Sunday, March 6, 2016

makalah pemahaman seksual pada remaja


BAB I
1.   Latar Belakang Masalah
Pembicaraan khusus di bidang psikologi akan melihat manusia dari berbagai aspek penyusunan kejiwaan yang akan mendasari tingkah laku manusia. Dorongan-dorongan kejiwaan merupakan unsur yang memberi warna pada manusianya. Dia akan menjadi manusia dengan kategori baik atau sebaliknya sesuai dengan arah yang disukainya.
Ketidaktuntasan memahami manusia karena perkembangan ilmu pengetahuan dalam melihat manusia, selalu tidak puas, karena gejala yang tampak pada manusia dalam tingkah lakunya. Dan dalam kehidupan sehari-hari manusia penuh dengan misteri.
Remaja masa kini cenderung lebih individual, seiring dengan keberagamaan dan kepesatan perkembangan teknologi dan informasi. Mereka ibarat bergantung pada teknologi dan gadget. Belasan atau puluhan tahun lalu remaja masih menjalani kehidupan yang sesuai dengan usia, semisal menonton film kartun sebagai hiburan pada minggu pagi.
Seharusnya, kemudahan akses teknologi dan informasi saat ini menjadi poin plus. Sayang bila kemudahan teknologi dan informasi itu disalahgunakan. Saat ini kenakalan remaja tidak lagi sebatas bolos dan melanggar peraturan sekolah, namun bergeser dari menjadi perokok, pengguna narkoba, terlibat tawur, hingga terjebak perilaku seks bebas.
Kemudahan mengakses situs porno, membuat sebagian remaja mengeksplorasi keingintahuan mereka tentang seks, tanpa ada pendampingan. Saat ini, banyak remaja berani menyalurkan hasrat seksual secara frontal, dari bercumbu dengan teman sebaya sampai berhubungan intim dengan lawan jenis (pangkahila; 1997).
Survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah tentang perilaku remaja saat berpacaran menyebutkan saling mengobrol adalah aktifitas yang paling sering dilakukan (100%). Kemudian, berpegangan tangan 93,3% responden, mencium pipi atau kening 84,6%, berciuman bibir 60,9%, mencium leher 36,1%, saling meraba (payudara dan organ pribadi) 25%.
Yang membuat masyarakat prihatin adalah data yang menyebutkan bahwa 7,6% melakukan hubungan seks. Lebih ekstrem lagi, beberapa sepakat iuran membayar WTS atau waria guna memnuhi kebutuhan seksual mereka. Secara fisik, beberapa remaja memang sudah siap untuk berhubungan seksual. Kesalahan pada penyerapan dan penyaluran konten seksual secara bebas itu menjadi pengalaman yang membekas.
Bahkan, ada kekhawatiran aktifitas tersebut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja tersebut. Artinya, setelah benar-benar dewasa bisa melahirkan perilaku penyimpangan seksual karena sejak awal merekamemiliki pengalaman yang salah.

