BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu konsep
dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan
diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan
sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Association For Education Communication and
Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran merupakan bagian dari
pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang didalamnya terdiri dari
komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan,
peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan. (Abdul Majid, 2013;5)
Pendidikan Quran Hadits di Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah sebagai bagian yang integral dari pendidikan
agama. Memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak
dan kepribadian anak. Tetapi secara substansial mata pelajaran Quran Hadits
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada anak untuk mempraktikkan
nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana terkandung dalam
Quran dan Hadits. (Adri Efferi, 2009;2)
Berdasarkan penjelasan dari uraian
diatas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran Quran Hadits diperlukan
adanya rancangan serta teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran Quran
Hadits dengan tujuan supaya peserta didik mampu memahami pembelajaran yang
disampaikan oleh pendidik. Tidak hanya itu pendidik juga dituntut untuk
menciptakan berbagai metode yang akan dilakukan untuk mentransfer pengetahuan, sehingga dengan metode yang tepat dan
mudah dipahami oleh peserta didik dan mampu memahami pelajaran Quran Hadits.
Oleh karena itu, disini pemakalah akan membahas tentang teknik pembelajaran
Quran Hadits. Banyak sekali teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran
Quran Hadits, namun disini pemakalah memfokoskan pembahasannya tentang
pengelolaan kelas dalam pembelajaran Quran Hadits.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalahnya dalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
pengertian pengelolaan kelas
2.
Bagaimana
tujuan pengelolaan kelas
3.
Bagaimana
berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas
4.
Bagaimana
prinsip-prinsip pengelolaan kelas
5.
Bagaimana
komponen-komponen ketrampilan pengelolaan kelas
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut
kedalam bahasa Indonesia, istilah Inggris tersebut lalu diindonesiakan menjadi
“manajemen” atau “menejemen”. Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, disebutkan
bahwa pengelolaan berarti penyelenggaraan. Sedangkan jika dilihat dari aslinya,
yaitu yang tersebut didalam The New
Glorier Dictionary of The English Language. Dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola
dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien.
Menurut Drs. Winarno Hamiseno, pengelolaan adalah substantifa dari
mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari
penyusunan data, merencana, mengorganisasikan, melakksanakan sampai dengan
pengawasan dan penilaian. Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan menghasilkan
sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan peningkatan
pengelolaan selanjutnya. (Suharsimi Arikunto, 1996;7)
Didalam Didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas,
yaitu sekelompok siswa, yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama
dari guru yang sama. Dengan batasan pengertian seperti tersebut, maka ada 3
persyaratan untuk dapat terjadinya:
1.
Sekelompok
anak, walaupun dalam waktu yang sama bersama-sama menerima pelajaran, tetap
jika bukan pelajaran yang sama dan dari guru yang sama, namanya bukan kelas.
2.
Sekelompok
anak yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama, tetapi dari guru
yang berbeda, namanya bukan kelas.
3.
Sekelompok
anak yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama tetapi jika
pelajaran tersebut diberikan secara bergantian, namanya juga bukan kelas.
Jadi yang dimaksud dengan kelas adalah suatu pengertian yang
terkandung dalam maksud seperti tersebut diatas. Dengan perkataan lain yang
dimaksud disini adalah kelas dengan sistem pengajaran klasikal dalam
pelaksanaan pengajaran secara tradisional.
Pengertian kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua
pandangan:
1.
Pandangan
dari segi siswa seperti dalam pembicaraan:
“Di kelas saya terdapat 20 siswa
putra dan 15 siswa putri”
2.
Pandangan
dari segi fisik seperti dalam contoh
pemicaraan:
“Kelas ini berukuran 6x8 meter
persegi”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari segi siswa pembicaraan
cenderung pada hal-hal yang berkenaan dengan siswa, adapun dari segi fisik
pembicaraannya tentang hal-hal yang berupa fisik seperti kondisi ruangan
kelas.(Suharsimi Arikunto, 1996;17)
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi
gangguan dalam proses belajar-mengajar. Jadi, pengelolaan kelas yaitu
kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal
bagi terjadinya proses belajar-mengajar. (Ahmad Sabri, 2005;89)
Pengelolaan siswa adalah pengaturan siswa dikelas oleh guru yang sedang mengajar sehingga
setiap siswa mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhannya. Didalam penciptaan
suasana/lingkungan belajar, guru juga harus mengusahakan agar setiap siswa
mendapat pelayanan secara maksimal menurut kebutuhan. Dengan demikian, maka
pengertian pengelolaan kelas, dapat dikatakan sama dengan penciptaan lingkungan
belajar.
