TEORI KEPRIBADIAN PSIKOLOGI ANALITIS : CARL GUSTAV
JUNG
A.
PENDAHULUAN
Teori kepribadian dengan pendekatan psikologi analitis
dikembangkan oleh Carl Gustav Jung. Beliau diakui sebagai salah seorang ahli psikologi
yang terkemuka abad XX. Selama 60 tahun, ia mengabdikan dirinya dengan penuh
kesungguhan untuk menganalisis proses kepribadian manusia yang sangat luas dan
dalam.
Dalam memandang manusia, Jung menggabungkan pandangan
teleologi dan kausalitas. Dia memandang bahwa tingkah laku manusia itu
ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu dan rasi (kausalitas) tetapi juga
oleh tujuan dan aspirasi individu (teleologi). Menurut Jung masa lampau
individu sebagai aktualitas maupun masa depan individu sebagai potensialitas
sama-sama membimbing tingkah laku individu (orang).
Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap
tentang asal ras dan evolusi kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambang,
upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan manusia primitive, mimpi, penglihatan,
simtom orang neurotic, halusinasi dan delusi para penderita psikosis dalam
mencari akar dan perkembangan manusia.
B.
LANDASAN TEORI
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan
tentang psyche. Adapun yang dimaksud
dengan psyche, Jung (Calvin S. Hall
dan Gardner Lindzey, 1985: 109) menjelaskan bahwa: “psyche embraces all thought, felling, and behavior, conscious and
unconscious”. Kepribadian itu adalah seluruh pemikiran, perasaan, dan
perilaku nyata baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
a.
Dimensi Kesadaran Kepribadian
Dimensi
kesadaran dari kepribadian ini adalah ego. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri
dari persepsi, ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia. Ego melahirkan
perasaan identitas dan kontinuitas seseorang. Dari segi pandangan sang pribadi
ego dipandang berada pada dimensi kesadaran.
Pada
dasarnya setiap manusia memiliki keempat fungsi jiwa itu, berikut ini adalah
table tentang fungsi jiwa menurut Jung:
NO
|
Fungsi Jiwa
|
Sifatnya
|
Cara bekerjanya
|
1
|
Pikiran
|
Rasional
|
Dengan penilaian: benar-salah
|
2
|
Perasaan
|
Rasional
|
Dengan penilaian: senang-tidak senang
|
3
|
Pendirian
|
Irrasional
|
Tanpa penilaian: sadar-melalui indra
|
4
|
Intuisi
|
Irrasional
|
Tanpa penilaian: tidak sadar-melalui naluri
|
Berdasarkan
atas sikap jiwanya, manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe yaitu sebagai
berikut:
Ø Manusia yang
bertipe ekstravers
Orang yang ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia
objektif, yaitu dunia diluar dirinya. Orang bertipe ekstravers bersikap positif
terhadap masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, dan hubungan dengan
orang lain efektif. Adapun bahaya dari orang ekstravers ialah apabila
keterikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia tenggelam didalam
dunia objektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya
sendiri.
Ø Manusia yang
bertipe introvers
Orang yang introvers terutama dipengaruhi oleh dunia
subjektif, yaitu dunia didalam dirinya sendiri. Penyesuaian dengan dunia luar
kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang
lain dan kurang dapat menarik hati orang lain. Bahaya tipe introvers ini ialah
kalau jarak dengan dunia objektifnya terlalu jauh, maka orang tersebut lepas
dari dunia objektifnya.
b. Dimensi
Ketidaksadaran Kepribadian
Dimensi
ketidaksadaran kepribadian seseorang mempunyai dua lingkaran yaitu:
Ø Ketidaksadaran
Pribadi
Ketidaksadaran pribadi berisi kompleks (konstelasi)
perasaan, pikiran, persepsi, ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran
pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet menarik berbagai
pengalaman kearahnya.
Ø Ketidaksadaran
Kolektif
Ketidaksadaran kolektif atau transpersonal adalah
gudang bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang.
Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikis perkembangan evolusi manusia yang
menumpuk akibat dari pengalaman yang berulang selama banyak generasi.
Jung tidak berbicara mengenai perkembangan kepribadian
dalam cara seperti yang dilakukan oleh kebanyakan ahli kepribadian. Dia
berbicara perkembangan umat dan manusia menuju ke taraf yang lebih sempurna.
Jung yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf
perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna dan menuju taraf
diferensiasi yang lebih tinggi.
