Thursday, March 10, 2016

makalah cakupan, proses dan sasaran pendidikan islam


A.   Pendahuluan

Untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang sejahtera maka diperlukannya suatu keselarasan dan perdamaian antar manusia agar tercapainya suatu tujuan. Tujuan suatu bangsa ialah mencerdaskan kehidupan bangsa agar tercapai suatu kedamian di muka bumi ini dan saling tolong menolong dan toleransi. 
Didalam menjalankan tujuan tersebut, maka diperlukan pendidikan agar tercapainya suatu kehidupan yang harmonis, selaras, dan tercapainya suatu perdamaian antar manusia dan kehidupan lainnya. Dalam menjalankan kedamaian tersebut maka diperlukan landasan pandangan hidup yakni suatu pendidikan. Dalam pendidikan diperlukannya landasan-landasan pendidikan yang bersifat kokoh dan komperhensif. Agar tidak mudah goyahnya suatu pendidikan tersebut karena berdasarkan landasan-landasan atau pondasi yang kuat dalam rangka tercapainya suatu tujuan yang tepat sasaran.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang cakupan, proses dan sasaran pendidikan islam agar tercapainya suatu pendidikan islam dalam mendamaikan dan menyelaraskan kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa saja cakupan dari Pendidikan Islam?
2.      Bagaimana proses dari Pendidikan Islam?
3.      Apa sasaran dari Pendidikan Islam?









C.   Pembahasan
C.1 Cakupan / ruang lingkup Pendidikan Islam
           
Pendidikan Agama Islam mencakup usaha untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara;
(1)   Hubungan manusia dengan Allah swt (hablum minallah) / relation vertical.
(2)   Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
(3)   Hubungan manusia dengan sesama manusia (hablum minannas) / relation horizontal.
(4)   Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam.[1]

Ungkapan Rasulullah yang menganjurkan untuk menuntut ilmu dari ayunan sampai liang lahat dan menuntut ilmu adalah kewajiban pria dan wanita, maka ruang lingkup pendidikan Islam tidak mengenal batas umur dan perbedaan jenis kelamin bahkan tempat dan masa. Ilmu pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup sangat luas. Adapun obyek segi-segi yang terlibat dalam pendidikan Islam sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan Islam dalam situasi dan kondisi pendidikan Islam adalah;
1.      Perbuatan mendidik itu sendiri.
Maksudnya, perbuatan mendidik dari seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh peserta didik, yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari seorang pendidik kepada peserta didik  menuju kepada tujuan pendidikan Islam.
2.      Dasar dan tujuan pendidikan Islam.
Yaitu, landasan dan sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam. Semua hal yang masuk dalam proses pendidikan Islam harus bersumber dan berlandaskan dasar Al-Quran dan sunnah.
3.      Peserta didik.
Merupakan obyek utama dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena segala tindakan pendidikan diarahkan pada tujuan dan cita-cita pendidikan Islam.

