Sunday, March 6, 2016

makalah keluarga


BOCAH 13 TAHUN MENGHIDUPI KETIGA ADIKNYA SECARA MANDIRI
  1. PENDAHULUAN
Setiap anak memiliki perkembangan mental dan fisik yang berbeda-beda. Bahkan, didalam satu keluarga perbedaan perkembangan tersebut bisa ekstrem. Misalnya, si kakak pandai bergaul sementara adiknya luar biasa pemalu. Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi antara anak dan orang tua/orang dewasa lainnya. Interaksi sosial di usahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan.
Keberadaan jiwa seseorang akan dapat diketahui melalui sikap, prilaku atau penampilannya, yang dengan fenomena itu seseorang dapat dinilai atau ditafsirkan bahwa kondisi kejiwaan atau rohaniyah dalam keadaan baik, sehat dan benar atau tidak. Dengan eksisnya jiwa dalam tingkat ini seseorang akan memiliki stabilitas emosional yang tinggi dan tidak mudah mengalami stres, depresi dan frustasi.
Perhatian orang tua ternyata memiliki pengaruh besar terhadap pencapaian prestasi belajar anak atau siswa di sekolahnya. Hal ini setidaknya pernah di buktikan oleh hasil penelitian di Amerika yang telah dilakukan oleh banyak pihak. Dan berikut ringkasan dari hasil-hasil penelitian tersebut yang dikutip dari berbagai sumber.

  1. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah
1.         Bagaimana teori yang dipakai dalam masalah ini?
2.         Apa fungsi dari keluarga?
  1. PEMBAHASAN
1.    Teori
Dalam masalah ini menggunakan pendekatan teori sistem keluarga yaitu peletak dasar konseling keluarga pendekatan system, menurutnya anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi. Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.
Menurutnya dalam keluarga terdapat kekuatan yang membuat anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota melawan yang mengarah pada individualitas, sebagaian anggota keluarganya mengalami kesulita (gangguan). Jika hendak menghindar dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri dari system keluarga, dengan demikian dia harus membuat pilihan berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya.[1]
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wendy S. Grolnick dan rekan-rekan,  dalam artikelnya yang dipublikasikan pada tahun 1994 dan 1997, mereka menyampaikan 3 konsep bentuk perhatian orang tua berdasarkan pada bagaimana interaksi orang tua-anak.
Pertama, perhatian dalam bentuk keterlibatan perilaku orang tua, yang mengacu pada sikap dan tindakan orangtua yang mewakili kepentingan publik dalam pendidikan anak mereka, seperti menghadiri open house atau kegiatan sukarela di sekolah.
Kedua, perhatian dalam bentuk keterlibatan pribadi, yang mencakup cara interaksi orangtua-anak melalui komunikasi positif tentang pentingnya sekolah dan pendidikan untuk anak-anak mereka.
Dan ketiga, perhatian dalam bentuk keterlibat kognitif atau intelektual, yang mengacu pada perilaku yang mendukung pengembangan keterampilan dan pengetahuan anak-anak, seperti membaca buku dan pergi ke museum.
2.    Kasus
Kisah nelangsa Tasripin (13 tahun), bocah di dusun terpencil di Banyumas yang  menghidupi ketiga adiknya, terus menuai empati dari berbagai kalangan.
Itu terjadi setelah ibu mereka, Satinah, meninggal akibat tertimpah  longsoran tanah saat menambang pasir dan ayah mereka mencari  kerja di perkebunan sawit di Kalimantan. Tasripin terpaksa mencari nafkah dengan menjadi buruh tani dan bekerja serabutan. Pendapatannya tak seberapa, hanya cukup untuk  membeli beras yang di tanak untuk makan dua kali sehari. Tak jarang berempat hanya berlauk kerupuk dan garam.
Meski  menerima banyak bantuan, Tasripin bersama ketiga  adiknya tetap berharap sang ayah, Kuswito (40 tahun) dan kakak sulung mereka, Natim (21 tahun) bisa pulang dan tinggal bersama lagi. Jika di izinkan dan ada biaya, ia dan adik-adiknya ingin kembali bersekolah. Tasripin keluar sekolah saat duduk di bangku 3 SD karna tidak ada biaya dan harus menghidupi ketiga adiknya.
3.    Analisis
Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau yunit masyarakat yang terkecil, tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan-ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu rumah (tempat tinggal), biasanya di bawah asuhan seorang kepala rumah tanggah.

Menurut Friedman (1992), ada beberpa fungsi keluarga yaitu
·                     Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas ban mempertahankan saat terjadi stress.
·                     Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanismee koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam memecahkan masalah.
·                     Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
·                     Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat.
·                     Fungsi fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang  dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan sakit.[2]
Keluarga memberikan konteks primer untuk memahami bagaimana individu berfungsi dalam hubungan dengan orang lain dan bagaimana mereka berperilaku, keluarga di pandang sebagai unit fungsional lebih dari kumpulan peran anggota, tindakan peran anggota keluarga secara individual akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga lainnya, dan interaksi.
Mereka memiliki pengaruh timbal balik untuk setiap individu dalam keluarga tersebut yang terjadi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, menunjukkan perlunya seorang terapis atau konselor untuk melihat perilaku secara menyeluruh, termasuk semua gejala yang diekspresikan oleh individu, ditambahkannya, orientasi system tidak menghalangi untuk menangani dinamika secara individu sebagaimana dengan perkembangan individu, family systems dapat di lihat sebagai suatu proses perkembangan yang berkembang dari waktu ke waktu. Model perkembangan kehidupan keluarga meliputi family life cycle (siklus kehidupan keluarga) dan the family spiral.[3]
  1. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya buat dan presentasikan, mohon maaf jikalau dalam pembuatan dan mempresentasikan makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Karena pada prinsipnya manusia adalah tidak pernah luput dari kesalahan. Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah wawasan kita mengenai BKI keluarga serta kita dapat menerapkannya sesuai teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://bloguin-malang.ac.id/bayyinatul/2010/07/05/konsep-keluarga, di akses hari selasa tanggal 23 april 2013.
Ridho S, Psikologi Konseling, Malang, PT UMM Press, 2001, hal. 179-180
Rahim Aunur Faqih, Bimbinganan Dan Konseling Islam, Jogja, PT: UII Press,1994, hal 88-89



[1] Ridho S, Psikologi Konseling, Malang, PT UMM Press, 2001, hal. 179-180
[2] http://blog uin-malang.ac.id/bayyinatul/2010/07/05/konsep-keluarga, di akses hari selasa tanggal 23 april 2013.
[3] Rahim Aunur Faqih,Bimbinganan Dan Konseling Islam,Jogja,PT:UII press,1994, hal 88-89

No comments:

Post a Comment