Jung berpendapat bahwa kepribadian itu mempunyai
kecenderungan untuk berkembang kearah suatu kebulatan yang stabil. Perkembangan
kepribadian ini adalah pembeberan kebulatan asli (realisasi atau penemuan diri)
yang semula tidak punya diferensiasi dan tujuan.
Untuk mencapai kepribadian yang integral serta sehat,
maka setiap system atau aspek kepribadian itu harus mencapai tahap diferensiasi
dan berkembang sepenuhnya, ini disebut proses pembentukan diri atau penemuan
diri. Jung menyebutkan sebagai proses individuasi.
a)
Tahap Pertama
Membuat sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada
dalam ketidaksadaran.
b)
Tahap Kedua
Membuat sadar imago, yaitu (proyeksi) kesadaran diri
yang dilanjutkan ke objek lain.
c)
Tahap Ketiga
Menyadari bahwa manusia hidup dalam berbagai tegangan
pasangan yang berlawanan, baik rohaniah maupun jasmaniah.
d) Tahap Keempat
Adanya hubungan yang selaras antara kesadaran dan
ketidaksadaran, adanya hubungan yang selaras antar segala aspek dari
kepribadian yang ditimbulkan oleh titik pusat kepribadian yaitu Diri.
Tujuan bimbingan dan konseling menurut aliran
psikoanalitik Jung adalah membantu perkembangan manusia mencapai aktualisasi
diri, berarti terjadinya diferensiasi yang sempurna dan saling hubunga yang
selaras diantara seluruh aspek kpribadian manusia.
Seorang konselor hendaknya menyadari bahwa dalam
proses perkembangan kepribadian, dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak
mundur (regresi). Konselor hendaknya membantu mencegah klien jangan sampai
trejadi regresi yang tidak normal yakni kembali ke fase yang telah dilewati
dengan tidak disadarinya.
Konselor hendaknya mendorong proses sublimasi dalam
diri klien yaitu transfer energi dari proses yang lebih primitive, instinktif,
dan rendah diferensiasinya
(aktualisasinya) ke proses yang bersifat kultural, spiritual, dan tinggi diferensiasinya.
(aktualisasinya) ke proses yang bersifat kultural, spiritual, dan tinggi diferensiasinya.
Sekaitan dengan strategi dan teknik yang digunakan
dalam bimbingan dan konseling, aliran psikoanalitik Jung banyak menggunakan
teknik analisis mimpi (Philip Hodson, 2003: 141). Mimpi ini merupakan suatu
jembatan antara alam sadar dan tidak sadar jiwa manusia (Philip Hodson, 2003:
141). Teknik ini sangat terkait dengan asosiasi bebas. Ketika klien tidur,
hal-hal yang tidak disadari itu muncul dan dilambangkan dalam bentuk mimpi.
Untuk menelusuri akar masalah yang dialami klien, maka para konselor dapat
mengungkapkan dengan cara menganalisis mimpi klien tersebut. Dalam hal ini,
klien diminta untuk menceritakan isi mimpinya kepada konselor.
C.
STUDI KASUS
Dalam sebuah keluarga terdapat seorang anak yang
memiliki sifat introvers, awal mula kisah anak tersebut yaitu dari kedua orang
tuanya sering konflik yang berdampak pada pertumbuhan fisik dan psikis anak
tersebut terganggu. Disebabkan pada saat dalam kandungan mengalami benturan
benda tumpul yang dilakukan ibunya sendiri. Setelah melahirkan bayinya terlihat
normal dan baik-baik saja. Pada umur 3tahun si anak terlihat beda dari
teman-teman sebayanya. Sekarang si anak tinggal bersama ayah kandungnya,
sedangkan ibu kandungnya pergi merantau ke luar negeri, sehingga si anak kurang
mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Hal ini menyebabkan si anak tertutup, sukar
bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, dan kurang dapat menarik hati
orang lain.
D.
ANALISA
Dalam kasus
psikologi analitis ini menceritakan seorang anak yang mempunyai sifat
introvers, yaitu penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup,
sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, dan kurang dapat menarik
hati orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe
kepribadian introvers ini ialah kalau jarak dengan dunia objektifnya terlalu
jauh, maka orang tersebut lepas dari dunia objektifnya.
E.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat saya buat, apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan, mohon maaf
yang sebesar-besarnya, saya juga mengharap kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat menambah khasanah pengetahuan, manfaat untuk kita semua,
Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Syamsu yusuf, Teori
Kepribadian, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2008
Ø
Sumadi Surya Brata, Psikologi Kepribadian, Jakarta, Raja Grafindo, 2005
No comments:
Post a Comment