4.       Pendidik.
Merupakan subyek pelaksana proses pendidikan. Pendidik dapat membawa sebuah pendidikan pada arah baik atau buruk, maka peranan pendidik dalam keberhasilan kependidikan sangat menentukan.
5.      Materi dan kurikulum pendidikan Islam.
Merupakan bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman kependidikan, yang sudah tersusun secara sistematis dan terstruktur untuk disampaikan dalam proses pendidikan kepada peserta didik.
6.      Metode pendidikan Islam.
Yaitu cara dan pendekatan yang paling tepat dan sesuai dalam pendidikan untuk menyampaikan bahan dan materi dalam proses pendidikan kepada peserta didik. Metode digunakan untuk mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan, supaya materi mudah diterima dan ditangkap oleh peserta didik sesuai dengan karakter dan tahapan masing-masing peserta didik. Hal ini dalam pendidikan Islam sering disebut thariqatut tarbiyah.
7.      Evaluasi pendidikan Islam.
Cara-cara yang digunakan untuk menilai hasil pendidikan yang sudah dilakukan. Adanya evaluasi, pendidikan dapat dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi dengan melihat terlaksananya pada tahap atau fase yang dilewati untuk meraih tujuan yang ditargetkan, dan berakhir dengan manusia yang berkepribadian muslim.
8.      Alat-alat untuk pendidikan Islam.
Merupakan alat-alat yang digunakan selama proses pendidikan dilaksanakan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan berhasil secara tepat.
9.      Lingkungan sekitar dalam pendidikan Islam.
Lingkungan sekitar atau milieu merupakan keadaan dan tempat belajar mengajar akan berpengaruh dalam pelaksanaan serta keberhasilan suatu pendidikan.[2]
            Menurut H.M. Arifin, pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang mencakup kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:
1.      Lapangan hidup keagamaan, agar proses perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.
2.      Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera, sakinah, mawaddah, warohmah.
3.      Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi tatanan sistem hubungan ekonomi yang saling menguntungkan dan bebas dari manipulasi, monopoli serta jauh dari ketergantungan hidup terhadap manusia lain.[3]
4.      Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur atas ridlo dan ampunan Allah swt.
5.      Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis penuh dengan keadilan kemakmuran serta kesejahteraan sesuai dengan ajaran Islam.
6.      Lapangan hidup seni dan budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh keindahan dan semangat yang tidak gersang dari nilai-nilai moral agama dan mengedepankan nilai keagamaan.
7.      Lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar perkembangan menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup dan mengedepankan kecerdasan umat manusia yang dikendalikan oleh iman.[4]
Adapun menurut Zakiah Daradjat dan Noeng Muhadjir bahwa konsep pendidikan Islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya, mementingkan akidah (keyakinan), ibadah (ritual), akhlak (norma-etika). Para pendidik Islam memiliki pandangan bahwa pendidikan Islam mencakup; (1) keagamaan, (2) Akidah dan Amaliah (3) Akhlak dan budi pekerti, (4) Fisik, biologis, eksak, mental-psikis, dan kesehatan. Diantara ruang lingkup pendidikan Islam yakni meliputi:
1.      Setiap proses perubahan menuju kearah kemajuan dan perkembangan berdasarkan ruh ajaran Islam.
2.      Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental, perasaan (emosi), dan rohani (spiritual).
3.      Keseimbangan antara jasmani, rohani, keimanan, ketaqwaan, pikir-dzikir, ilmiah-alamiah, material-spiritual, dan individual-sosial.
4.      Realisasi fungsi peribadatan sebagai hamba Allah (Abdullah) untuk menghambakan diri semata-mata hanya kepada Allah swt dan fungsi kekhalifahan sebagai khalifah Allah, serta memanfaatkan, melestarikan dan mengolah semesta alam agar sesuai dan menjadi rahmatan lil ‘alamin.[5]

Secara lebih jelasnya Cakupan Pendidikan Islam antara lain:
1.      Pendidikan Keimanan
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya: ”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.”(Q.S.Luqman:13)

Cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan anak:
• Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan).
Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, Beringkah laku yang positif.
Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R Bukhari)
“Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan kepadanya.” (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir).
• Senantiasa menyebut nama Allah melalui aktivitas rutin.
Seperti, ketika bersin katakan Alhamdulillah, dll.
• Memanfaatkan waktu dengan hal-hal ibadah.
 Seperti, Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, dll.
• Memberi kesan positif tentang Allah dan memperkenalkan sifat-sifat baik Allah.
• Memberi contoh atau teladan.
Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan orang tua sebagai model atau contoh bagi kehidupannya.


Sesuai dalam firman Allah dalam (Q.S As Shaf:2-3) yang artinya. “hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.
 • Kreatif dan terus belajar.

2.      Pendidikan Akhlak.
Hadits dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda:
“Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”
• Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil.
Sesuai dalam firman Allah .”(Q.S Al-Baqarah:42) yang artinya. “Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui”.
3.      Pendidikan intelektual.
Istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan. Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak, sesuai jenjang dan tingkatan usia anak didik.
4.      Pendidikan Fisik.
Dengan cara memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu melakukan aktivitas dengan semangat.
5.      Pendidikan Psikis.
Sesuai yang tercantum dalam (QS. Ali Imran:139) yang artinya “Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.
• Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih sayang, pengertian, berperilaku santun dan bijak.
• Menumbuhkan rasa percaya diri.
• Memberikan semangat tidak melemahkan.Dengan mengungkapkan emosi dan berikan dukungan lewat cara yang baik. Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka …:” (H.R Bukhari).[6]

Secara jelasnya ruang lingkup pembahasan pengajaran agama Islam sangat luas sekali. Ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah, maka semua ketentuan yang digariskan dalam kedua sumber itu, harus menjadi pembahasan pengajaran agama Islam, dan harus dapat berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman.[7]
                             
