf kewajaran dan diusahakan untuk tidak melukai perasaan siswa. Guru mungkin perlu memberi ancaman seperti penangguhan nilai, pemberian tugas tambahan, serta memberikan tugas-tugas lain yang sifatnya mendidik bagi mereka.
3.      Pendekatan Kebebasan
Pendekatan yang juga perlu dilakukan oleh guru untuk dapat memanajemen kelas dengan baik adalah pendekatan kebebasan. Artinya, guru harus membantu para siswa agar mereka merasa bebas mengerjakan sesuatu di dalam kelas, selama hal itu tidak menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Terkadang, siswa tidak nyaman apabila ada seorang guru yang terlalu over-protektif sehingga siswa tidak leluasa melakukan eksperimennya.
4.      Pendekatan Resep
Pendekatan resep sangat cocok dilakukan oleh guru sendiri. Dalam hal ini, kita perlu mencatat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mengajar dalam kelas. Ketentuan itu dibuat tidak semata-mata untuk kepentingan guru, melainkan juga untuk kepentingan pengaturan kelas. Oleh sebab itu, cobalah ingat kembali apa yang tidak disukai siswa pada saat kita mengajar, sehingga ketidaksukaan itu dapat menyebabkan situasi kelas menjadi kurang efektif.
5.      Pendekatan Pengajaran
Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pengajaran sekaligus mengimlementasikannya dalam kelas, merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk dapat mengelola kelas yang baik. Karena itu, buatlah perencanaan pengajaran yang matang sebelum kita masuk kelas dan patuhilah tahapan-tahapan yang sudah kita buat sebelumnya.
6.      Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sebagaimana prinsipnya, pengelolaan kelas dilakukan sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku siswa dalam kelas dari yang kurang baik menjadi baik. Oleh sebab itu, kita harus mampu melakukan pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku agar tujuan pengelolaan kelas dapat tercapai dengan baik.
Agar pendekatan ini dapat berjalan dengan efektif, sebaiknya kita perlu mencatat beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan kekacauan suasana dalam kelas, sekaligus mencatat hal-hal yang membuat siswa dapat menjaga suasana kelas tetap kondusif.
7.      Pendekatan Sosio-Emosional
Sebuah kelas dapat dikelola secara efisien selama guru mampu membina hubungan yang baik dengan siswa-siswinya. Pendekatan yang didasarkan kepada terjalinnya hubungan yang baik antara guru dengan siawa ini disebut dengan pendekatan sosio-emosional.
Suasana kelas juga akan lebih kondusif apabila hubungan siswa dengan siswa dapat terjalin dengan baik. Namun, untuk dapat mewujudkan hal ini, guru terlebih dulu harus mampu membangun komunikasi dan interaksi secara positif dengan para siswa.
8.      Pendekatan Kerja Kelompok
Pendekatan kerja kelompok dengan model ini membutuhkan kemampuan guru  dalam menciptakan momentum yang dapat mendorong kelompok-kelompok di dalam kelas menjadi kelompok yang produktif. Di samping itu, pendekatan ini juga mengharuskan guru untuk mampu menjaga kondisi hubungan antar kelompok  agar dapat selalu berjalan dengan baik.
Hal yang sering dilakukan untuk menerapkan pendekatan ini adalah dengan memberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok. Di satu sisi, pendekatan ini memang dapat membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk berdiskusi dan berinteraksi.
9.      Pendekatan Elektis atau Pluralistis
Pendekatan elektis biasanya menekankan pada potensi, kretivitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan berdasarkan situasi yang dihadapinya.  Pendekatan elektis atau pendekatan pluralistis, yaitu pengelolaan kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi menciptakan proses belajar-mengajar agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. (Salman Rusydie, 2011;33)
4.      Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Seorang guru sudah dapat memahami dengan baik perihal definisi manajemen kelas, namun hal itu tidak selalu menjamin mereka dapat mengelola kelas secara efektif. Sebab, dalam manajemen kelas terdapat prinsip-prinsip mendasar yang juga harus dipahami dengan baik oleh para guru.
Secara umum, kondusif tidaknya suatu kelas sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. Kedua faktor ini penting diperhatikan oleh para guru agar mereka dapat mengetahui akar dari berbagai persoalan yang setiap saat bisa muncul di kelas.
Faktor internal siswa biasanya berhubungan erat dengan masalah-masalah emosi, pikiran, dan perilaku siswa. Sedangkan faktor eksternal siswa biasanya sangat berkaitan erat dengan masalah lingkungan di mana mereka belajar, penempatan siswa, pengelompokan, jumlah, dan bahkan lingkungan keluarga.
1.      Guru Harus Hangat dan Antusias
Agar kelas dapat dikelola dengan baik, seorang guru harus bersikap hangat dan antusias kepada siswa.
a.       Tips Agar Dapat Bersikap Hangat Kepada Siswa
Guru yang dapat menjalin hubungan hangat dengan siswa-siswanya, akan mudah menarik simpati siswa. Jika siswa sudah merasa sangat akrab dan dekat dengan gurunya, maka proses pembelajaran pun menjadi semakin mengasyikkan.
b.      Tips Bersikap Antusias kepada Siswa
Selain memiliki kehangatan, seorang guru juga harus bersikap antusias pada siswa. Antusias di disini berarti kita sungguh-sungguh menaruh perhatian terhadap kemajuan siswa. Tidak ada perlakuan khusus bagi siswa tertentu, misalnya siswa yang lebih pintar, lebih kaya, orang tuanya lebih berpengaruh, atau bahkan karena anaknya sendiri. Semua siswa diperlakukan setara selama di dalam kelas, sehingga tidak ada kecemburuan di antara mereka.