Adapun perbedaan pengelolaan siswa dengan pengelolaan kelas adalah,
kalau pengelolaas siswa mencakup ruang lingkup sekolah, maka pengelolaan kelas
khusus membicarakan pengaturan siswa didalam sebuah kelas dalam hubungan
belajar mengajar. (Suharsimi Arikunto, 1996;24)
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung
jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai
kondisi yang optimal. Sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang
diharapkan.
Pengelolaan kelas meliputi dua hal, yakni;
1.
Pengelolaan
yang menyangkut siswa
2.
Pengelolaan
fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran)
Membuka jendela agar udara segar dapat masuk keruangan atau agar
ruangan menjadi terang, menyalakan lampu listrik, menggeser papan tulis,
mengatur meja, merupakan kegiatan pengelolaan kelas fisik. (Suharsimi Arikunto,
1996;67)
Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas
belajar yang menyenangkan, seperti; sarana, laboratorium, pengaturan
lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta
didik dengan guru dan diantara peserta didik itu sendiri, serta penataan
organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat sesuai dengan kemampuan dan
perkembangan peserta didik. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan
semangat dan menumbuhkan aktfitas serta kreatifitas peserta didik.
Anne Forester dan Margeret dan dua guru di Kanada, dalam buku
mereka yang popular “The Learners Way” berbicara tentang “menciptakan sebuah
iklim kelas yang menyenangkan.” Mereka menyatakan bahwa variasi, kejutan,
imajinasi, dan tantangan sangatlah penting dalam menciptakan iklim tersebut.
Mendatangkan tamu yang mengejutkan, melakukan perjalanan misteri, kunjungan
lapangan, program spontan, penelitian yang diusulkan siswa sendiri menambah
pengayaan, disamping membaca, menulis, dan diskusi. Pembuatan drama dan pertunjukan
dirangsang oleh bahan-bahan bacaan dan lebih banyak direncanakan oleh
bahan-bahan bacaan dan lebih banyak direncanakan oleh anak-anak sendiri. (Abdul
Majid, 2008;165)
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan baik
pendidik sebagai manager maupun peserta didik dalam mencapai suasana yang
kondusif sehingga proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang optimal,
yaitu erkaitan pengelolaan siswa yang menuruti perintah guru dan pengelolaan
yang berbentuk fisik seperti ruangan kelas yang rapi, bersih dan nyaman
digunakan dalam proses belajar.
2.
Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas itu dapat
bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif
dan efesien.
Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1) Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang
terhenti karena tidak tahu akan tugas
yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan
tugas yang diberikan kepadanya
2)
Setiap
anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan
bekerja secepatnya agar ekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi
mengerjakannya kurang bergairah dan menulur waktu bekerja, maka kelas tersebut
tidak dikatakan tertib.
Jadi, beda antara (a) dan (b) adalah jika (a) anak tidak tahu akan tugas atau tidak dapat
melakukan tugas, pada (b) anak tahu dan
dapat, tetapi kurang bergairah bekerja. (Suharsimi
Arikunto, 1996;69).
Suasana lingkungan yang kondusif merupakan faktor pendorong yang
dapat memberikan daya tarik bagi proses pembelajaran. Suasana belajar yang
menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta
kreatifitas peserta didik. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman,
menyenangkan, bersih, dan rapi berperan penting dalam menunjang efektifitas
pembelajaran. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru atau pengelola kelas
untuk memberikan kenyamanan kepada siswa. Misalnya menghadirkan bunga dan
tubuhan akan memberikan kesegaran diruang kelas.
