A.
Pendahuluan
Untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang sejahtera maka diperlukannya
suatu keselarasan dan perdamaian antar manusia agar tercapainya suatu tujuan.
Tujuan suatu bangsa ialah mencerdaskan kehidupan bangsa agar tercapai suatu
kedamian di muka bumi ini dan saling tolong menolong dan toleransi.
Didalam menjalankan tujuan tersebut, maka diperlukan pendidikan
agar tercapainya suatu kehidupan yang harmonis, selaras, dan tercapainya suatu
perdamaian antar manusia dan kehidupan lainnya. Dalam menjalankan kedamaian
tersebut maka diperlukan landasan pandangan hidup yakni suatu pendidikan. Dalam
pendidikan diperlukannya landasan-landasan pendidikan yang bersifat kokoh dan
komperhensif. Agar tidak mudah goyahnya suatu pendidikan tersebut karena
berdasarkan landasan-landasan atau pondasi yang kuat dalam rangka tercapainya
suatu tujuan yang tepat sasaran.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang cakupan, proses dan
sasaran pendidikan islam agar tercapainya suatu pendidikan islam dalam
mendamaikan dan menyelaraskan kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja cakupan dari Pendidikan Islam?
2.
Bagaimana proses dari Pendidikan Islam?
3.
Apa sasaran dari Pendidikan Islam?
C.
Pembahasan
C.1 Cakupan / ruang lingkup Pendidikan Islam
Pendidikan Agama Islam mencakup
usaha untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara;
(1)
Hubungan manusia dengan Allah swt (hablum minallah) / relation
vertical.
(2)
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
(3)
Hubungan manusia dengan sesama manusia (hablum minannas) / relation
horizontal.
(4)
Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam.[1]
Ungkapan
Rasulullah yang menganjurkan untuk menuntut ilmu dari ayunan sampai liang lahat
dan menuntut ilmu adalah kewajiban pria dan wanita, maka ruang lingkup
pendidikan Islam tidak mengenal batas umur dan perbedaan jenis kelamin bahkan
tempat dan masa. Ilmu pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup sangat luas.
Adapun obyek segi-segi yang terlibat dalam pendidikan Islam sekaligus menjadi
ruang lingkup pendidikan Islam dalam situasi dan kondisi pendidikan Islam
adalah;
1.
Perbuatan mendidik itu sendiri.
Maksudnya,
perbuatan mendidik dari seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap
yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh peserta didik,
yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari
seorang pendidik kepada peserta didik
menuju kepada tujuan pendidikan Islam.
2.
Dasar dan tujuan pendidikan Islam.
Yaitu,
landasan dan sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam. Semua hal yang masuk
dalam proses pendidikan Islam harus bersumber dan berlandaskan dasar Al-Quran
dan sunnah.
3.
Peserta didik.
Merupakan
obyek utama dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena segala tindakan
pendidikan diarahkan pada tujuan dan cita-cita pendidikan Islam.
4.
Pendidik.
Merupakan
subyek pelaksana proses pendidikan. Pendidik dapat membawa sebuah pendidikan
pada arah baik atau buruk, maka peranan pendidik dalam keberhasilan kependidikan
sangat menentukan.
5.
Materi dan kurikulum pendidikan Islam.
Merupakan
bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman kependidikan, yang sudah tersusun secara
sistematis dan terstruktur untuk disampaikan dalam proses pendidikan kepada
peserta didik.
6.
Metode pendidikan Islam.
Yaitu
cara dan pendekatan yang paling tepat dan sesuai dalam pendidikan untuk
menyampaikan bahan dan materi dalam proses pendidikan kepada peserta didik.
Metode digunakan untuk mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan, supaya
materi mudah diterima dan ditangkap oleh peserta didik sesuai dengan karakter
dan tahapan masing-masing peserta didik. Hal ini dalam pendidikan Islam sering
disebut thariqatut tarbiyah.
7.
Evaluasi pendidikan Islam.
Cara-cara
yang digunakan untuk menilai hasil pendidikan yang sudah dilakukan. Adanya
evaluasi, pendidikan dapat dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi dengan
melihat terlaksananya pada tahap atau fase yang dilewati untuk meraih tujuan
yang ditargetkan, dan berakhir dengan manusia yang berkepribadian muslim.
8.
Alat-alat untuk pendidikan Islam.
Merupakan
alat-alat yang digunakan selama proses pendidikan dilaksanakan, agar tujuan
pendidikan dapat tercapai dengan berhasil secara tepat.
9.
Lingkungan sekitar dalam pendidikan Islam.
Lingkungan
sekitar atau milieu merupakan keadaan dan tempat belajar mengajar akan
berpengaruh dalam pelaksanaan serta keberhasilan suatu pendidikan.[2]
Menurut H.M.
Arifin, pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang mencakup
kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan
berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:
1.
Lapangan hidup keagamaan, agar proses perkembangan pribadi manusia
sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.
2.
Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang
sejahtera, sakinah, mawaddah, warohmah.