C.2 Proses Pendidikan Islam
Bilamana pendidikan Islam diartikan sebagai proses, maka diperlukan adanya sistem dan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Sesuai harkat, martabat serta nilai manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi, dimana aspek-aspek kemampuan individual (al-fadliyah), sosialitas (al-ijrimayyah), dan moralitas (al-akhlaqiyyah), merupakan hakikat kemanusiaannya. Dalam sistem terdapat umpan balik (feedback) melalui evaluasi yang bertujuan memperbaiki mutu produk anak didik.Proses dalam aktivitas pendidikan atau praktek pendidikan yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar, melatih peserta didik agar berkembang potensinya serta menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Oleh karena itu, adanya sasaran dan tujuan merupakan kemutlakan dalam proses kependidikan, yakni sasaran yang hendak digarap dan tujuan yang hendak dicapai, yang dirumuskan secara jelas dan akurat. Dalam rangka mengarahkan proses kependidikan Islam kearah pengembangan optimal ketiga aspek, yakni Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Agar ketiga kemampuan tersebut didasari oleh nilai-nilai ajaran Islam. Sedangkan evaluasi sebagai alat pengoreksi kesalahan-kesalahan/penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses. Proses mengandung pengertian sebagai penerapan cara-cara atau sarana untuk mencapai hasil yang diharapkan.[8]

Proses Pendidikan islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa dan sadar untuk mengarahkan serta membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan pengajaran rohaniah dalam menumbuhkan kemampuan dasar manusia. Pengarahan pertumbuhan anak didik sesuai dengan ajaran Islam berproses melalui sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun sistem kurikuler (materi tambahan).
Potensi dalam setiap manusia terletak pada keimanan atau keyakinan, ilmu pengetahun, akhlak (moralitas) dan pengalamannya, dan dalam keempat potensi ini menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam. Oleh karenanya, dalam strategi pendidikan Islam, keempat potensi tersebut menjadi titik pusat dari lingkaran kependidikan Islam sampai kepada tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia dewasa yang mukmin atau muslim dan muhlis muttaqin. Proses pendidikan islam yaitu dimana proses pembelajaran menjadikan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Proses pendidikan Islam dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
1.      Proses Pendidikan Islam Universal.
Hal ini menyoroti asal usul pendidikan Islam yang disertai dengan pemahaman tentang motivasi. Sebagai bukti terdapat kaitan erat antara belajar dan bahwa Islam sebagai suatu agama menempatkan ilmu pengetahuan pada status yang sangat istimewa. Allah akan meninggikan derajat mereka yang beriman diantara kaum muslim dan mereka yang berilmu.
Penggerak utama dari wahyu inilah yang sangat memotivasi muslim dalam belajar. Karena itu pengembangan fitrah-fitrah harus dilakukan dengan ajaran agama Islam (wahyu). Sebagaimana dalam QS: an-Nahl:89.
Proses perkembangan pendidikan islam secara universal pada intinya pendidikan Islam yang berwawasan dunia dan bisa menerima kemajuan zaman dengan pendidikan Islam sebagai alat kendali keimanan dan ketaqwaan dalam menyikapi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.
2.      Proses Pendidikan Islam Lokal.
Masyarakat Indonesia dengan tingkat kemajemukan sangat tinggi baik etnik, budaya, ras, bahasa, dan agama menjadi suatu potensi kebaikan sekaligus ancaman.[9]