2.      Guru Harus Mampu Memberikan Tantangan
Setiap siswa biasanya sangat menyukai beberapa tantangan yang mengusik rasa ingin tahu mereka. Karena itu, kita harus mampu memberikan tantangan yang dapat memancing antusiasme siswa dalam mengikuti pelajarannya. Sebuah tantangan dapat  pelajaran yang memang dirancang untuk memberikan tantangan pada siswa. Kemampuan seorang guru dalam memberikan tantangan pada siswa-siswanya dapat meningkatkan gairah mereka untuk belajar, sehingga hal itu dapat mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.      Guru Harus Mampu Bersikap Luwes
Sikap guru dalam menghadapi dan memperlakukan siswa-siswanya juga merupakan faktor yang tak kalah penting untuk diperhatikan. Jika kita terlalu kaku dalam menghadapi siswa, maka akan timbul kesenjangan di antara guru dan siswa. Siswa akan memandang guru sebagai orang asing yang segala perkataannya harus diperhatikan. Jika kekakuan semacam ini tidak segera diatasi, siswa akan cenderung merasa malas dan tidak mau memperhatikan penjelasan gurunya.
Karena itu, setiap guru harus mampu bersikap luwes terhadap siswanya. Di dalam kelas, guru tidak harus memosisikan diri sebagai orang yang serba tahu. Sesekali, dalam waktu tertentu, guru juga harus mampu menempatkan dirinya sebagai seorang “saudara”, “orang tua”, maupun “sahabat” bagi siswa-siswinya.
4.      Beri Penekanan Pada Hal Positif
Dalam kenyataannya, kita memang sering melihat tingkah laku atau sikap dari beberapa siswa yang kurang menyenangkan, di samping hal-hal yang membanggakan. Meski demikian, kita tidak boleh terlalu fokus pada hal-hal negatif yang dilakukan oleh mereka. Berilah penekanan pada hal-hal positif yang pernah dilakukan oleh siswa.
Perlu diketahui bahwa dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari terlalu fokus pada hal-hal negatif. Dalam kelas, pandangan dan sikap guru terhadap suatu hal dapat memberikan pengaruh besar bagi siswa. Jika guru bersikap antisipasi terhadap siswa yang kelakuannya negatif, maka hal itu juga akan menimbulkan reaksi negatif dari siswa yang lain. Karena itu, guru juga harus fokus pada berbagai hal positif yang pernah dilakukan siswa. Sekalipun guru harus memberikan peringatan, akan lebih baik jika hal itu disampaikan secara tertutup. Cukup kita dengan individu yang bersangkutan saja, bukannya mengumumkannya di depan kelas.
5.      Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah bagaimana agar anak didik dapat mengembangkan sikap disiplin dengan baik. Begitu pula halnya dengan guru. Untuk mewujudkan tujuan itu, tentu saja kita, sebagai guru, harus memberikan teladan yang sesuai. Seorang guru tidak mungkin dapat mengelola kelas dengan baik jika mereka juga kurang disiplin. Tunjukkan kepada siswa bahwa guru juga menjunjung tinggi sikap disiplin dengan mempraktikkannya secara langsung.
Demikianlah beberapa prinsip dasar dalam manajemen kelas. Tanpa memahami prinsip-prinsip tersebut, maka berbagai upaya untuk dapat mengelola kelas dengan baik mungkin tidak akan dapat berjalan  sebagaimana yang diharapkan. (Salman Rusydie, 2011; 56)
5.      Komponen-Komponen Ketrampilan Pengelolaan Kelas
Sistem pengajaran kelas telah mendudukkan guru pada suatu tempat yang sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap interaksi belajar-mengajar yang diciptakannya. Berbagai peranan guru, dibutuhkan keterampilan dalam pelaksanaannya. Mengajar merupakan usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang baik itu.
1.      Aspek materi
Pada bagian pertama ini berhubungan erat dengan masalah bahan yang dikontakkan kepada siswa. Tentang bagaimana menarik perhatian siswa pada bahan yang baru, bagaimana perhatian guru terhadap bahan yang sedang dibahas, bagaimana urutan penyajian bahan, bagaimana menciptakan hubungan dalam rangka membahas, dan bagaimana mengakhiri pembahasan. Untuk ini akan dibicarakan satu per satu.
a)      Interes
Yang dimaksud dengan interes dalam hal ini ialah usaha guru untuk menarik atau membawa perhatian siswa pada materi pembelajaran yang baru. 
b)      Titik Pusat
Yang dimaksud dengan titik pusat ialah bahwa apa yang diuraikan, dikemukakan dan dijelaskan oleh guru benar-benar terpusat pada bahasa yang sedang digarap bersama.
c)      Rantai Kognitif
Ialah urutan-urutan atau sistematika dalam penyampaian bahan pelajaran. Ini dapat dilihat pada persiapan mengajar (PPSI) atau diketahui pada waktu guru menyampaikan pelajaran.
d)     Kontak
yang dimaksud dengan kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniah antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan yang sedang dibahas bersama.
e)      Penutup
Penutup dalam hal ini dimaksudkan sebagai cara guru dalam mengakhiri penjelasan atau pembahasan suatu pokok bahasan.
2.      Modal kesiapan
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai berbagai sikap yang harus diperhatikan guru selama memimpin belajar siswa. Ini meliputibaik sikap tubuh pada waktu mengajar, sikap terhadap kondisi ruang atau jumlah siswa, serta guru dalam berbusana.
1)      Gerak
Gerak dari anggota badan dalam memberikan bahan pelajaran sangat besar peranannya untuk menjelaskan atau menegaskan hal-hal yang penting. Orang akan lebih jelas dalam memahami sesuatu di samping melalui pendengaran juga disertai pengamatan melalui mata.