3.
Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi tatanan
sistem hubungan ekonomi yang saling menguntungkan dan bebas dari manipulasi,
monopoli serta jauh dari ketergantungan hidup terhadap manusia lain.[3]
4.
Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil
dan makmur atas ridlo dan ampunan Allah swt.
5.
Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat
dan dinamis penuh dengan keadilan kemakmuran serta kesejahteraan sesuai dengan
ajaran Islam.
6.
Lapangan hidup seni dan budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh
keindahan dan semangat yang tidak gersang dari nilai-nilai moral agama dan
mengedepankan nilai keagamaan.
7.
Lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar perkembangan menjadi alat
untuk mencapai kesejahteraan hidup dan mengedepankan kecerdasan umat manusia
yang dikendalikan oleh iman.[4]
Adapun menurut
Zakiah Daradjat dan Noeng Muhadjir bahwa konsep pendidikan Islam mencakup
kehidupan manusia seutuhnya, mementingkan akidah (keyakinan), ibadah (ritual),
akhlak (norma-etika). Para pendidik Islam memiliki pandangan bahwa pendidikan
Islam mencakup; (1) keagamaan, (2) Akidah dan Amaliah (3) Akhlak dan budi
pekerti, (4) Fisik, biologis, eksak, mental-psikis, dan kesehatan. Diantara
ruang lingkup pendidikan Islam yakni meliputi:
1.
Setiap proses perubahan menuju kearah kemajuan dan perkembangan
berdasarkan ruh ajaran Islam.
2.
Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental,
perasaan (emosi), dan rohani (spiritual).
3.
Keseimbangan antara jasmani, rohani, keimanan, ketaqwaan,
pikir-dzikir, ilmiah-alamiah, material-spiritual, dan individual-sosial.
4.
Realisasi fungsi peribadatan sebagai hamba Allah (Abdullah) untuk
menghambakan diri semata-mata hanya kepada Allah swt dan fungsi kekhalifahan
sebagai khalifah Allah, serta memanfaatkan, melestarikan dan mengolah semesta
alam agar sesuai dan menjadi rahmatan lil ‘alamin.[5]
Secara lebih
jelasnya Cakupan Pendidikan Islam antara lain:
1.
Pendidikan Keimanan
“Dan ingatlah
ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya:
”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.”(Q.S.Luqman:13)
Cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan anak:
• Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan).
Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, Beringkah laku yang positif.
Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, Beringkah laku yang positif.
Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah
mereka…:” (H.R Bukhari)
“Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan kepadanya.” (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir).
“Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan kepadanya.” (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir).
• Senantiasa menyebut nama Allah melalui aktivitas rutin.
Seperti, ketika bersin katakan Alhamdulillah, dll.
• Memanfaatkan waktu dengan hal-hal ibadah.
Seperti, Sholat bersama,
tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, dll.
• Memberi kesan positif tentang Allah dan memperkenalkan sifat-sifat baik Allah.
• Memberi kesan positif tentang Allah dan memperkenalkan sifat-sifat baik Allah.
• Memberi contoh atau teladan.
Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak
menjadikan orang tua sebagai model atau contoh bagi kehidupannya.
Sesuai dalam firman Allah dalam (Q.S As Shaf:2-3) yang artinya.
“hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu
kerjakan”.
• Kreatif dan terus belajar.
2.
Pendidikan Akhlak.
Hadits
dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda:
“Akrabilah
anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”
• Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil.
Sesuai dalam firman Allah .”(Q.S Al-Baqarah:42) yang artinya. “Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui”.
• Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil.
Sesuai dalam firman Allah .”(Q.S Al-Baqarah:42) yang artinya. “Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui”.
3.
Pendidikan intelektual.
Istilah
intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses kognitif/berpikir, atau
kemampuan menilai dan mempertimbangkan. Pendidikan intelektual ini disesuaikan
dengan kemampuan berpikir anak, sesuai jenjang dan tingkatan usia anak didik.
4.
Pendidikan Fisik.
Dengan
cara memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu tidur dan
aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu melakukan
aktivitas dengan semangat.
5.
Pendidikan Psikis.
Sesuai
yang tercantum dalam (QS. Ali Imran:139) yang artinya “Dan janganlah kamu
bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah orang-orang yang
paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.
•
Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih sayang, pengertian,
berperilaku santun dan bijak.
•
Menumbuhkan rasa percaya diri.