BAB II
2.   Alasan Kenapa Mengangkat Masalah Ini
Anak-anak yang mulai tumbuh remaja lebih suka berbicara seks dikalangan temen-temannya. Lembaga keluarga yang bersifat universal dan multi fungsional, baik pengawasan sosial, pendidikan keagamaan dan moral, memelihara, perlindungan dan rekreasi terhadap anggota-anggota keluarganya, dalam berhadapan dengan proses modernitas sosial, cenderung kehilangan fungsinya. Sebagai konsekuensi proses sosialisasi norma-norma yang berhubungan batas-batas pola dan etika pergaulan semakin berkurang, maka oengaruh pola pergaulan bebas cenderung lebih dominan merasuk kedalam kebiasaan baru. Seks sebagaoi kebutuha manusia yang alamish tersebut dalam upaya pemenuhannya cenderung didominasi oleh dorongan naluri seks secara subyektif. Akibatnya sering terjadi penyimpangan dan pelanggaran perilaku seks diluar batas hak-hak kehormatan dan tata susila kemanusiaan.
Kalangan remaja pada umumnya lebih sensitif menyerap struktur pergaulan bebas dalam kehidupan masyarakat. Bagi kalangan remaja, seks merupakan indikasi kedewasaan yang normal, akan tetapi karena mereka tidak cukup mengetahui secara utuh tentang rahasia dan fungsi seks, maka lumrah kalau mereka menafsirkan seks semata-mata sebagai tempat pelampiasan birahi, tak perduli resiko.
Kendatipun secara sembunyi-sembunyi mereka merespon gosip tentang seks diantara kelompoknya, mereka menganggap seks sebagai bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja. Kelakar pornografi merupakan kepuasan tersendiri, sehingga mereka semakin terdorong untuk lebih dekat mengenal liku-liku seks sesungguhnya. Jika imajinasi seks ini memperoleh tanggapan yang sama dari pasangannya, maka tidak mustahil kalau harapan-harapan indah yang termuat dalam konsep seks ini benar-benar dilakukan.           
3.   Analisis
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki–laki di antaranya: alat produksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang bulan) yang pertama.
Ciri-ciri lainnya yang ada pada anak laki-laki ialah pada lehernya menonjol buah jakun yang membuat nada suaranya menjadi pecah. Sehubungan dengan hal itu, bila orang tua, kakak-kakaknya menggodanya, bisa menimbulkan masalah bagi anak itu. Kemudian di atas bibir dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu (rambut). Sedangkan pada anak perempuan, karena produksi hormon dalam tubuhnya, dipermukaaan wajahnya bertumbuhan jerawat. Bila gadis yang sedang berjerawat itu diejek, bisa juga menimbulkan masalah. Selain tanda-tanda itu terjadi penimbunan lemak yang membuat buah dadanya mulai tumbuh, pinggulnya mulai melebar, dan pahanya membesar. Bila hal ini terjadi lebih cepat atau lebih lambat, juga bisa menimbulkan masalah bagi anak itu.
Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti, kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah, dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya.
Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang daripada anak laki-laki. Gadis yang berusia 14 sampai dengan 18 lebih cenderung untuk tidak merasa puas dengan perhatian pemuda yang seusia dengannya. Karena itu ia tertarik kepada pemuda yang usianya berapa tahun di atasnya. Keadaan ini terus berlangsung sampai ia duduk di bangku kuliah. Pada masa itu akan terlihat pasanagn muda-mudi yang pemudanya berusia lebih tua daripada gadisnya.
Pengalaman seksual mencakup pengalaman yang secra khayal ditunjukan kepada hubungan jasmani dengan orang yang dicenderunginya. Sehubungan dengan perkembangan erotik, Spranger mengatakan bahwa pengalaman erotik berwujud cinta yang pada dasarnya estetis. Jiwa mempersatukan diri dengan jiwa yang lain karena mengagumi kecantijan atau kegagahan tubuh yang lain. Dalam tubuh yang cantik dan gagah, meraka melihat adanya jiwa yang ideal. Semula memang ada perbedaan pendapat antara erotik dan seksual, misalnya jika hal erotik itu diseksualisasikan, maka cinta yang idealitu bisa terganggu. Sedangkan kaum remaja belum mampu untuk mengerotisasi hal-hal seksualitas.
Menurut Sigmund Freud, pengalaman-pengalaman erotik berlainan wujudnya dengan pengalaman-pengalaman seksual walaupun keduanya berasal dari dorongan yang sama, yaitu dorongan seksual. Dorongan seksual yang dialihkan dari tujuannya yang semula, oleh Sigmund Freud disebut erotik. Dialihkan artinya pemuda itu dapat menekan dorongan-dorongan libidonya karena adanya tekanan-tekanan dari lingkungan dan keinginannya melepaskan diri dari hal-hal seksual. Jadi yang mula-mula ada ialah pengalaman-pengalaman seksual, baru kemudian pengalaman-pengalaman erotik. Erotik itu merupakan sublimasi dari hal-hal seksual.
Roels kurang setuju dengan pendapat Spranger tentang erotik itu. Menurut Roels, selain dengan perantaraan tubuh, erotik dapat disalurkan dengan mendengarkan syair-syair dan musik yang sahdu. Keduanya dapat menggugah perasaan seseorang. Pada dasarnya erotik tidak mungkin timbul tampak seksualitas. Ada saatnya aspek-aspek seksualitas itu kelihatan lebih keras, di lain waktu tampak lemah, tetapi ia selalu ada.
Persatuan jiwa dengan jiwa yang lain tanpa aspek seksual tidak disebut erotik; lebih tepat disebut pengalaman estetis atau religius. Jadi yang mula-mula terlihat ialah perkembangan seksual, barulah kemudian perkembangan erotik. Erotik timbul jika persyaratan untuk berkembang itu sudah ada, yaitu pada permulaan perkembangan kepribadian.
Di kalangan pemuda pekerja sukar didapatkan buku-buku bacaan dalam bentuk prosa dan puisi sehingga sukar untuk mengetahui sikap mereka tentang pengaruh budaya modern. Pengaruh film dan buku-buku bacaan yang ringan-ringan sangat memegang peranan penting untuk perkembangan seks pemuda pekerja. Film merupakan sarana yang murah dan mudah dijangkau untuk memenuhi kebutuhan melepaskan dirinya sejenak dari kesibukan pekerjaannya sehari-hari. Mereka lebih menyukai film bertema ringan, sedangkan film yang berat jalan ceritanya, misalnya film detektif kurang menarik perhatian mereka.
Keterjerumusan usia pelajar pada dunia seks tidak dipungkiri merupakan hasil dari rasa keingintahuan terhadap seks itu sendiri, yang mereka dapatkan dari media-media, video cassete disk dan fasilitas lainnya. Yang tanpa disadari dengan sekali melakukan, ia akan terjerumus pada pecandu seks bebas.
Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha , seks bebas penyebabnya antara lain maraknya peredaran gambar dan VCD porno, kurangnya pemahaman akan nilai-nilai agama, keliru dalam memaknai cinta, minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas serta belum adanya pendidikan seks secara reguler-formal di sekolah-sekolah. Itulah sebabnya informasi tentang makana hakiki cinta dan adanya kurikulum kesehatan reproduksi di sekolah mutlak diperlukan.
Melacak lebih jauh persoalan cinta dan seksualitas dikalangan remaja ini, ada sejumlah fakta yang mesti diterima dengan lapang dada dan disikapi secara bijak.
a)  Banyak remaja memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Misalnya, “Cinta itu memiliki dan harus mau berkorban”. Ketika anugerah cinta singgah di hatinya, ia tidak rela hubungan cintanya disudahi. Konsekuensinya, ia pun rela melakukan apa saja yang diinginkan pasangannya, termasuk melakukan perbuatan yang belum layak mereka lakukan.
b)  Tawaran erotismedan stimulasi seksual yang seronok-vulgar, yang disugguhkan media massa begitu deras mengalir di ruang publik. Hal tersebut sangat berdampak buruk pada mentalitas para remaja. Tawaran erotisme dan seksual tersebut akan menimbulakan implikasi psikologis di kalangan remaja yang sedang dalam proses transisi mencari identitas diri.
c)  Cinta dan seksualitas merupakan hal yang sangat menarik perhatian remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja tersebut segala perangkat seksualnya mengalami perkembangan pesat dan dorongan seksualnya pun menjadi hal yang sangat akrab dalam kehidupan mereka.
d) Cinta dan seks adalah dorongan alami yang tak dapat dipisahkan dalam perkembangan setiap manusia yang normal. Dorongan seks tersebut sering menimbulkan masalah tetapi bukan tidak bisa diatasi. Seks harus dilihat darikonteks kehidupan kita secara utuh, tidak persial. Dorongan itu  bisa disublimasi menjadi potensi positif untuk berpresentasi bila ditangani secara benar.
e)  Kini, seks bukan monopoli orang dewasa atau orangtua lagi. Seks juga milik remaja. Nilai seks yang luhur itu pun sudah sedikit demi sedikit meninggalkan ketabuannya. Oleh sebab itu, nilai luhur seks itu harus ditanamkan pada remaja. Kalau dulu orang malu membicarakannya meskipun begitu banyak orang mengalami masalah seks, malu kalau ketauan punya pacar, sekarang seballiknya kalau tidak berani berpacaran bisa dinilai kuper dan ketinggalan jaman. Remaja, kini cepat dewasa malu kalau sudah duduk dibangku SMP, apalagi SMA belum mempunyai pacar.
f)  Para remaja kita sekarang ini (khususnya di kota-kota besar) telah mengalami pergeseran nilai yang cukup signifikan terhadap seks ini. Pergaulan bebas, pornografi, pornoaksi, seks bebas (free sex), intercouse, sex pranikah, dan berbagai aktivitas seksual lainnya bukan lagi sesuatu yang asing bagi mereka. Mereka begirtu permisif dengan hal-hal tersebut. Dimata mereka, didalam seks hanya ada kesenangan. Sementara sisi buram akibat perbuatan mereka hampir tidak pernah dipikirkan.
g)  Banyak remaja yang kurang bahkan tidak mempunyai pemahaman yang memadai tentang masalah cinta dan seks ini banyak diantara mereka yang tidak mengenal organ tubuhnya sendiri secara baik, sementara tingkat keingintahuan mereka mengenai masalah seks ini begitu besar untuk memenuhi keingintahuan mereka yang begitu besar tersebut, mereka mencarinya secara sembunyi-sembunyi. Akibatnya, tidak sedikit diantara mereka yang terjebak dalam informasi yang salah bahkan menyesatkan yang dapat membahayakan perkembangan mental mereka.
Beberapa implikasi makna penyimpangan di kalangan  remaja yang dilakukan dalam berbagai bentuk:
J Penyimpangan moral
Penyimpangan moral terjadi disebabkan oleh seseotang yang meninggalkan perilaku baik dan mulia, lalu menggantinya dengan perbuatan yang buruk, seperti bersikap tidak mau tahu dengan lingkungan sekitarnya, cepat terbawa arus, tidak menjaga kehormatan diri, mengajak perempuan tanpa mahram jalan-jalan, mengikuti gaya dan mode barat, tawuran, dan nongkrong di pinggir-pinggir jalan.
J Penyimpangan berpikir
Penyimpangan dalam berpikir dapat timbul disebabkan oleh adanya kekosongan pikiran, kekeringan ruhani, dan kedangkalan keyakinan. Orang yang menyimpang dalam berpikir akan senantiasa manut terhadap serangan pemikiran yang dilakukan pihak asing. Dia juga fanatic buta terhadap suku, bangsa, kelompok, profesi dan kasta. Dan dia selalu terbuai dengan khayalan dan hal-hal yang bersifat khurafat.
J Penyimpangan agama
Penyimpangan dalam bentuk bidang agama terlihat dari sikap ekstrem seseorang dalam memahami ajaran agama, sehingga ia fanatic terhadap mazhab atau kelompoknya, memilih untuk tidak bertuhan (atheis), skeptic terhadap keyakinannya sendiri dan agama yang dianutnya, memperjual belikan  ajaran agama dan arogan terhadap prinsip-prinsip yang dipegang atau ajaran-ajaran tokoh masyarakatnya.
J Penyimpangan sosial dan hukum
Penyimpangan dalam bidang sosial dan pelanggaran terhadap peraturan dapat dilihat dari sikap yang selalu melakukan kekerasan, seperti mengancam, merampas, membunuh, membajak atau kecanduan minuman keras, mengonsumsi narkoba dan penyimpangan seksual.
J Penyimpangan mental
Penyimpangan dalam maslah mental atau kejiwaan dapat dilihat dari sikap yang selalu merasa tersisih, kehilangan kepercayaan diri, memiliki kepribadian ganda, kehilangan harapan masa depan, merasa selalu sial dan cepat berputus asa, gelisah, bimbang dan sering bingung, melakukan hal-hal yang sia-sia dan tak ada manfaatnya, mengisolasi diri dari kehidupan masyarakat, melibatkan diri dalam hura-hura music, selalu bertindak ikut-ikutan tanpa tahu alasannya, hanya melihat orang dari penampilan luar saja atau suka meniru orang lain.
J Penyimpangan ekonomi
Penyimpangan dalam hal ekonomi dapat berbentuk sikap congkak dan gengsi dengan kekayaan yang dimiliki, boros, berfoya-foya, bermegah-megahan, glamor dalam pakaian, busana dan perhiasan, membuang-buang waktu, bersikap materialistis dan suka menghambur-hamburkan harta.

