Sunday, March 6, 2016

makalah teori kepribadian



TEORI KEPRIBADIAN PSIKOLOGI ANALITIS : CARL GUSTAV JUNG
A.          PENDAHULUAN
Teori kepribadian dengan pendekatan psikologi analitis dikembangkan oleh Carl Gustav Jung. Beliau diakui sebagai salah seorang ahli psikologi yang terkemuka abad XX. Selama 60 tahun, ia mengabdikan dirinya dengan penuh kesungguhan untuk menganalisis proses kepribadian manusia yang sangat luas dan dalam.
Dalam memandang manusia, Jung menggabungkan pandangan teleologi dan kausalitas. Dia memandang bahwa tingkah laku manusia itu ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu dan rasi (kausalitas) tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi individu (teleologi). Menurut Jung masa lampau individu sebagai aktualitas maupun masa depan individu sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku individu (orang).
Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambang, upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan manusia primitive, mimpi, penglihatan, simtom orang neurotic, halusinasi dan delusi para penderita psikosis dalam mencari akar dan perkembangan manusia.

B.          LANDASAN TEORI
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche, Jung (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1985: 109) menjelaskan bahwa: “psyche embraces all thought, felling, and behavior, conscious and unconscious”. Kepribadian itu adalah seluruh pemikiran, perasaan, dan perilaku nyata baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
a.         Dimensi Kesadaran Kepribadian
          Dimensi kesadaran dari kepribadian ini adalah ego. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang. Dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada dimensi kesadaran.




          Pada dasarnya setiap manusia memiliki keempat fungsi jiwa itu, berikut ini adalah table tentang fungsi jiwa menurut Jung:
NO
Fungsi Jiwa
Sifatnya
Cara bekerjanya
1
Pikiran
Rasional
Dengan penilaian: benar-salah
2
Perasaan
Rasional
Dengan penilaian: senang-tidak senang
3
Pendirian
Irrasional
Tanpa penilaian: sadar-melalui indra
4
Intuisi
Irrasional
Tanpa penilaian: tidak sadar-melalui naluri
          Berdasarkan atas sikap jiwanya, manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe yaitu sebagai berikut:
Ø  Manusia yang bertipe ekstravers
Orang yang ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia diluar dirinya. Orang bertipe ekstravers bersikap positif terhadap masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, dan hubungan dengan orang lain efektif. Adapun bahaya dari orang ekstravers ialah apabila keterikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia tenggelam didalam dunia objektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya sendiri.
Ø  Manusia yang bertipe introvers
Orang yang introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia didalam dirinya sendiri. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain dan kurang dapat menarik hati orang lain. Bahaya tipe introvers ini ialah kalau jarak dengan dunia objektifnya terlalu jauh, maka orang tersebut lepas dari dunia objektifnya.
b.    Dimensi Ketidaksadaran Kepribadian
          Dimensi ketidaksadaran kepribadian seseorang mempunyai dua lingkaran yaitu:
Ø  Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi berisi kompleks (konstelasi) perasaan, pikiran, persepsi, ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet menarik berbagai pengalaman kearahnya.
Ø  Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif atau transpersonal adalah gudang bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang. Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikis perkembangan evolusi manusia yang menumpuk akibat dari pengalaman yang berulang selama banyak generasi.
Jung tidak berbicara mengenai perkembangan kepribadian dalam cara seperti yang dilakukan oleh kebanyakan ahli kepribadian. Dia berbicara perkembangan umat dan manusia menuju ke taraf yang lebih sempurna. Jung yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna dan menuju taraf diferensiasi yang lebih tinggi.
Jung berpendapat bahwa kepribadian itu mempunyai kecenderungan untuk berkembang kearah suatu kebulatan yang stabil. Perkembangan kepribadian ini adalah pembeberan kebulatan asli (realisasi atau penemuan diri) yang semula tidak punya diferensiasi dan tujuan.
Untuk mencapai kepribadian yang integral serta sehat, maka setiap system atau aspek kepribadian itu harus mencapai tahap diferensiasi dan berkembang sepenuhnya, ini disebut proses pembentukan diri atau penemuan diri. Jung menyebutkan sebagai proses individuasi.
a)        Tahap Pertama
Membuat sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada dalam ketidaksadaran.
b)        Tahap Kedua
Membuat sadar imago, yaitu (proyeksi) kesadaran diri yang dilanjutkan ke objek lain.
c)        Tahap Ketiga
Menyadari bahwa manusia hidup dalam berbagai tegangan pasangan yang berlawanan, baik rohaniah maupun jasmaniah.
d)       Tahap Keempat
Adanya hubungan yang selaras antara kesadaran dan ketidaksadaran, adanya hubungan yang selaras antar segala aspek dari kepribadian yang ditimbulkan oleh titik pusat kepribadian yaitu Diri.
Tujuan bimbingan dan konseling menurut aliran psikoanalitik Jung adalah membantu perkembangan manusia mencapai aktualisasi diri, berarti terjadinya diferensiasi yang sempurna dan saling hubunga yang selaras diantara seluruh aspek kpribadian manusia.