•
Memberikan semangat tidak melemahkan.Dengan mengungkapkan emosi dan berikan
dukungan lewat cara yang baik. Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil
dan sayangilah mereka …:” (H.R Bukhari).[6]
Secara jelasnya
ruang lingkup pembahasan pengajaran agama Islam sangat luas sekali. Ajaran
Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah, maka semua ketentuan
yang digariskan dalam kedua sumber itu, harus menjadi pembahasan pengajaran
agama Islam, dan harus dapat berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman.[7]
C.2 Proses Pendidikan Islam
Bilamana
pendidikan Islam diartikan sebagai proses, maka diperlukan adanya sistem dan
sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Sesuai harkat, martabat serta nilai
manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi, dimana aspek-aspek
kemampuan individual (al-fadliyah), sosialitas (al-ijrimayyah),
dan moralitas (al-akhlaqiyyah), merupakan hakikat kemanusiaannya. Dalam
sistem terdapat umpan balik (feedback) melalui evaluasi yang bertujuan
memperbaiki mutu produk anak didik.Proses dalam aktivitas pendidikan atau praktek
pendidikan yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar, melatih peserta didik
agar berkembang potensinya serta menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Oleh karena
itu, adanya sasaran dan tujuan merupakan kemutlakan dalam proses kependidikan,
yakni sasaran yang hendak digarap dan tujuan yang hendak dicapai, yang
dirumuskan secara jelas dan akurat. Dalam rangka mengarahkan proses
kependidikan Islam kearah pengembangan optimal ketiga aspek, yakni Kognitif,
Afektif, dan Psikomotorik. Agar ketiga kemampuan tersebut didasari
oleh nilai-nilai ajaran Islam. Sedangkan evaluasi sebagai alat pengoreksi
kesalahan-kesalahan/penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses. Proses
mengandung pengertian sebagai penerapan cara-cara atau sarana untuk mencapai hasil
yang diharapkan.[8]
Proses
Pendidikan islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa dan sadar untuk
mengarahkan serta membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan
dasar) anak didik melalui ajaran islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya. Pendidikan kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan
pengajaran rohaniah dalam menumbuhkan kemampuan dasar manusia. Pengarahan
pertumbuhan anak didik sesuai dengan ajaran Islam berproses melalui sistem
kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun sistem kurikuler (materi
tambahan).
Potensi dalam
setiap manusia terletak pada keimanan atau keyakinan, ilmu pengetahun, akhlak
(moralitas) dan pengalamannya, dan dalam keempat potensi ini menjadi tujuan
fungsional pendidikan Islam. Oleh karenanya, dalam strategi pendidikan Islam,
keempat potensi tersebut menjadi titik pusat dari lingkaran kependidikan Islam
sampai kepada tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia dewasa yang
mukmin atau muslim dan muhlis muttaqin. Proses pendidikan islam yaitu dimana
proses pembelajaran menjadikan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Proses
pendidikan Islam dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
1.
Proses Pendidikan Islam Universal.
Hal ini menyoroti asal usul pendidikan Islam yang disertai dengan
pemahaman tentang motivasi. Sebagai bukti terdapat kaitan erat antara belajar
dan bahwa Islam sebagai suatu agama menempatkan ilmu pengetahuan pada status
yang sangat istimewa. Allah akan meninggikan derajat mereka yang beriman
diantara kaum muslim dan mereka yang berilmu.
Penggerak utama dari wahyu inilah yang sangat memotivasi muslim
dalam belajar. Karena itu pengembangan fitrah-fitrah harus dilakukan dengan
ajaran agama Islam (wahyu). Sebagaimana dalam QS: an-Nahl:89.
Proses
perkembangan pendidikan islam secara universal pada intinya pendidikan Islam
yang berwawasan dunia dan bisa menerima kemajuan zaman dengan pendidikan Islam
sebagai alat kendali keimanan dan ketaqwaan dalam menyikapi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin pesat.
2.
Proses Pendidikan Islam Lokal.
Masyarakat
Indonesia dengan tingkat kemajemukan sangat tinggi baik etnik, budaya, ras,
bahasa, dan agama menjadi suatu potensi kebaikan sekaligus ancaman.[9]
C. 3 Sasaran atau Tujuan Pendidikan Islam
v
Sasaran pendidikan Islam memiliki
empat ciri pokok :
a)
Sifat yang bercorak agama dan akhlaq
b)
Sifat keseluruhannya mencakup segala
aspek pribadi pelajar (subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam
masyarakat.
c)
Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak
adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.
d)
Sifat realistik dan dapat
dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan
pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara
individu, masyarakat dan kebudayaan dan kesanggupannya untuk berubah dan
berkembang.
v
Sasaran yang dicapai dalam
pendidikan islam ada beberapa yang harus diperhatikan :
§
Pertama, tujuan yang merupakan arah
perkembangan subjek didik. Tujuan sebagai arah harus sesuai dengan tingkat
perkembangan subjek didik, kebutuhannya, perasaannya, perhatiannya dan
lingkungannya. Sasaran tujuan sebagai sesuatu yang akan dicapai oleh peserta
didik ialah terjadinya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian setelah
peserta didik mengalami proses pendidikan.
§
Kedua,
tujuan sementara, ialah tujuan sebagai arah untuk mencapai tujun akhir,
yang meliputi terpenuhinya target dalam menguasai setiap materi pembelajaran
sesuai jenjang tingkatan. Itulah sebabnya pendidikan merupakan proses
berkelanjutan tanpa ujung, yang
implikasinya adalah keharusan pendidikan sepanjang hayat seperti yang
dianjurkan nabi “tuntutlah ilmu sejak lahir sampai menjelang ajal”.