BAB III
4.   Kesimpulan
Latar belakang terjadinya perilaku seks bebas pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
ü Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas
ü Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas; setara dengan kuantitas pengetahuan tentang perilaku seks pada lingkungan sosial dan kelompok pertemanan
ü Kekosongan aktifitas-aktifitas fisik dan rasio dalam kehidupan sehari-hari
ü Sensifitas penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaukan dan seks bebas relatif tinggi
ü Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang
ü Rendahnya keperdulian dan kontrol masyarakat
ü Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan
ü Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya
ü Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks
ü Kesepian, berpisah dengan pasangan terlalu lama, atau karena keingunan untuk menikmati sensasi seks di luar rutinitas rumah tangga
ü Terjadinya lokalisasi  atau legalitas pekerja seks
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas:
1)    Industri pornografi
Luasnya peredaran materi pornografi memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan pola perilaku seks remaja.
2)    Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
Banyak informasi tentang kesehatan reproduksi yang tidak akurat, sehingga dapat menimbulkan dampak pada pola perilaku seks yang tidak sehatdan membahayakan.
3)    Pengalaman masa anak-anak
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang pada masa anak-anak mengalami pengalaman buruk akan mudah terjebak ke dalam aktifitas seks pada usia yang amat muda dan memiliki kecenderungan untuk memilikipasangan seksual yang berganti-ganti.
4)    Pembinaan religius
Remaja yang memiliki kehidupan religius yang baik, lebih mampu berkata ‘tidak’ terhadap godaan seks bebas dibandingkan mereka yang tidak memperhatikan kehidupan religius.
5.   Penutup
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan, selaku makalah sadar bahwa makalah yang saya buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar kepadanya lebih baik dan baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.




DAFTAR PUSTAKA
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009
Farida, Psikologi Pasien, Kudus: NORA MEDIA ENTERPRISE, 2011



No comments:

Post a Comment