Pengaturan ruangan, kursi, dan meja dimaksudkan untuk mendapatkan
suasana baru. Ruangan diatur sedemikian rupa agar muncul suatu kenyamanan dalam
belajar. Poster ikon dipasang untuk memberikan stimulus terhadap mereka tenteng
pokok-pokok bahasan yang sedang dipelajari atau yang telah lalu. Sementara itu,
pemasangan poster afirmasi dimaksudkan untuk memberikan untuk memberikan
motivasi, sikap, mental positif dalam belajar. Guru dapat menggunakan poster
ikon dan afirmasi, baik untuk media pembelajaran maupun sebagai sarana agar
dapat menciptakan suasana yang menarik diruangan kelas. Selain itu, tujuan
pemasangan poster ikon dan afirmasi agar tetap menjadi pengingat informasi dari
awal pelajaran hingga selanjutnya. Dengan demikian, suasana-suasana positif
yang diharapkan dapat tercapai sehingga memberikan kontribusi yang berarti
terhadap peningkatan hasil belajar. Pengelolaan kelas yang baik akan menunjang
terselenggaranya proses pembelajaran dikelas tersebut.
Pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan,
diantaranya;
1) Menyediakan dan menggunakan fasilitas yang tersedia untuk berbagai
kegiatan agar mencapai hasil yang baik
2) Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar
3) Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar.
(Khanifatul, 2013;28)
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan tujuan pengelolaan kelas
adalah sebagai berikut:
ü Supaya setiap anak dapat belajar dengan tertib sehingga mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien
ü Suasana yang kondusif juga menumbuhkan aktifitas dan menumbuhkan
aktifitas serta kreatifitas peserta didik
ü Pengelolaan kelas dengan pengaturan ruangan, meja dan kursi
sedemikian rupa dengan tujuan agar muncul suatu kenyamanan dalam pembelajaran
3.
Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Kelas merupakan tempat yang dihuni oleh sekelompok manusia dengan
berbagai latar belakang, karakter, kepribadian, tingkah laku, dan emosi yang
berbeda-beda. Karena itu, dalam upaya untuk mengelola kelas menjadi lebih baik,
diperlukan banyak hal guna mempermudah tugas manajemen itu sendiri.
Meski demikian, permasalahn utama dalam upaya pengelolaan atau
mengelola kelas adalah para siswa itu sendiri. Artinya, pengelolaan kelas
dilakukan tidak lain untuk meningkatkan dan mempertahankan gairah siswa dalam
belajar, baik secara berkelompok maupun secara individual, sekaligus membantu
para guru agar dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan efektif.
Sebuah kelas dapat dikatakan terkelola dengan baik apabila tercipta
keharmonisan hubungan antara guru dengan siswa, tingginya kerja sama diantara
siswa, serta terjaganya antusiasme siswa dalam mengikuti mata pelajarannya. Ini
semua dapat terwujud manakala guru dapat melakukan tugas mengelola kelas dengan
baik dan tepat.
Tanpa pendekatan yang tepat, maka pengelolaan kelas tak mungkin
dapat dicapai. Oleh sebab itu, para guru perlu memahami pendekatan-pendekatan
yang harus dilakukan pada saat hendak melakukan upaya manajemen kelas. Berikut
beberapa pendekatan yang bisa dipakai.
1.
Pendekatan Kekuasaan
Jangan bayangkan bahwa pendekatan
dalam bentuk kekuasaan ini mengharuskan para guru menempatkan atau memosisikan
dirinya sebagai seorang penguasa. Pendekatan kekuasaan di sini memiliki
pengertian sebagai sikap konsisten dari seorang guru untuk menjadikan norma
atau aturan-aturan dalam kelas sebagai acuan untuk menegakkan kedisiplinan.
Ketentuan tersebut didasarkan pada
salah satu konsep dasar manajemen kelas yang tidak lain adalah proses untuk
mengontrol serta membimbing para siswa agar mereka memiliki sikap disiplin
dalam belajar. Dalam proses itu, peranan guru adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kalas, sehingga suasana belajar-mengajar
dapat berlangsung dengan efektif.
2.
Pendekatan Ancaman
Ancaman juga dapat menjadi salah
satu pedekatan yang perlu dilakukan guru untuk dapat memanajemen kelas dengan
baik. Namun, ancaman di sini sepatutnya tidak dilakukan sesering mungkin dan
hanya diterapkan manakala kondisi kelas sudah benar-benar tidak dapat
dikendalikan. Selama guru masih mampu melakukan pendekatan lain di luar
ancaman, maka akan lebih baik jika pendekatan dengan ancaman ini ditangguhkan.