Seorang konselor hendaknya menyadari bahwa dalam proses perkembangan kepribadian, dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Konselor hendaknya membantu mencegah klien jangan sampai trejadi regresi yang tidak normal yakni kembali ke fase yang telah dilewati dengan tidak disadarinya.
Konselor hendaknya mendorong proses sublimasi dalam diri klien yaitu transfer energi dari proses yang lebih primitive, instinktif, dan rendah diferensiasinya
(aktualisasinya) ke proses yang bersifat kultural, spiritual, dan tinggi diferensiasinya.
Sekaitan dengan strategi dan teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling, aliran psikoanalitik Jung banyak menggunakan teknik analisis mimpi (Philip Hodson, 2003: 141). Mimpi ini merupakan suatu jembatan antara alam sadar dan tidak sadar jiwa manusia (Philip Hodson, 2003: 141). Teknik ini sangat terkait dengan asosiasi bebas. Ketika klien tidur, hal-hal yang tidak disadari itu muncul dan dilambangkan dalam bentuk mimpi. Untuk menelusuri akar masalah yang dialami klien, maka para konselor dapat mengungkapkan dengan cara menganalisis mimpi klien tersebut. Dalam hal ini, klien diminta untuk menceritakan isi mimpinya kepada konselor.

C.          STUDI KASUS
Dalam sebuah keluarga terdapat seorang anak yang memiliki sifat introvers, awal mula kisah anak tersebut yaitu dari kedua orang tuanya sering konflik yang berdampak pada pertumbuhan fisik dan psikis anak tersebut terganggu. Disebabkan pada saat dalam kandungan mengalami benturan benda tumpul yang dilakukan ibunya sendiri. Setelah melahirkan bayinya terlihat normal dan baik-baik saja. Pada umur 3tahun si anak terlihat beda dari teman-teman sebayanya. Sekarang si anak tinggal bersama ayah kandungnya, sedangkan ibu kandungnya pergi merantau ke luar negeri, sehingga si anak kurang mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Hal ini menyebabkan si anak tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, dan kurang dapat menarik hati orang lain.

D.          ANALISA
                        Dalam kasus psikologi analitis ini menceritakan seorang anak yang mempunyai sifat introvers, yaitu penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, dan kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe kepribadian introvers ini ialah kalau jarak dengan dunia objektifnya terlalu jauh, maka orang tersebut lepas dari dunia objektifnya.
E.          PENUTUP
Demikian makalah yang dapat saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, mohon maaf  yang sebesar-besarnya, saya juga mengharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah khasanah pengetahuan, manfaat untuk kita semua, Amien.

DAFTAR PUSTAKA
Ø   Syamsu yusuf, Teori Kepribadian, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2008
Ø   Sumadi Surya Brata, Psikologi Kepribadian, Jakarta, Raja Grafindo, 2005


No comments:

Post a Comment