2)      Suara
Yang termasuk dalam pengertian suara ini ialah kekuatan atau kekerasan, lagu bicara (intonasi), tekanan bicara dan kelancaran bicara.
·         Kekuatan atau kekerasan
Sama halnya dengan gerakan, suara yang terlampau keras atau sebaliknya terlalu lemah akan memberikan hasil belajar yang buruk.
·         Lagu atau tekanan suara
3)      Titik perhatian
Maksudnya pengamatan guru terhadap masing-masing siswa selama interaksi belajar-mengajar berlangsung.
            Perilaku negatif yang mungkin terjadi pada siswa selama interaksi berlangsung antara lain ialah:
-          Siswa terlambat masuk kelas
-          Siswa bermain sendiri
-          Siswa menggangu temannya
4)      Variasi penggunaan media
Alat-alat pengajaran sebagai media komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan. Pertama, adalah alat-alat yang merupakan benda sebenarnya yang memberikan pengalaman langsung dan nyata. Kedua, alat yang merupakan benda pengganti yang sering kali dalam bentuk tiruan dari benda sebenarnya. Ini memberikan pengalaman buatan atau tidak langsung. Ketiga, ialah bahasa baik lisan maupun tertulis memberikan pengalaman melalui bahasa. Peranan media dalam proses belajar sudah tidak diragukan lagi karena dapat:
-          Menghemat waktu belajar
-          Memudahkan pemahaman
-          Meningkatkan perhatian siswa
5)      Variasi interaksi
Ialah frekuensi atau banyak sedikitnya pergantian aksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa secara tepat.
Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan adanya variasi interaksi tersebut misalnya suasana kelas menjadi hidup dan beberapa hal dapat dengan cepat diketahui misalnya:
-          Kebutuhan dan minat siswa
-          Seberapa jauh mata pelajaran dapat diterima oleh siswa
-          Ada tidaknya kontak antara guru dan siswa
3.      Keterampilan operasional
Keterampilan yang perlu dikembangkan dalam interaksi belajar-mengajar meliputi:
a.       Membuka pelajaran
b.      Mendorong dan melibatkan siswa
c.       Mengajukan pertanyaan
d.      Menggunakan isyarat nonverbal
e.       Menanggapi siswa
f.       Menggunakan waktu
g.      Mengakhiri pelajaran (Sardiman, 1995 ;192-217)
Secara umum komponen pengelolaan kelas terbagi menjadi 2, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan penembangan kondisi belajar yang optimal.
1.      keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).
Keterampilan ini berhibungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif  dan mengandalikan serta aktifitas-aktifitas yang yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:
a.       sikap guru, guru harus bersikap tanggap terhadap segala aktifitas belajar dan kegiatan sisiwa dikelas.
1)      Memandang secar seksama ke seluruh sudut ruangan dan kepada seluruh siswa secara bergantian.
2)      Gerak mendekati, yaitu guru mendekati siswa yang menimbulkan gangguan atau kepada siswa yang menunjukan aktifitas belajar yang baik dan tekun dikelas.
3)      Member pernyataan positif terhadap perilaku siswa baik dan positif  serta pernyataan nasehat atau teguran terhadap perilaku siswa yang bersikap negative
4)      Memberi reaksi terhadap gangguan  dan kekacauan yang dilakuakan atau diakibatkan oleh siswa.
b.      Membagi perhatian, guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Dapat dilakukan dengan cara:
1)      Visual, dengan memandang mata atau gerakan lainya
2)      Verbal, yaitu dengan kata-kata.
c.       Pemusatan perhatian kelompok, guru mengambil  inisiatif dan mempertahankan perhatian siswa dan memberitahukan (dapat berupa tanda-tanda) bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau subkelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang, untuk. Untuk itu ada beberapa hak yang dapat dilakukan guru yaitu:
1)      Memberi tanda
2)      Pertanggungan jawab
3)      Penagrahan dan petunjuk yang jelas
4)      Penghentian
5)      Penguatan
6)      Kelancaran (smoothness)
Untuk kelancara proses pembelajran hal dibawah ini perlu dihindari yaitu, bertele-tele (overdwelling) dan mengulangi penjelasa nyang tida perlu.
2.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi berlajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan sikap tanggap guru terhadap gangguan yang disebabkan oleh siswa yang berkelanjutan, dan bertujuan mengembalikan kondisi belajr yang optimal. Dalam tingkatan tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus memerus menimbulkan gangguan dikelas. Menurut Mulyasa strategi yang dapat dikembangkan adalah sebagi berikut:
a.       Modifikasi tingakah laku, dengan cara-cara:
1)      Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan
2)      Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan
3)      Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman
b.      Pendekatan pemecahan masalh kelompok melalui
1)      Peningkatan kerjasama dan keterlibatan
2)      Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul
c.       Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah dengan cara-cara:
1)      Mengabaikan yang direncanakan
2)      Campurtangan dengan isyarat
3)      Mengawasi secara ketat
4)      Menagkui perasaan negatife peserta didik
5)      Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya
6)      Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi
7)      Menyusun kembali program belajar
8)      Menghilangkan ketegangan dengan humor
9)      Mengekang secara fisik.














BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
1.      Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar
2.      Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien
3.      Berikut beberapa pendekatan yang bisa dipakai;
·         Pendekatan Kekuasaan
·         Pendekatan Ancaman
·         Pendekatan Kebebasan
·         Pendekatan Resep
·         Pendekatan Pengajaran
·         Pendekatan Perubahan tingkah laku
·         Pendekatan Sosio-Emosional
·         Pendekatan Kerja kelompok
·         Pendekatan Pluralistik
4.      Adapun Prinsip-Prinsip dalam pengelolaan kelas antara lain;
·         Guru Harus Hangat dan Antusias
·         Guru Harus Mampu Memberikan Tantangan
·         Guru Harus Mampu Bersikap Luwes
·         Beri Penekanan Pada Hal Positif
·         Penanaman Disiplin Diri
5.      Komponen-komponen ketrampilan pengelolaan kelas antara lain;
1.      Aspek materi :
a.       Interes
b.      Titik pusat
c.       Rantai kognitif
d.      Kontak
e.       Penutup

2.      Modal kesiapan :
a.       Gerak
b.      Suara
c.       Titik perhatian
d.      Variasi penggunaan media
e.       Variasi interaksi
f.       Isyarat (verbal)
g.      Waktu selang

3.      Ketrampilan operasional :
a.       Membuka pelajaran
b.      Mendorong dan melibatkan siswa
c.       Mengajukan pertanyaan
d.      Menggunakan isyarat nonverbal
e.       Menanggapi siswa
f.       Menggunakan waktu
g.      Mengakhiri pelajaran













DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013
Adri Efferi, Materi Pembelajaran Quran Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching, Ciputat, 2005
Khanifatul, Pembelajaran Inovatif, Ar-Razz Media, Yogyakarta, 2013
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Management Kelas, Diva Press, Jogjakarta, 2011

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, PT Bumi Aksara, Jakarta, 1996

No comments:

Post a Comment