Namun, suatu hal yang harus diingat,
pendekatan ancaman harus dilakukan dalam taraf kewajaran dan diusahakan untuk
tidak melukai perasaan siswa. Guru mungkin perlu memberi ancaman seperti
penangguhan nilai, pemberian tugas tambahan, serta memberikan tugas-tugas lain
yang sifatnya mendidik bagi mereka.
3.
Pendekatan Kebebasan
Pendekatan yang juga perlu dilakukan
oleh guru untuk dapat memanajemen kelas dengan baik adalah pendekatan
kebebasan. Artinya, guru harus membantu para siswa agar mereka merasa bebas
mengerjakan sesuatu di dalam kelas, selama hal itu tidak menyimpang dari
peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Terkadang, siswa tidak
nyaman apabila ada seorang guru yang terlalu over-protektif sehingga
siswa tidak leluasa melakukan eksperimennya.
4.
Pendekatan Resep
Pendekatan resep sangat cocok
dilakukan oleh guru sendiri. Dalam hal ini, kita perlu mencatat beberapa hal
yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mengajar dalam kelas. Ketentuan itu
dibuat tidak semata-mata untuk kepentingan guru, melainkan juga untuk
kepentingan pengaturan kelas. Oleh sebab itu, cobalah ingat kembali apa yang
tidak disukai siswa pada saat kita mengajar, sehingga ketidaksukaan itu dapat
menyebabkan situasi kelas menjadi kurang efektif.
5.
Pendekatan Pengajaran
Kemampuan guru dalam membuat
perencanaan pengajaran sekaligus mengimlementasikannya dalam kelas, merupakan
pendekatan yang sangat efektif untuk dapat mengelola kelas yang baik. Karena
itu, buatlah perencanaan pengajaran yang matang sebelum kita masuk kelas dan
patuhilah tahapan-tahapan yang sudah kita buat sebelumnya.
6.
Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sebagaimana prinsipnya, pengelolaan
kelas dilakukan sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku siswa dalam kelas
dari yang kurang baik menjadi baik. Oleh sebab itu, kita harus mampu melakukan
pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku agar tujuan pengelolaan kelas
dapat tercapai dengan baik.
Agar pendekatan ini dapat berjalan
dengan efektif, sebaiknya kita perlu mencatat beberapa kegiatan yang dapat
mengakibatkan kekacauan suasana dalam kelas, sekaligus mencatat hal-hal yang
membuat siswa dapat menjaga suasana kelas tetap kondusif.
7. Pendekatan
Sosio-Emosional
Sebuah kelas dapat dikelola secara
efisien selama guru mampu membina hubungan yang baik dengan siswa-siswinya.
Pendekatan yang didasarkan kepada terjalinnya hubungan yang baik antara guru
dengan siawa ini disebut dengan pendekatan sosio-emosional.
Suasana kelas juga akan lebih
kondusif apabila hubungan siswa dengan siswa dapat terjalin dengan baik. Namun,
untuk dapat mewujudkan hal ini, guru terlebih dulu harus mampu membangun
komunikasi dan interaksi secara positif dengan para siswa.
8. Pendekatan
Kerja Kelompok
Pendekatan kerja kelompok dengan
model ini membutuhkan kemampuan guru
dalam menciptakan momentum yang dapat mendorong kelompok-kelompok di
dalam kelas menjadi kelompok yang produktif. Di samping itu, pendekatan ini
juga mengharuskan guru untuk mampu menjaga kondisi hubungan antar kelompok agar dapat selalu berjalan dengan baik.
Hal yang sering dilakukan untuk
menerapkan pendekatan ini adalah dengan memberikan beberapa tugas yang harus
dikerjakan siswa secara berkelompok. Di satu sisi, pendekatan ini memang dapat
membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk berdiskusi dan
berinteraksi.