§
Ketiga, sasaran tujuan mutlak. Tujuan mutlak
ialah tujuan pendidikan yang berkenaan dengan tujun terakhir hidup manusia,
misalnya “kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”, “menjadi hamba Allah yang
paling taqwa”.
Islam
menganjurkan agar manusia mengubah perilakunya (lewat pendidikan ) kalau ia
menginginkan Allah mengubah nasibnya.[10]
Tujuan pendidikan Islam menurut Al Ghazali yakni:
1.
Taqorrub ilallah
2.
Pembentukan akhlakul karimah
3.
Mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri
sebagai wujud ibadah kepada Allah swt.
4.
Untuk mengantarkan anak didik sebagai manusia yang mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat, karena perjalanan dunia adalah langkah penentu kebahagiaan
di akhirat.
Tujuan utama dalam
Pendidikan Islam yakni pengembangan manusia seutuhnya yang juga menjadi tujuan
pendidikan nasional. Tetapi tidak mudah menemukan manusia seutuhnya,
terintegrasi, selaras, serasi dan seimbang dari berbagai aspek dan potensi yang
dimiliki manusia. Menurut Manfur secara garis besar sasaran Pendidikan Islam
adalah semua manusia dalam berbagai usia (manusia dari mulai anak-anak, remaja,
dewasa dan orang tua), keberadaan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan dalam
status apapun. Semua itu agar tercipta perilaku hidup yang sesuai dengan makna
nilai, moral, dan norma masyarakat yang
berlaku. Demikian halnya usia dewasa dan orang tua agar memberikan suri
tauladan bagi anak-anaknya dan generasi lainnya.[11]
Menurut Al-Attas tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang
baik. Marimba berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
terbentuknya orang yang berkepribadian muslim. Al-abrasyi mengatakan
bahwa tujuan akhir tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia.
Munir Mursyi menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah
manusia sempurna. Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam
ialah:
1.
Terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.
Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya yakni beribadah kepada Allah, sesuai firman Allah:
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#urwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
Artinya:. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(adz zdariyat:56).
Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan
serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan,
pemikiran yang dikaitkan semata karena Allah. Maka tujuan pendidikan haruslah
mempersiapkan manusia agar menjadi hamba Allah yang seutuhnya (‘ibad al
rahman). Sebagaimana dalam surat At taubah:122 yang artinya:
” mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara kalian beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan tentang agama dan untuk member peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali (dari peperangan) supaya mereka dapat menaga dirinya”.
2.
Aspek amal untuk mencari rizki. Sebagaimana dalam surat Al-Mulk:15
yang artinya;
“Dia menjadikan
bumi ini mudah bagimu,maka berjalanlah ke segala penjurunya, dan makanlah dari
sebagian rezekiNya dan hanya kepadaNyalah kalian kembal”i.
Perintah mencari rizki itu mengandung perintah agar mempelajari
cara mencari rizki. Oleh karena itu perlu diajari teori-teori filsafat, sains,
dan teknik-teknik lainnya.
Menurut Muhammad
Quthb, menyatakan bahwa tujuan pendidikan lebih penting daripada sarana
pendidikan. Sarana pendidikan pasti berubah dari masa ke masa, dari generasi ke
generasi, bahkan dari satu tempat ke tepat lain. Akan tetapi, tujuan pendidikan
tidak akan berubah. Menurutnya, tujuan umum pendidikan Islam adalah untuk
menjadi manusia yang taqwa. Manusia yang memenuhi kodratnya sebagai khalifah
yang harus dapat bekerja sesuai derajat dan kehormatan manusia. Konferensi
Dunia pertama tentang Pendidikan Islam (1977) menyimpulkan bahwa tujuan akhir
pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan dirinya secara mutlak kepada
Allah.
Al syaibani menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:
1)
Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang
berkaitan pengetahuan, tingkah laku, jasmani, rohani, dan kemampuan lain yang
harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.
2)
Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, dan memperkaya pengalaman masyarakat.
3)
Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, seni, profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Al Abrasyi merinci tujuan akhir pendidikan Islam meliputi:
1.
Pembinaan akhlak.
2.
Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan di akhirat.
3.
Penguasaan ilmu.
4.
Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
Asma Hasan Fahmi merinci tujuan akhir pendidikan Islam meliputi:
1.
Tujuan keagamaan
2.
Tujuan pengembangan akal dan akhlak
3.
Tujuan pengajaran kebudayaan
4.
Tujuan pembinaan kepribadian
Munir Mursi merinci tujuan akhir pendidikan Islam meliputi:
1.
Bahagia dunia dan akhirat
2.
Menghambakan diri kepada Allah
3.
Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat
Islam
4.
Untuk mencapai akhlak mulia.[12]
Ada juga yang mengatakan bahwa tujuan atau sasaran
pendidikan Islam yakni:
1.
