BOCAH 13 TAHUN MENGHIDUPI
KETIGA ADIKNYA SECARA MANDIRI
- PENDAHULUAN
Setiap anak memiliki perkembangan
mental dan fisik yang berbeda-beda. Bahkan, didalam satu keluarga perbedaan
perkembangan tersebut bisa ekstrem. Misalnya, si kakak pandai bergaul sementara
adiknya luar biasa pemalu. Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh
peranan lingkungan dan interaksi antara anak dan orang tua/orang dewasa
lainnya. Interaksi sosial di usahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada
berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan.
Keberadaan jiwa
seseorang akan dapat diketahui melalui sikap, prilaku atau penampilannya, yang
dengan fenomena itu seseorang dapat dinilai atau ditafsirkan bahwa kondisi
kejiwaan atau rohaniyah dalam keadaan baik, sehat dan benar atau tidak. Dengan eksisnya jiwa
dalam tingkat ini seseorang akan memiliki stabilitas emosional yang tinggi dan
tidak mudah mengalami stres, depresi dan frustasi.
Perhatian
orang tua ternyata memiliki pengaruh besar terhadap pencapaian prestasi belajar
anak atau siswa di sekolahnya. Hal ini setidaknya pernah di buktikan oleh hasil
penelitian di Amerika yang telah dilakukan oleh banyak pihak. Dan berikut
ringkasan dari hasil-hasil penelitian tersebut yang dikutip dari berbagai
sumber.
- RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah
dijelaskan sebelumnya di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini
adalah
1.
Bagaimana
teori yang dipakai dalam masalah ini?
2.
Apa fungsi
dari keluarga?
- PEMBAHASAN
1.
Teori
Dalam masalah ini menggunakan
pendekatan teori sistem keluarga yaitu peletak dasar konseling keluarga
pendekatan system, menurutnya anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu
tidak berfungsi. Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat membebaskan
dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.
Menurutnya dalam keluarga terdapat
kekuatan yang membuat anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula
membuat anggota melawan yang mengarah pada individualitas, sebagaian anggota
keluarganya mengalami kesulita (gangguan). Jika hendak menghindar dari keadaan
yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri dari system keluarga,
dengan demikian dia harus membuat pilihan berdasarkan rasionalitasnya bukan
emosionalnya.[1]
Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wendy S. Grolnick dan rekan-rekan, dalam
artikelnya yang dipublikasikan pada tahun 1994 dan 1997, mereka menyampaikan 3
konsep bentuk perhatian orang tua berdasarkan pada bagaimana interaksi orang
tua-anak.
Pertama, perhatian dalam bentuk keterlibatan perilaku orang tua,
yang mengacu pada sikap dan tindakan orangtua yang mewakili kepentingan publik
dalam pendidikan anak mereka, seperti menghadiri open house atau kegiatan
sukarela di sekolah.
Kedua, perhatian dalam bentuk keterlibatan pribadi, yang mencakup
cara interaksi orangtua-anak melalui komunikasi positif tentang pentingnya
sekolah dan pendidikan untuk anak-anak mereka.
Dan ketiga,
perhatian dalam bentuk keterlibat kognitif atau intelektual, yang mengacu pada
perilaku yang mendukung pengembangan keterampilan dan pengetahuan anak-anak,
seperti membaca buku dan pergi ke museum.
2.
Kasus
Kisah nelangsa Tasripin (13 tahun),
bocah di dusun terpencil di Banyumas yang
menghidupi ketiga adiknya, terus menuai empati dari berbagai kalangan.
Itu terjadi setelah ibu mereka,
Satinah, meninggal akibat tertimpah
longsoran tanah saat menambang pasir dan ayah mereka mencari kerja di perkebunan sawit di Kalimantan.
Tasripin terpaksa mencari nafkah dengan menjadi buruh tani dan bekerja
serabutan. Pendapatannya tak seberapa, hanya cukup untuk membeli beras yang di tanak untuk makan dua
kali sehari. Tak jarang berempat hanya berlauk kerupuk dan garam.
Meski menerima banyak bantuan, Tasripin bersama
ketiga adiknya tetap berharap sang ayah,
Kuswito (40 tahun) dan kakak sulung mereka, Natim (21 tahun) bisa pulang dan
tinggal bersama lagi. Jika di izinkan dan ada biaya, ia dan adik-adiknya ingin
kembali bersekolah. Tasripin keluar sekolah saat duduk di bangku 3 SD karna
tidak ada biaya dan harus menghidupi ketiga adiknya.
3.
Analisis
Keluarga adalah suatu kelompok atau
kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau yunit
masyarakat yang terkecil, tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan
perkawinan atau ikatan-ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu rumah (tempat
tinggal), biasanya di bawah asuhan seorang kepala rumah tanggah.
Menurut Friedman (1992), ada beberpa
fungsi keluarga yaitu
·
Fungsi afektif
dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota,
membantu anggota dalam membentuk identitas ban mempertahankan saat terjadi
stress.
·
Fungsi
sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanismee koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk
dalam memecahkan masalah.
·
Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan
meneruskan keturunan.
·
Fungsi
ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya
dan kepentingan di masyarakat.
·
Fungsi
fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan sakit.[2]
Keluarga memberikan konteks primer
untuk memahami bagaimana individu berfungsi dalam hubungan dengan orang lain
dan bagaimana mereka berperilaku, keluarga di pandang sebagai unit fungsional
lebih dari kumpulan peran anggota, tindakan peran anggota keluarga secara
individual akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga lainnya, dan interaksi.
Mereka memiliki pengaruh timbal
balik untuk setiap individu dalam keluarga tersebut yang terjadi baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama, menunjukkan perlunya seorang terapis atau
konselor untuk melihat perilaku secara menyeluruh, termasuk semua gejala yang
diekspresikan oleh individu, ditambahkannya, orientasi system tidak menghalangi
untuk menangani dinamika secara individu sebagaimana dengan perkembangan
individu, family systems dapat di
lihat sebagai suatu proses perkembangan yang berkembang dari waktu ke waktu.
Model perkembangan kehidupan keluarga meliputi family life cycle (siklus kehidupan keluarga) dan the family spiral.[3]
- PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya buat dan presentasikan,
mohon maaf jikalau dalam pembuatan dan mempresentasikan makalah ini banyak
terdapat kesalahan dan kekeliruan. Karena pada
prinsipnya manusia adalah tidak pernah luput dari kesalahan. Semoga dengan
makalah ini kita dapat menambah wawasan kita mengenai BKI keluarga serta kita
dapat menerapkannya sesuai teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://bloguin-malang.ac.id/bayyinatul/2010/07/05/konsep-keluarga,
di akses hari selasa tanggal 23 april 2013.
Ridho S, Psikologi Konseling, Malang, PT UMM Press, 2001, hal. 179-180
Rahim Aunur Faqih, Bimbinganan Dan Konseling Islam, Jogja,
PT: UII Press,1994, hal 88-89
[1] Ridho S, Psikologi Konseling,
Malang, PT UMM Press, 2001, hal. 179-180
[2] http://blog uin-malang.ac.id/bayyinatul/2010/07/05/konsep-keluarga,
di akses hari selasa tanggal 23 april 2013.
[3] Rahim Aunur Faqih,Bimbinganan
Dan Konseling Islam,Jogja,PT:UII press,1994, hal 88-89
No comments:
Post a Comment