9. Pendekatan
Elektis atau Pluralistis
Pendekatan elektis biasanya menekankan
pada potensi, kretivitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih
berbagai pendekatan berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis atau pendekatan
pluralistis, yaitu pengelolaan kelas dengan menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi menciptakan proses belajar-mengajar agar dapat
berjalan secara efektif dan efisien. (Salman Rusydie, 2011;33)
4. Prinsip-Prinsip
Pengelolaan Kelas
Seorang guru sudah dapat memahami dengan baik perihal definisi
manajemen kelas, namun hal itu tidak selalu menjamin mereka dapat mengelola
kelas secara efektif. Sebab, dalam manajemen kelas terdapat prinsip-prinsip
mendasar yang juga harus dipahami dengan baik oleh para guru.
Secara umum, kondusif tidaknya suatu kelas sangat dipengaruhi oleh
dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. Kedua
faktor ini penting diperhatikan oleh para guru agar mereka dapat mengetahui
akar dari berbagai persoalan yang setiap saat bisa muncul di kelas.
Faktor internal siswa biasanya berhubungan erat dengan
masalah-masalah emosi, pikiran, dan perilaku siswa. Sedangkan faktor eksternal
siswa biasanya sangat berkaitan erat dengan masalah lingkungan di mana mereka
belajar, penempatan siswa, pengelompokan, jumlah, dan bahkan lingkungan
keluarga.
1. Guru
Harus Hangat dan Antusias
Agar kelas dapat dikelola dengan
baik, seorang guru harus bersikap hangat dan antusias kepada siswa.
a. Tips Agar Dapat Bersikap Hangat
Kepada Siswa
Guru yang dapat menjalin hubungan
hangat dengan siswa-siswanya, akan mudah menarik simpati siswa. Jika siswa
sudah merasa sangat akrab dan dekat dengan gurunya, maka proses pembelajaran
pun menjadi semakin mengasyikkan.
b. Tips Bersikap Antusias kepada Siswa
Selain memiliki kehangatan, seorang
guru juga harus bersikap antusias pada siswa. Antusias di disini berarti kita
sungguh-sungguh menaruh perhatian terhadap kemajuan siswa. Tidak ada perlakuan
khusus bagi siswa tertentu, misalnya siswa yang lebih pintar, lebih kaya, orang
tuanya lebih berpengaruh, atau bahkan karena anaknya sendiri. Semua siswa
diperlakukan setara selama di dalam kelas, sehingga tidak ada kecemburuan di
antara mereka.
2. Guru
Harus Mampu Memberikan Tantangan
Setiap siswa biasanya sangat
menyukai beberapa tantangan yang mengusik rasa ingin tahu mereka. Karena itu,
kita harus mampu memberikan tantangan yang dapat memancing antusiasme siswa
dalam mengikuti pelajarannya. Sebuah tantangan dapat pelajaran yang memang dirancang untuk
memberikan tantangan pada siswa. Kemampuan seorang guru dalam memberikan
tantangan pada siswa-siswanya dapat meningkatkan gairah mereka untuk belajar,
sehingga hal itu dapat mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang.
3. Guru
Harus Mampu Bersikap Luwes
Sikap guru dalam menghadapi dan
memperlakukan siswa-siswanya juga merupakan faktor yang tak kalah penting untuk
diperhatikan. Jika kita terlalu kaku dalam menghadapi siswa, maka akan timbul
kesenjangan di antara guru dan siswa. Siswa akan memandang guru sebagai orang
asing yang segala perkataannya harus diperhatikan. Jika kekakuan semacam ini
tidak segera diatasi, siswa akan cenderung merasa malas dan tidak mau
memperhatikan penjelasan gurunya.
Karena itu, setiap guru harus mampu
bersikap luwes terhadap siswanya. Di dalam kelas, guru tidak harus memosisikan
diri sebagai orang yang serba tahu. Sesekali, dalam waktu tertentu, guru juga
harus mampu menempatkan dirinya sebagai seorang “saudara”, “orang tua”, maupun
“sahabat” bagi siswa-siswinya.
4. Beri
Penekanan Pada Hal Positif
Dalam kenyataannya, kita memang
sering melihat tingkah laku atau sikap dari beberapa siswa yang kurang
menyenangkan, di samping hal-hal yang membanggakan. Meski demikian, kita tidak
boleh terlalu fokus pada hal-hal negatif yang dilakukan oleh mereka. Berilah
penekanan pada hal-hal positif yang pernah dilakukan oleh siswa.