Tujuan Umum
Ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain, yang meliputi, sikap,
tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan agar sesuai norma dan etika
yang berlaku di masyarakat. Tujuan umum ini juga terkait dengan tujuan
nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.
Tujuan sementara
Ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberi sejumlah pengalaman dalam suatu kurikulum pendidikan formal dalam
tingkat dan jenjang pendidikan yang berbeda, dengan materi ajar yang berbeda
dari satu tingkat ke tingkat lainnya.
3.
Tujuan Operasional
Ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah
kegiatan pendidikan tertentu, yakni lebih menekankan pada kemampuan anak didik
dalam keterampilan, lancar dalam
berbicara, mengerti, memahami, meyakini, dan menghayati.
4.
Tujuan Akhir
Pendidikan berlangsung seumur hidup, maka tujuan
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia dan akhirat kelak. Membentuk insan
kamil dengan taqwa yang tertanam dalam pribadi manusia. Pendidikan Islam untuk
menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan ketaqwaan
seseorang. Insan kamil yang mati dan menghadap Allah swt dengan hati yang penuh
keimanan merupakan tujuan akhir yang merupakan proses dari pendidikan Islam.[13]
Noeng Muhadjir menjelaskan bahwa
obyek/sasaran ilmu Pendidikan Islam adalah upaya dalam membantu proses
perkembangan anak didik untuk mencapai tingkat normatif yang lebih baik. Maka,
sasaran ilmu pendidikan adalah manusia atau peserta didik berhak mendapatkan pengajaran,
ilmu, pengetahuan, kecerdasan yang dibutuhkan dalam kehidupannya kelak,
mendapatkan pendidikan yang meliputi penanaman nilai-nilai yang baik yang
diakui dan diterima oleh masyarakat.
Peserta
didik sebagai manusia menjadi obyek/sasaran
ilmu pengetahuan yang bersifat material, sedang usaha untuk membawa
peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan atau kedewasaan disebut obyek
pendidikan yang bersifat formal dan upaya mendidik, membimbing dan melatih
siswa menuju perbaikan dan tanggung jawab.[14]
Sesuai dengan misi agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat
bagi sekalian makhluk di alam, maka pendidikan Islam mengidentifikasikan
sasarannya yang digali dari sumber ajaran Al-Quran dan Sunnah, meliputi empat
pengembangan fungsi manusia yaitu:
a.)
Menyadarkan manusia secara individual pada posisi dan fungsinya di
tengah-tengah makhluk lain, dan tanggung jawab dalam kehidupannya. Dengan
kesadaran ini, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling
utama diantara makhluk-makhluk lainnya sehingga mampu berfungsi sebagai
khalifah di muka bumi. Sebab manusia adalah makhluk yang terdiri dari perpaduan
unsur-unsur rohani dan jasmani.
Allah
memberikan kepada manusia suatu kedudukan yang lebih tinggi, sebagaimana firman
Allah:
*ôs)s9ur$oYøB§x.ûÓÍ_t/tPy#uäöNßg»oYù=uHxqurÎûÎhy9ø9$#Ìóst7ø9$#urNßg»oYø%yuurÆÏiBÏM»t7Íh©Ü9$#óOßg»uZù=Òsùur4n?tã9ÏV2ô`£JÏiB$oYø)n=yzWxÅÒøÿs?ÇÐÉÈ
Artinya:
Dan
sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam dan kami angkut mereka itu
melalui daratan dan lautan serta kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan
kami lebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan. (al-Isra’:70).
Sedangkan beban tanggung jawabnya terhadap
dirinya dan masyarakat sebagi konsekuensi kedudukannya dinyatakan oleh Allah
(Al-Isra’:15)
Ç`¨B3ytF÷d$#$yJ¯RÎ*sùÏtGöku¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9(`tBur¨@|Ê$yJ¯RÎ*sù@ÅÒt$pkön=tæ4wurâÌs?×ouÎ#uruøÍr3t÷zé&3$tBur$¨Zä.tûüÎ/ÉjyèãB4Ó®Lymy]yèö6tRZwqßuÇÊÎÈ
Artinya:
Barang
siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah-Nya, maka sesungguhnya ia berbuat
keselamatan terhadap dirinya, dan barang siapa berbuat sesat, maka sesungguhnya
ia tersesat bagi dirinya sendiri. Dan seseorang yang berdosa itu tidak dapat
memikulkan beban dosanya kepada orang lain, dan kami tidak akan memberikan azab
sebelum kami mengutus seorang utusan (rasul): (al-Isra’: 15)
b.)
Menyadarkan fungsi manusia dalam
hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban
masyarakat itu. Manusia harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan
sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia adalah makhluk social, itulah
sebabnya Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, kegotong-royongan,
dan musyawarah yang dapat membentuk masyarakat itu menjadi suatu persekutuan
hidup yang utuh. Prinsip hidup bermasyarakat demikian dikehendaki oleh Allah
dalam firman-Nya yakni:
(#qßJÅÁtGôã$#urÈ@ö7pt¿2«!$#$YèÏJy_wur(#qè%§xÿs?