C. 3 Sasaran atau Tujuan Pendidikan Islam
v   Sasaran pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok :
a)              Sifat yang bercorak agama dan akhlaq
b)             Sifat keseluruhannya mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.
c)              Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.
d)             Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara individu, masyarakat dan kebudayaan dan kesanggupannya untuk berubah dan berkembang.
v   Sasaran yang dicapai dalam pendidikan islam ada beberapa yang harus diperhatikan :
§    Pertama, tujuan yang merupakan arah perkembangan subjek didik. Tujuan sebagai arah harus sesuai dengan tingkat perkembangan subjek didik, kebutuhannya, perasaannya, perhatiannya dan lingkungannya. Sasaran tujuan sebagai sesuatu yang akan dicapai oleh peserta didik ialah terjadinya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian setelah peserta didik mengalami proses pendidikan.
§    Kedua,  tujuan sementara, ialah tujuan sebagai arah untuk mencapai tujun akhir, yang meliputi terpenuhinya target dalam menguasai setiap materi pembelajaran sesuai jenjang tingkatan. Itulah sebabnya pendidikan merupakan proses berkelanjutan  tanpa ujung, yang implikasinya adalah keharusan pendidikan sepanjang hayat seperti yang dianjurkan nabi “tuntutlah ilmu sejak lahir sampai menjelang ajal”.
§    Ketiga, sasaran tujuan mutlak. Tujuan mutlak ialah tujuan pendidikan yang berkenaan dengan tujun terakhir hidup manusia, misalnya “kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”, “menjadi hamba Allah yang paling taqwa”.
Islam menganjurkan agar manusia mengubah perilakunya (lewat pendidikan ) kalau ia menginginkan Allah mengubah nasibnya.[10]
Tujuan pendidikan Islam menurut Al Ghazali yakni:
1.              Taqorrub ilallah
2.              Pembentukan akhlakul karimah
3.              Mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai wujud ibadah kepada Allah swt.
4.              Untuk mengantarkan anak didik sebagai manusia yang mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, karena perjalanan dunia adalah langkah penentu kebahagiaan di akhirat.
Tujuan utama dalam Pendidikan Islam yakni pengembangan manusia seutuhnya yang juga menjadi tujuan pendidikan nasional. Tetapi tidak mudah menemukan manusia seutuhnya, terintegrasi, selaras, serasi dan seimbang dari berbagai aspek dan potensi yang dimiliki manusia. Menurut Manfur secara garis besar sasaran Pendidikan Islam adalah semua manusia dalam berbagai usia (manusia dari mulai anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua), keberadaan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan dalam status apapun. Semua itu agar tercipta perilaku hidup yang sesuai dengan makna nilai, moral, dan   norma masyarakat yang berlaku. Demikian halnya usia dewasa dan orang tua agar memberikan suri tauladan bagi anak-anaknya dan generasi lainnya.[11]

Menurut Al-Attas tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik. Marimba berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim. Al-abrasyi mengatakan bahwa tujuan akhir tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia. Munir Mursyi menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia sempurna. Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah:
1.              Terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya yakni beribadah kepada Allah, sesuai firman Allah:
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#uržwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
Artinya:. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(adz zdariyat:56).

Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang dikaitkan semata karena Allah. Maka tujuan pendidikan haruslah mempersiapkan manusia agar menjadi hamba Allah yang seutuhnya (‘ibad al rahman). Sebagaimana dalam surat At taubah:122 yang artinya:
” mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara kalian beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk member peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali (dari peperangan) supaya mereka dapat menaga dirinya”.

2.              Aspek amal untuk mencari rizki. Sebagaimana dalam surat Al-Mulk:15 yang artinya;
“Dia menjadikan bumi ini mudah bagimu,maka berjalanlah ke segala penjurunya, dan makanlah dari sebagian rezekiNya dan hanya kepadaNyalah kalian kembal”i.
Perintah mencari rizki itu mengandung perintah agar mempelajari cara mencari rizki. Oleh karena itu perlu diajari teori-teori filsafat, sains, dan teknik-teknik lainnya.

Menurut Muhammad Quthb, menyatakan bahwa tujuan pendidikan lebih penting daripada sarana pendidikan. Sarana pendidikan pasti berubah dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, bahkan dari satu tempat ke tepat lain. Akan tetapi, tujuan pendidikan tidak akan berubah. Menurutnya, tujuan umum pendidikan Islam adalah untuk menjadi manusia yang taqwa. Manusia yang memenuhi kodratnya sebagai khalifah yang harus dapat bekerja sesuai derajat dan kehormatan manusia. Konferensi Dunia pertama tentang Pendidikan Islam (1977) menyimpulkan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan dirinya secara mutlak kepada Allah.
Al syaibani menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:
1)             Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berkaitan pengetahuan, tingkah laku, jasmani, rohani, dan kemampuan lain yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.
2)             Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, dan memperkaya pengalaman masyarakat.
3)             Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni, profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Al Abrasyi merinci tujuan akhir pendidikan Islam meliputi:
1.              Pembinaan akhlak.
2.              Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan di akhirat.
3.              Penguasaan ilmu.
4.              Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
Asma Hasan Fahmi merinci tujuan akhir pendidikan Islam meliputi:
1.              Tujuan keagamaan
2.              Tujuan pengembangan akal dan akhlak
3.              Tujuan pengajaran kebudayaan
4.              Tujuan pembinaan kepribadian
Munir Mursi merinci tujuan akhir pendidikan Islam meliputi:
1.              Bahagia dunia dan akhirat
2.              Menghambakan diri kepada Allah
3.              Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat Islam
4.              Untuk mencapai akhlak mulia.[12]