Perlu diketahui bahwa dalam mengajar
dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
terlalu fokus pada hal-hal negatif. Dalam kelas, pandangan dan sikap guru
terhadap suatu hal dapat memberikan pengaruh besar bagi siswa. Jika guru
bersikap antisipasi terhadap siswa yang kelakuannya negatif, maka hal itu juga
akan menimbulkan reaksi negatif dari siswa yang lain. Karena itu, guru juga
harus fokus pada berbagai hal positif yang pernah dilakukan siswa. Sekalipun
guru harus memberikan peringatan, akan lebih baik jika hal itu disampaikan
secara tertutup. Cukup kita dengan individu yang bersangkutan saja, bukannya
mengumumkannya di depan kelas.
5. Penanaman
Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas
adalah bagaimana agar anak didik dapat mengembangkan sikap disiplin dengan
baik. Begitu pula halnya dengan guru. Untuk mewujudkan tujuan itu, tentu saja
kita, sebagai guru, harus memberikan teladan yang sesuai. Seorang guru tidak
mungkin dapat mengelola kelas dengan baik jika mereka juga kurang disiplin.
Tunjukkan kepada siswa bahwa guru juga menjunjung tinggi sikap disiplin dengan
mempraktikkannya secara langsung.
Demikianlah beberapa prinsip dasar
dalam manajemen kelas. Tanpa memahami prinsip-prinsip tersebut, maka berbagai
upaya untuk dapat mengelola kelas dengan baik mungkin tidak akan dapat
berjalan sebagaimana yang diharapkan.
(Salman Rusydie, 2011; 56)
5. Komponen-Komponen
Ketrampilan Pengelolaan Kelas
Sistem pengajaran kelas telah mendudukkan guru pada suatu tempat
yang sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap interaksi
belajar-mengajar yang diciptakannya. Berbagai peranan guru, dibutuhkan
keterampilan dalam pelaksanaannya. Mengajar merupakan usaha yang sangat
kompleks, sehingga sulit untuk menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang
baik itu.
1. Aspek materi
Pada bagian pertama ini berhubungan
erat dengan masalah bahan yang dikontakkan kepada siswa. Tentang bagaimana
menarik perhatian siswa pada bahan yang baru, bagaimana perhatian guru terhadap
bahan yang sedang dibahas, bagaimana urutan penyajian bahan, bagaimana
menciptakan hubungan dalam rangka membahas, dan bagaimana mengakhiri
pembahasan. Untuk ini akan dibicarakan satu per satu.
a)
Interes
Yang dimaksud dengan interes dalam hal ini ialah usaha guru untuk
menarik atau membawa perhatian siswa pada materi pembelajaran yang baru.
b)
Titik
Pusat
Yang dimaksud dengan titik pusat ialah bahwa apa yang diuraikan,
dikemukakan dan dijelaskan oleh guru benar-benar terpusat pada bahasa yang
sedang digarap bersama.
c)
Rantai
Kognitif
Ialah urutan-urutan atau sistematika dalam penyampaian bahan
pelajaran. Ini dapat dilihat pada persiapan mengajar (PPSI) atau diketahui pada
waktu guru menyampaikan pelajaran.
d)
Kontak
yang dimaksud dengan kontak dalam hal ini menyangkut hubungan
batiniah antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan yang sedang dibahas
bersama.
e)
Penutup
Penutup dalam hal ini dimaksudkan sebagai cara guru dalam
mengakhiri penjelasan atau pembahasan suatu pokok bahasan.
2.
Modal
kesiapan
Pada bagian ini akan diuraikan
mengenai berbagai sikap yang harus diperhatikan guru selama memimpin belajar
siswa. Ini meliputibaik sikap tubuh pada waktu mengajar, sikap terhadap kondisi
ruang atau jumlah siswa, serta guru dalam berbusana.
1)
Gerak
Gerak dari anggota badan dalam memberikan bahan pelajaran sangat
besar peranannya untuk menjelaskan atau menegaskan hal-hal yang penting. Orang
akan lebih jelas dalam memahami sesuatu di samping melalui pendengaran juga
disertai pengamatan melalui mata.