Artinya:
Berpeganglah kamu semuanya pada tali Allah
swt dan janganlah kamu bercerai berai. (ali-Imran: 103).
$yJ¯RÎ)tbqãZÏB÷sßJø9$#×ouq÷zÎ)(#qßsÎ=ô¹r'sùtû÷üt/ö/ä3÷uqyzr&4(#qà)¨?$#ur©!$#÷/ä3ª=yès9tbqçHxqöè?ÇÊÉÈ
Artinya:
Sesungguhnya semua orang mukmin itu adalah
bersaudara. (al-Hujurat:10)
c.)
Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam
dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya. Oleh karena itu manusia sebagai
makhluk yang bertuhan, sikap dan watak religiusitasnya perlu dikembangkan
sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Pada
hakikatnya dalam diri setiap manusia telah di beri kemampuan untuk beragama dan
kemampuan itu berada di dalam fitrahnya secara alami. Sebagaimana firman Allah:
ãNà6Ï9ºsª!$#öNä3/u(Iwtm»s9Î)wÎ)uqèd(ß,Î=»yzÈe@à2&äó_x«çnrßç6ôã$$sù4uqèdur4n?tãÈe@ä.&äóÓx«×@Å2urÇÊÉËÈwçmà2Íôè?ã»|Áö/F{$#uqèdurà8Íôãt»|Áö/F{$#(uqèdurß#Ïܯ=9$#çÎ6sø:$#ÇÊÉÌÈ
Artinya:
(yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Allah
Tuhanmu, tidak ada Tuhan selan Dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia,
dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu, Dia tidak dapat dijangkau oleh daya
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah
yang maha kuasa lagi maha mengetahui. (al-An’am: 102-103)
d.)
Menyadarkan manusia tentang kedudukannya
terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami Tuhan menciptakan makhluk
lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya.
Maka, manusia sebagai khalifah di bumi dan
yang terbaik di antara makhluk lain, akan mendorong untuk melakukan
pengelolaan, serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup
bersama-sama dengan lainnya. Pada akhirnya, kesejahteraan yang diperolehnya itu
digunakan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
Oleh karena itu, terserah kepada manusia, bagaimana cara mengungkap
rahasiasegala yang diciptakan Allah swt. Sudah tentu faktor akal budi (rasio),
sangat menentukan mampu atau tidaknya manusia menggali dan mengungkapkan
rahasia-rahasia alam tersebut. Untuk itu, faktor kegiatan belajar mengajar
merupakan pangkal tolak dari kemampuan tersebut di atas. Sebagaimana firman
Allah:
*¨bÎ)©!$#ß,Ï9$sùÉb=ptø:$#2uq¨Z9$#ur(ßlÌøä¢ptø:$#z`ÏBÏMÍhyJø9$#ßlÌøèCurÏMÍhyJø9$#z`ÏBÇcyÛø9$#4ãNä3Ï9ºsª!$#(4¯Tr'sùtbqä3sù÷sè?ÇÒÎÈß,Ï9$sùÇy$t6ô¹M}$#@yèy_ur@ø©9$#$YZs3y}§ôJ¤±9$#urtyJs)ø9$#ur$ZR$t7ó¡ãm4y7Ï9ºsãÏø)s?ÍÍyèø9$#ÉOÎ=yèø9$#ÇÒÏÈuqèdurÏ%©!$#@yèy_ãNä3s9tPqàfZ9$#(#rßtGöktJÏ9$pkÍ5ÎûÏM»yJè=àßÎhy9ø9$#Ìóst7ø9$#ur3ôs%$uZù=¢ÁsùÏM»tFy$#5Qöqs)Ï9cqßJn=ôètÇÒÐÈ
Artinya: “sesungguhnya Allah menumbuhkan
butir-butir tumbuhan dan biji buah-buahan. Dan mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, (yang memiliki
sifat-sifat demikian itu) ialah Allah, maka mengapa kamu masih juga berpaling
dari pada Nya. Dialah yang menyingkapkan pagi dan menjadikan malam untuk
beristirahat dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan, itulah
ketentuan Allah yang maha perkasa lagi maha mengetahui. Dan Dialah yang
menjadikan bintang-bintang untukmu agar kamu menjadikannya petunjuk alam
kegelapan di darat dan di lautan. Sesungguhnya kami telah menjelaskan
tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang yang mengetahui”. (al-an’am: 95-97)
Diantara sasaran / tujuan pendidikan Islam lainnya yakni dilihat dari
imu pendidikan Teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya
tujuan intermediair (sementara), yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang
harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu, untuk mencapai
tujuan akhir.
Dalam sistem operasional kelembagaan
pendidikan, berbagai tingkat tujuan tersebut ditetapkan secara berjenjang dalam
struktur program, bila di lihat dari pendekatan sistem tujuan pendidikan adalah
sebagai berikut:
1.)