Ada juga yang mengatakan bahwa tujuan atau sasaran pendidikan Islam yakni:
1.              Tujuan Umum
Ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain, yang meliputi, sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan agar sesuai norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Tujuan umum ini juga terkait dengan tujuan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.              Tujuan sementara
Ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman dalam suatu kurikulum pendidikan formal dalam tingkat dan jenjang pendidikan yang berbeda, dengan materi ajar yang berbeda dari satu tingkat ke tingkat lainnya.
3.              Tujuan Operasional
Ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu, yakni lebih menekankan pada kemampuan anak didik dalam  keterampilan, lancar dalam berbicara, mengerti, memahami, meyakini, dan menghayati.
4.              Tujuan Akhir
Pendidikan berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia dan akhirat kelak. Membentuk insan kamil dengan taqwa yang tertanam dalam pribadi manusia. Pendidikan Islam untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan ketaqwaan seseorang. Insan kamil yang mati dan menghadap Allah swt dengan hati yang penuh keimanan merupakan tujuan akhir yang merupakan proses dari pendidikan Islam.[13]

Noeng Muhadjir menjelaskan bahwa obyek/sasaran ilmu Pendidikan Islam adalah upaya dalam membantu proses perkembangan anak didik untuk mencapai tingkat normatif yang lebih baik. Maka, sasaran ilmu pendidikan adalah manusia atau peserta didik berhak mendapatkan pengajaran, ilmu, pengetahuan, kecerdasan yang dibutuhkan dalam kehidupannya kelak, mendapatkan pendidikan yang meliputi penanaman nilai-nilai yang baik yang diakui dan diterima oleh masyarakat.
          Peserta didik sebagai manusia menjadi obyek/sasaran  ilmu pengetahuan yang bersifat material, sedang usaha untuk membawa peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan atau kedewasaan disebut obyek pendidikan yang bersifat formal dan upaya mendidik, membimbing dan melatih siswa menuju perbaikan dan tanggung jawab.[14]
Sesuai dengan misi agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian makhluk di alam, maka pendidikan Islam mengidentifikasikan sasarannya yang digali dari sumber ajaran Al-Quran dan Sunnah, meliputi empat pengembangan fungsi manusia yaitu:
a.)            Menyadarkan manusia secara individual pada posisi dan fungsinya di tengah-tengah makhluk lain, dan tanggung jawab dalam kehidupannya. Dengan kesadaran ini, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama diantara makhluk-makhluk lainnya sehingga mampu berfungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sebab manusia adalah makhluk yang terdiri dari perpaduan unsur-unsur rohani dan jasmani.

Allah memberikan kepada manusia suatu kedudukan yang lebih tinggi, sebagaimana firman Allah:
*ôs)s9ur$oYøB§x.ûÓÍ_t/tPyŠ#uäöNßg»oYù=uHxqurÎûÎhŽy9ø9$#̍óst7ø9$#urNßg»oYø%yuuršÆÏiBÏM»t7ÍhŠ©Ü9$#óOßg»uZù=žÒsùur4n?tã9ŽÏVŸ2ô`£JÏiB$oYø)n=yzWxŠÅÒøÿs?ÇÐÉÈ
          Artinya:
          Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam dan kami angkut mereka itu melalui daratan dan lautan serta kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan. (al-Isra’:70).
Sedangkan beban tanggung jawabnya terhadap dirinya dan masyarakat sebagi konsekuensi kedudukannya dinyatakan oleh Allah (Al-Isra’:15)

Ç`¨B3ytF÷d$#$yJ¯RÎ*sùÏtGöku¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9(`tBur¨@|Ê$yJ¯RÎ*sù@ÅÒtƒ$pköŽn=tæ4ŸwurâÌs?×ouÎ#uruøÍr3t÷zé&3$tBur$¨Zä.tûüÎ/ÉjyèãB4Ó®Lymy]yèö6tRZwqßuÇÊÎÈ
          Artinya:
          Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah-Nya, maka sesungguhnya ia berbuat keselamatan terhadap dirinya, dan barang siapa berbuat sesat, maka sesungguhnya ia tersesat bagi dirinya sendiri. Dan seseorang yang berdosa itu tidak dapat memikulkan beban dosanya kepada orang lain, dan kami tidak akan memberikan azab sebelum kami mengutus seorang utusan (rasul): (al-Isra’: 15)