2)
Suara
Yang termasuk dalam pengertian suara ini ialah kekuatan atau
kekerasan, lagu bicara (intonasi), tekanan bicara dan kelancaran bicara.
·
Kekuatan
atau kekerasan
Sama halnya dengan gerakan, suara yang terlampau keras atau
sebaliknya terlalu lemah akan memberikan hasil belajar yang buruk.
·
Lagu
atau tekanan suara
3)
Titik
perhatian
Maksudnya pengamatan guru terhadap masing-masing siswa selama
interaksi belajar-mengajar berlangsung.
Perilaku negatif
yang mungkin terjadi pada siswa selama interaksi berlangsung antara lain ialah:
-
Siswa
terlambat masuk kelas
-
Siswa
bermain sendiri
-
Siswa
menggangu temannya
4)
Variasi
penggunaan media
Alat-alat pengajaran sebagai media komunikasi dapat dikelompokkan
ke dalam tiga golongan. Pertama, adalah alat-alat yang merupakan benda
sebenarnya yang memberikan pengalaman langsung dan nyata. Kedua, alat
yang merupakan benda pengganti yang sering kali dalam bentuk tiruan dari benda
sebenarnya. Ini memberikan pengalaman buatan atau tidak langsung. Ketiga, ialah
bahasa baik lisan maupun tertulis memberikan pengalaman melalui bahasa. Peranan
media dalam proses belajar sudah tidak diragukan lagi karena dapat:
-
Menghemat
waktu belajar
-
Memudahkan
pemahaman
-
Meningkatkan
perhatian siswa
5)
Variasi
interaksi
Ialah frekuensi atau banyak sedikitnya pergantian aksi antara guru
dengan siswa, dan siswa dengan siswa secara tepat.
Beberapa keuntungan dapat diperoleh
dengan adanya variasi interaksi tersebut misalnya suasana kelas menjadi hidup
dan beberapa hal dapat dengan cepat diketahui misalnya:
-
Kebutuhan
dan minat siswa
-
Seberapa
jauh mata pelajaran dapat diterima oleh siswa
-
Ada
tidaknya kontak antara guru dan siswa
3.
Keterampilan
operasional
Keterampilan yang perlu dikembangkan
dalam interaksi belajar-mengajar meliputi:
a.
Membuka
pelajaran
b.
Mendorong dan melibatkan siswa
c.
Mengajukan pertanyaan
d.
Menggunakan isyarat nonverbal
e.
Menanggapi siswa
f.
Menggunakan waktu
g.
Mengakhiri pelajaran (Sardiman, 1995
;192-217)
Secara umum komponen pengelolaan kelas terbagi menjadi 2, yaitu
keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan
dengan penembangan kondisi belajar yang optimal.
1.
keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal (bersifat preventif).
Keterampilan ini berhibungan dengan kompetensi guru dalam mengambil
inisiatif dan mengandalikan serta
aktifitas-aktifitas yang yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:
a.
sikap
guru, guru harus bersikap tanggap terhadap segala aktifitas belajar dan
kegiatan sisiwa dikelas.
1)
Memandang
secar seksama ke seluruh sudut ruangan dan kepada seluruh siswa secara
bergantian.
2)
Gerak
mendekati, yaitu guru mendekati siswa yang menimbulkan gangguan atau kepada
siswa yang menunjukan aktifitas belajar yang baik dan tekun dikelas.
3)
Member
pernyataan positif terhadap perilaku siswa baik dan positif serta pernyataan nasehat atau teguran
terhadap perilaku siswa yang bersikap negative
4)
Memberi
reaksi terhadap gangguan dan kekacauan
yang dilakuakan atau diakibatkan oleh siswa.
b.
Membagi
perhatian, guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang
berlangsung dalam waktu yang sama. Dapat dilakukan dengan cara:
1)
Visual,
dengan memandang mata atau gerakan lainya
2)
Verbal,
yaitu dengan kata-kata.
c.