Tujuan Intruksional khusus, yaitu diarahkan
pada bidang studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
2.)
Tujuan Intruksional umum, yaitu diarahkan
pada penguasaan suatu bidang studi umum.
3.)
Tujuan kurikuler, yang ditetapkan untuk
mencapai dan mengetahui bakat dan kemampuan peserta didik.
4.)
Tujuan umum, atau tujuan Nasional adalah
cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan
dengan berbagai cara atau sistem baik sistem formal (sekolah), sistem non
formal.
Rumusan-rumusan tujuan akhir pendidikan Islam dari semua golongan dan
madzhab dalam Islam, misalnya sebagai berikut:
1.) Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, sesuai kebutuhan
hidup manusia sebagai makhluk individual sebagai makhluk sosial yang menghamba
kepada khaliknya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agamanya.
Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan
untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan,
kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini harus
melengkapi pertumbuhan manusia dalam aspek spiritual, intelektual, imajinasi,
jasmaniah, ilmiah.
Tujuan terahkir dari pendidikan Islam itu
terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt,
baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya.
Sebagai hamba yang berserah diri kepada khaliknya, ia adalah hamba Nya yang
berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencipta Nya
untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam kalimat ajaran Allah swt:
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku,
dan matiku hanya untuk Allah semesta alam”.
2.) Berdasarkan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se Indonesia pada
tanggal 7 sampai 11 mei 1960 di Bogor, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk
manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut
ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa pendidikan islam adalah bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua
ajaran Islam.
3.) Menurut Prof.Dr.Muhammad Al Toumy Al Syaebani, tujuan pendidikan Islam
adalah perubahan yang diinginkan dan diusahakan dalam proses pendidikan atau
usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada tingkah laku individu dari
kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana
seseorang itu hidup atau pada proses pendidikan dan proses pengajaran dalam
masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, tujuan tersebut dapat
dibedakan dalam dua macam tujuan, yaitu:
1.)
Tujuan operasional
Tujuan operasional yaitu suatu tujuan yang dicapai
menurut program yang telah ditentukan atau ditentukan dalam kurikulum.
2.)
Tujuan fungsional
Tujuan fungsional yaitu tujuan yang telah dicapai
dalam arti kegunaannya, baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis. Oleh
karena itu, produk kependidikan yang sesuai adalah bilamana bisa menghasilkan
anak didik yang memiliki kemampuan teoritis, dan sekaligus mempunyai kemampuan
praktis atau teknis operasional. Anak didik berarti telah siap dipakai dalam
bidang keahlian yang dituntut oleh dunia kerja dan lingkungannya.
Berbagai tingkat tujuan pendidikan yang
dirumuskan secara teoritis itu bertujuan untuk memudahkan proses kependidikan
melalui tahapan yang semakin meningkat (progresif) kearah tujuan umum atau
tujuan akhir.
Demikian pula yang terjadi dalam proses
kependidikan Islam bahwa penetapan tujuan akhir itu mutlak diperlukan dalam
rangka mengarahkan segala proses, sejak dari perencanaan program sampai dengan
pelaksanaannya agar tetap konsisten dan tidak mengalami penyimpangan.
Dalam proses kependidikan, semua tujuan
diatas dapat dicapai secara integral dan ada keterkaitan, tidak terpisah satu
sama lain, sehingga dapat mewujudkan tipe manusia sesuai yang dikehendaki oleh
ajaran agama Islam.[15]
D. Simpulan
1. Cakupan / ruang lingkup Pendidikan Islam diantaranya:
a. (1) keagamaan,
(2) Akidah dan Amaliah (3) Akhlak dan budi pekerti, (4) Fisik, biologis, eksak,
mental-psikis, dan kesehatan.
b. Usaha mendidik.
c. Dasar dan tujuan pendidikan Islam.
d. Peserta didik dan pendidik.
e. Materi dan kurikulum pendidikan Islam.
f. Metode dan evaluasi pendidikan Islam.
g. Alat-alat dan lingkungan pendidikan Islam.
2.
Proses pendidikan Islam yakni Proses dalam aktivitas pendidikan atau praktek pendidikan yang
meliputi kegiatan mendidik, mengajar, melatih peserta didik agar berkembang
potensinya serta menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
3. Sasaran / tujuan pendidikan Islam yakni:
a.
Pembinaan akhlak.
b.
Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan di akhirat.
c.
Penguasaan ilmu.
d.
Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
E. Notulen Diskusi
Pertanyaan:
1. Khoiri Rotus Saidah (112168): Bagaimana terkait dengan akhlak anak zaman
sekarang, jika mengingat tujuan pendidikan, apakah nanti tujuan tersebut dapat
tercapai dengan baik?
2. Lu’lu’il Makhnun (112183): terkait dengan konsep tujuan pendidikan yang
bermacam-macam menurut para pemikir (Al Abrasyi, Asma Hasan Fahmi, Munir
Mursyi), mana diantara itu yang terbaik?