b.)           Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakat itu. Manusia harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia adalah makhluk social, itulah sebabnya Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, kegotong-royongan, dan musyawarah yang dapat membentuk masyarakat itu menjadi suatu persekutuan hidup yang utuh. Prinsip hidup bermasyarakat demikian dikehendaki oleh Allah dalam firman-Nya yakni:
(#qßJÅÁtGôã$#urÈ@ö7pt¿2«!$#$YèÏJy_Ÿwur(#qè%§xÿs?
Artinya:
Berpeganglah kamu semuanya pada tali Allah swt dan janganlah kamu bercerai berai. (ali-Imran: 103).
$yJ¯RÎ)tbqãZÏB÷sßJø9$#×ouq÷zÎ)(#qßsÎ=ô¹r'sùtû÷üt/ö/ä3÷ƒuqyzr&4(#qà)¨?$#ur©!$#÷/ä3ª=yès9tbqçHxqöè?ÇÊÉÈ
Artinya:
Sesungguhnya semua orang mukmin itu adalah bersaudara. (al-Hujurat:10)

c.)            Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang bertuhan, sikap dan watak religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Pada hakikatnya dalam diri setiap manusia telah di beri kemampuan untuk beragama dan kemampuan itu berada di dalam fitrahnya secara alami. Sebagaimana firman Allah:
ãNà6Ï9ºsŒª!$#öNä3š/u(Iwtm»s9Î)žwÎ)uqèd(ß,Î=»yzÈe@à2&äó_x«çnrßç6ôã$$sù4uqèdur4n?tãÈe@ä.&äóÓx«×@Å2urÇÊÉËÈžwçmà2Íôè?㍻|Áö/F{$#uqèdurà8Íôãƒt»|Áö/F{$#(uqèdurß#Ïܯ=9$#玍Î6sƒø:$#ÇÊÉÌÈ
Artinya:
(yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Allah Tuhanmu, tidak ada Tuhan selan Dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu, Dia tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah yang maha kuasa lagi maha mengetahui. (al-An’am: 102-103)
d.)           Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami Tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya.
Maka, manusia sebagai khalifah di bumi dan yang terbaik di antara makhluk lain, akan mendorong untuk melakukan pengelolaan, serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup bersama-sama dengan lainnya. Pada akhirnya, kesejahteraan yang diperolehnya itu digunakan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
Oleh karena itu, terserah kepada manusia, bagaimana cara mengungkap rahasiasegala yang diciptakan Allah swt. Sudah tentu faktor akal budi (rasio), sangat menentukan mampu atau tidaknya manusia menggali dan mengungkapkan rahasia-rahasia alam tersebut. Untuk itu, faktor kegiatan belajar mengajar merupakan pangkal tolak dari kemampuan tersebut di atas. Sebagaimana firman Allah:
*¨bÎ)©!$#ß,Ï9$sùÉb=ptø:$#2uq¨Z9$#ur(ßl̍øƒä¢ptø:$#z`ÏBÏMÍhyJø9$#ßl̍øƒèCurÏMÍhyJø9$#z`ÏBÇcyÛø9$#4ãNä3Ï9ºsŒª!$#(4¯Tr'sùtbqä3sù÷sè?ÇÒÎÈß,Ï9$sùÇy$t6ô¹M}$#Ÿ@yèy_urŸ@øŠ©9$#$YZs3y}§ôJ¤±9$#urtyJs)ø9$#ur$ZR$t7ó¡ãm4y7Ï9ºsŒãƒÏø)s?̓Íyèø9$#ÉOŠÎ=yèø9$#ÇÒÏÈuqèdurÏ%©!$#Ÿ@yèy_ãNä3s9tPqàfZ9$#(#rßtGöktJÏ9$pkÍ5ÎûÏM»yJè=àßÎhŽy9ø9$#̍óst7ø9$#ur3ôs%$uZù=¢ÁsùÏM»tƒFy$#5Qöqs)Ï9šcqßJn=ôètƒÇÒÐÈ

Artinya: “sesungguhnya Allah menumbuhkan butir-butir tumbuhan dan biji buah-buahan. Dan mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, (yang memiliki sifat-sifat demikian itu) ialah Allah, maka mengapa kamu masih juga berpaling dari pada Nya. Dialah yang menyingkapkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan, itulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi maha mengetahui. Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang untukmu agar kamu menjadikannya petunjuk alam kegelapan di darat dan di lautan. Sesungguhnya kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang yang mengetahui”. (al-an’am: 95-97)

Diantara sasaran / tujuan pendidikan Islam lainnya yakni dilihat dari imu pendidikan Teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya tujuan intermediair (sementara), yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu, untuk mencapai tujuan akhir.