Pemusatan
perhatian kelompok, guru mengambil
inisiatif dan mempertahankan perhatian siswa dan memberitahukan (dapat
berupa tanda-tanda) bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau subkelompok yang
terdiri dari tiga sampai empat orang, untuk. Untuk itu ada beberapa hak yang
dapat dilakukan guru yaitu:
1)
Memberi
tanda
2)
Pertanggungan
jawab
3)
Penagrahan
dan petunjuk yang jelas
4)
Penghentian
5)
Penguatan
6)
Kelancaran
(smoothness)
Untuk kelancara proses pembelajran hal dibawah ini perlu dihindari
yaitu, bertele-tele (overdwelling)
dan mengulangi penjelasa nyang tida perlu.
2.
Keterampilan
yang berhubungan dengan pengembangan kondisi berlajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan sikap tanggap guru terhadap
gangguan yang disebabkan oleh siswa yang berkelanjutan, dan bertujuan
mengembalikan kondisi belajr yang optimal. Dalam tingkatan tertentu guru dapat
menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku
siswa yang terus memerus menimbulkan gangguan dikelas. Menurut Mulyasa strategi
yang dapat dikembangkan adalah sebagi berikut:
a.
Modifikasi
tingakah laku, dengan cara-cara:
1)
Mengajarkan
perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan
2)
Meningkatkan
perilaku yang baik melalui penguatan
3)
Mengurangi
perilaku buruk dengan hukuman
b.
Pendekatan
pemecahan masalh kelompok melalui
1)
Peningkatan
kerjasama dan keterlibatan
2)
Menangani
konflik dan memperkecil masalah yang timbul
c.
Menemukan
dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah dengan cara-cara:
1)
Mengabaikan
yang direncanakan
2)
Campurtangan
dengan isyarat
3)
Mengawasi
secara ketat
4)
Menagkui
perasaan negatife peserta didik
5)
Mendorong
peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya
6)
Menjauhkan
benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi
7)
Menyusun
kembali program belajar
8)
Menghilangkan
ketegangan dengan humor
9)
Mengekang
secara fisik.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
1.
Pengelolaan
kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses
belajar-mengajar
2.
Tujuan
pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas itu dapat bekerja dengan
tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien
3.
Berikut
beberapa pendekatan yang bisa dipakai;
·
Pendekatan
Kekuasaan
·
Pendekatan
Ancaman
·
Pendekatan
Kebebasan
·
Pendekatan
Resep
·
Pendekatan
Pengajaran
·
Pendekatan
Perubahan tingkah laku
·
Pendekatan
Sosio-Emosional
·
Pendekatan
Kerja kelompok
·
Pendekatan
Pluralistik
4.
Adapun
Prinsip-Prinsip dalam pengelolaan kelas antara lain;
·
Guru Harus Hangat dan Antusias
·
Guru Harus Mampu Memberikan Tantangan
·
Guru Harus Mampu Bersikap Luwes
·
Beri Penekanan Pada Hal Positif
·
Penanaman Disiplin Diri
5.
Komponen-komponen
ketrampilan pengelolaan kelas antara lain;
1.
Aspek materi :
a.
Interes
b.
Titik pusat
c.
Rantai kognitif
d.
Kontak
e.
Penutup
2.
Modal kesiapan :
a.
Gerak
b.
Suara
c.
Titik perhatian
d.
Variasi penggunaan media
e.
Variasi interaksi
f.
Isyarat (verbal)
g.
Waktu selang
3.
Ketrampilan operasional :
a.
Membuka pelajaran
b.
Mendorong dan melibatkan siswa
c.
Mengajukan pertanyaan
d.
Menggunakan isyarat nonverbal
e.
Menanggapi siswa
f.
Menggunakan waktu
g.
Mengakhiri pelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Majid, Strategi Pembelajaran, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013
Adri
Efferi, Materi Pembelajaran Quran Hadits
MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009
Ahmad
Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan
Micro Teaching, Quantum Teaching, Ciputat, 2005
Khanifatul,
Pembelajaran
Inovatif, Ar-Razz Media, Yogyakarta, 2013
Salman
Rusydie, Prinsip-Prinsip Management
Kelas, Diva Press, Jogjakarta, 2011
Suharsimi
Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, PT
Bumi Aksara, Jakarta, 1996
No comments:
Post a Comment