3. Oktavian Cahya Saputra (112180): Berapa presentasi anak didik di Indonesia bisa mencapai tujuan
pendidikannya?
4. Mustaghfirotun (112176): Bagaimana cara untuk taqorrub ilalloh?
F. JAWABAN MENURUT PEMAKALAH
1. Semua itu tergantung dari individually, tergantung bagaimana anak itu
menyikapi bagaimana menghadapi zaman sekarang, yang semua serba bebas.
Untuke mewujudkan sasaran pendidikan kemungkinan akan
tercapai karna kita harus pintar-pintar mengambil hikmah dari semua perbuatan
yang ada. Contoh zaman sekrang kan banyak internet maka ambil saja manfaat dari
internet dan mengabaikan yang tidak bermanfaat.
2. Dari semua pemikiran yang ada tersebut, semua pemikiran itu baik. Tak
ada yang lebih unggul maupun yang rendah, semuanya saling melengkapi dari
konsep tujuan dari pendidikan tersebut. Dari kelengkapan pemikiran tersebut,
maka tujuan pendidikan akan tercapai lebih maksimal.
3. Dalam persentasinya, pemakalah belum menghitung pastinya tercapai berapa
persen tujuan pendidikan tercapai. Akan tetapi dilihat dari lingkungan yang
ada, sudah banyak sekali di sekitar kita yang mengerti tentang dampak positif
dari pendidikan tersebut.
4. Taqarrub illallah itu ialan mendekatkan diri kepada Allah, cara taqrrub
illallah itu ialah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Dan
percaya bahwa Allah itu ada, dan ternanam dalam hati kita, dan perilaku kita,
dan terucap dalam bibir kita.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam.2003.Pedomam Umum Penddikan Agama Islam di
Sekolah Umum Tingkat Menengah dan Luar Biasa.Jakarta:Departemen Agama.
Uhbiyati,Nur.2013,Dasar-DasarIlmu Pendidikan Islam.Semarang:PT.Pustaka Rizki Putra.
Saekan,M.2009.Issu-issu
Kontemporer dalam Pendidikan Islam.Kudus:Nora MediaEnterprise.
Muntahibun
Nafis,Muhammad.2011.Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta:Penerbit Teras.
Roqib,Moh.2009.Ilmu
Pendidikan Islam.Yogyakarta:Lkis.
Umar,Bukhori.2010.Ilmu
Pendidikan Islam.Jakarta:Amzah.
Darajat,Zakiah.1995.Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam.Jakarta:Bumi Aksara.
Arifin.M.1994.Ilmu
Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner.Jakarta:Bumi Aksara.
Zaini,Syahminan.1986.Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan
Islam.Jakarta:Kalam Mulia.
Achmadi.2005.Ideologi
Pendidikan Islam.Yogyakarta:Pustaka pelajar.
Nata,Abudin.2010.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Kencana
Prenada Media Group.
Tafsir,Ahamad.1992.Ilmu
Penddikan dalam Perspektif Islam.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya.
Sulthon.2011.Ilmu
Pendidikan.Kudus:Nora Media Enterprise.
[1]Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam,Pedomam Umum Penddikan Agama Islam di
Sekolah Umum Tingkat Menengah dan Luar Biasa,Departemen Agama.Jakarta.2003.hal.6.
[2]Nur
Uhbiyati,Dasar-DasarIlmu
Pendidikan Islam,PT.Pustaka Rizki Putra,Semarang.2013.43-44.
[3]
M.Saekan,Issu-issu Kontemporer dalam Pendidikan Islam,Nora Media
Enterprise,Kudus.2009.hal.33.
[4]
Muhammad Muntahibun Nafis,Ilmu Pendidikan
Islam,Penerbit Teras,Yogyakarta.2011.26-27.
[5]Moh.Roqib,Ilmu
Pendidikan Islam,Lkis.Yogyakarta.2009.hal.21.
[6]Bukhari
Umar,Ilmu Pendidikan Islam,Amzah,Jakarta.2010.55.
[7]
Zakiah Darajat,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,Bumi Aksara,
Jakarta.1995.62.
[8]M.Arifin.Ilmu
Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisi
pliner.Bumi Aksara.Jakarta.1994.33.
[9]Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip
Dasar Konsepsi Pendidikan Islam. Kalam Mulia,Jakarta.1986.hal.115.
[10]
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam.Pustaka
pelajar.Yogyakarta.2005.hal.91-103.
[11] Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam.
Kencana Prenada Media Group.Jakarta.2010.hal.82.
[12]Ahmad
Tafsir,Ilmu Penddikan dalam Perspektif Islam,PT.Remaja Rosda Karya,Bandung.1992.hal.46.
[13]Zakiah
Darajat,Ilmu Pendidikan Islam,Bumi Aksara,Jakarta.2009.hal.31.
[14]Sulthon,Ilmu
Pendidikan,Nora Media Enterprise.Kudus.2011.65.
[15]M.Arifin.Op,cit,.hal.35-43.
No comments:
Post a Comment