Dalam sistem operasional kelembagaan pendidikan, berbagai tingkat tujuan tersebut ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program, bila di lihat dari pendekatan sistem tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1.)           Tujuan Intruksional khusus, yaitu diarahkan pada bidang studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
2.)           Tujuan Intruksional umum, yaitu diarahkan pada penguasaan suatu bidang studi umum.
3.)           Tujuan kurikuler, yang ditetapkan untuk mencapai dan mengetahui bakat dan kemampuan peserta didik.
4.)           Tujuan umum, atau tujuan Nasional adalah cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan dengan berbagai cara atau sistem baik sistem formal (sekolah), sistem non formal.
Rumusan-rumusan tujuan akhir pendidikan Islam dari semua golongan dan madzhab dalam Islam, misalnya sebagai berikut:
1.)    Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, sesuai kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individual sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada khaliknya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agamanya.
Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini harus melengkapi pertumbuhan manusia dalam aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah.
Tujuan terahkir dari pendidikan Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba yang berserah diri kepada khaliknya, ia adalah hamba Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencipta Nya untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam kalimat ajaran Allah swt:
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah semesta alam”.

2.)    Berdasarkan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se Indonesia pada tanggal 7 sampai 11 mei 1960 di Bogor, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa pendidikan islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
3.)    Menurut Prof.Dr.Muhammad Al Toumy Al Syaebani, tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diinginkan dan diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana seseorang itu hidup atau pada proses pendidikan dan proses pengajaran dalam masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, tujuan tersebut dapat dibedakan dalam dua macam tujuan, yaitu:
1.)           Tujuan operasional
Tujuan operasional yaitu suatu tujuan yang dicapai menurut program yang telah ditentukan atau ditentukan dalam kurikulum.
2.)            Tujuan fungsional
Tujuan fungsional yaitu tujuan yang telah dicapai dalam arti kegunaannya, baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis. Oleh karena itu, produk kependidikan yang sesuai adalah bilamana bisa menghasilkan anak didik yang memiliki kemampuan teoritis, dan sekaligus mempunyai kemampuan praktis atau teknis operasional. Anak didik berarti telah siap dipakai dalam bidang keahlian yang dituntut oleh dunia kerja dan lingkungannya.
Berbagai tingkat tujuan pendidikan yang dirumuskan secara teoritis itu bertujuan untuk memudahkan proses kependidikan melalui tahapan yang semakin meningkat (progresif) kearah tujuan umum atau tujuan akhir.
Demikian pula yang terjadi dalam proses kependidikan Islam bahwa penetapan tujuan akhir itu mutlak diperlukan dalam rangka mengarahkan segala proses, sejak dari perencanaan program sampai dengan pelaksanaannya agar tetap konsisten dan tidak mengalami penyimpangan.
Dalam proses kependidikan, semua tujuan diatas dapat dicapai secara integral dan ada keterkaitan, tidak terpisah satu sama lain, sehingga dapat mewujudkan tipe manusia sesuai yang dikehendaki oleh ajaran agama Islam.[15]




D.   Simpulan
1.      Cakupan / ruang lingkup Pendidikan Islam diantaranya:
a.       (1) keagamaan, (2) Akidah dan Amaliah (3) Akhlak dan budi pekerti, (4) Fisik, biologis, eksak, mental-psikis, dan kesehatan.
b.      Usaha mendidik.
c.       Dasar dan tujuan pendidikan Islam.
d.      Peserta didik dan pendidik.
e.       Materi dan kurikulum pendidikan Islam.
f.       Metode dan evaluasi pendidikan Islam.
g.      Alat-alat dan lingkungan pendidikan Islam.
2.      Proses pendidikan Islam yakni Proses dalam aktivitas pendidikan atau praktek pendidikan yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar, melatih peserta didik agar berkembang potensinya serta menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
3.      Sasaran / tujuan pendidikan Islam yakni:
a.       Pembinaan akhlak.
b.      Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan di akhirat.
c.       Penguasaan ilmu.
d.      Keterampilan bekerja dalam masyarakat.

E.   Notulen Diskusi
Pertanyaan:
1.      Khoiri Rotus Saidah (112168): Bagaimana terkait dengan akhlak anak zaman sekarang, jika mengingat tujuan pendidikan, apakah nanti tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik?
2.      Lu’lu’il Makhnun (112183): terkait dengan konsep tujuan pendidikan yang bermacam-macam menurut para pemikir (Al Abrasyi, Asma Hasan Fahmi, Munir Mursyi), mana diantara itu yang terbaik?
3.      Oktavian Cahya Saputra (112180): Berapa presentasi anak  didik di Indonesia bisa mencapai tujuan pendidikannya?
4.      Mustaghfirotun (112176): Bagaimana cara untuk taqorrub ilalloh?

F.     JAWABAN MENURUT PEMAKALAH
1.      Semua itu tergantung dari individually, tergantung bagaimana anak itu menyikapi bagaimana menghadapi zaman sekarang, yang semua serba bebas.
Untuke mewujudkan sasaran pendidikan kemungkinan akan tercapai karna kita harus pintar-pintar mengambil hikmah dari semua perbuatan yang ada. Contoh zaman sekrang kan banyak internet maka ambil saja manfaat dari internet dan mengabaikan yang tidak bermanfaat.
2.      Dari semua pemikiran yang ada tersebut, semua pemikiran itu baik. Tak ada yang lebih unggul maupun yang rendah, semuanya saling melengkapi dari konsep tujuan dari pendidikan tersebut. Dari kelengkapan pemikiran tersebut, maka tujuan pendidikan akan tercapai lebih maksimal.
3.      Dalam persentasinya, pemakalah belum menghitung pastinya tercapai berapa persen tujuan pendidikan tercapai. Akan tetapi dilihat dari lingkungan yang ada, sudah banyak sekali di sekitar kita yang mengerti tentang dampak positif dari pendidikan tersebut.
4.      Taqarrub illallah itu ialan mendekatkan diri kepada Allah, cara taqrrub illallah itu ialah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Dan percaya bahwa Allah itu ada, dan ternanam dalam hati kita, dan perilaku kita, dan terucap dalam bibir kita.










DAFTAR PUSTAKA

            Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.2003.Pedomam Umum Penddikan Agama Islam di Sekolah Umum Tingkat Menengah dan Luar Biasa.Jakarta:Departemen Agama.
Uhbiyati,Nur.2013,Dasar-DasarIlmu Pendidikan Islam.Semarang:PT.Pustaka Rizki Putra.
Saekan,M.2009.Issu-issu Kontemporer dalam Pendidikan Islam.Kudus:Nora MediaEnterprise.
Muntahibun Nafis,Muhammad.2011.Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta:Penerbit Teras.
Roqib,Moh.2009.Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta:Lkis.
Umar,Bukhori.2010.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Amzah.
Darajat,Zakiah.1995.Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.Jakarta:Bumi Aksara.
Arifin.M.1994.Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner.Jakarta:Bumi Aksara.
Zaini,Syahminan.1986.Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam.Jakarta:Kalam Mulia.
Achmadi.2005.Ideologi Pendidikan Islam.Yogyakarta:Pustaka pelajar.
Nata,Abudin.2010.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Tafsir,Ahamad.1992.Ilmu Penddikan dalam Perspektif Islam.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya.
Darajat,Zakiah.2009.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Bumi Aksara.
Sulthon.2011.Ilmu Pendidikan.Kudus:Nora Media Enterprise.




[1]Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,Pedomam Umum Penddikan Agama Islam di Sekolah Umum Tingkat Menengah dan Luar Biasa,Departemen Agama.Jakarta.2003.hal.6.
[2]Nur Uhbiyati,Dasar-DasarIlmu Pendidikan Islam,PT.Pustaka Rizki Putra,Semarang.2013.43-44.
[3] M.Saekan,Issu-issu Kontemporer dalam Pendidikan Islam,Nora Media Enterprise,Kudus.2009.hal.33.
[4] Muhammad Muntahibun Nafis,Ilmu Pendidikan Islam,Penerbit Teras,Yogyakarta.2011.26-27.
[5]Moh.Roqib,Ilmu Pendidikan Islam,Lkis.Yogyakarta.2009.hal.21.
[6]Bukhari Umar,Ilmu Pendidikan Islam,Amzah,Jakarta.2010.55.
[7] Zakiah Darajat,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,Bumi Aksara, Jakarta.1995.62.
[8]M.Arifin.Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisi
pliner.Bumi Aksara.Jakarta.1994.33.
[9]Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam. Kalam Mulia,Jakarta.1986.hal.115.
[10] Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam.Pustaka pelajar.Yogyakarta.2005.hal.91-103.
[11] Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam. Kencana Prenada Media Group.Jakarta.2010.hal.82.

[12]Ahmad Tafsir,Ilmu Penddikan dalam Perspektif Islam,PT.Remaja Rosda Karya,Bandung.1992.hal.46.
[13]Zakiah Darajat,Ilmu Pendidikan Islam,Bumi Aksara,Jakarta.2009.hal.31.
[14]Sulthon,Ilmu Pendidikan,Nora Media Enterprise.Kudus.2011.65.
[15]M.Arifin.Op,cit,.hal.35-43.

No comments:

Post a Comment