A. PENDAHULUAN
Bangsa Arab sebelum masuk islam ialah
suatu bangsa yang belum berperadaban, bodoh, tidak mengenal aksara. Bangsa Arab
seperti itu sebelum islam dinamakan Arab Jahiliyah. Sebutan itu tidak perlu
menyebabkan kkta berkesimpulan bahwa tidak seorang pun dari penduduk Jaziyah
Arab yang mampu membaca dan menulis, karena beberapa orang sahabat Nabi diketahui
sudah mampu membaca dan menulis senbelum mereka masuk islam. Baca tulis ketika
itu belum menjadi tradisi, tidak dinilai sebagi sesuatu yang penting, tidak
pula menjadi ukuran kepandaian dan kecendikiaan.
Sejarah merupakan perjalanan dari masa
lalu, ke masa kini, dan melanjutkan perjalananya ke masa depan. Dalam
perjalanan suatu sejarah selalu mengalami pasang surut dan pasang surut yang
berbeda-beda tidak terkecuali dengan peradaban islam. Peradaaban islam
merupakan manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologis. Dalam pengertian itulah
peradaban islam akan dibahas. Pembahasan ini akan lebih menekankan pada
perkembangan dan peradaban islam.
Pada periode mekah ini keadaan bangsa
Arab diketahui bahwa pada saat itu masih menyembah berhala, berjudi, mabuk-mabukan,
membunuh, dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Dalam
kondisi inilah islam pertama kali lahir di makkah untuk mengubha
masyarakatmakkah yang mempunyai akhlak dengan ajaran islam yang dibawa oleh
Nabi Muhammad.
Sebagai seorang muslim hendaknya kita
juga harus mengetahui sejarah Nabi Muhammad baik ketika beliau dalam berdakwah
di Makkah dan diangkat sebagai Rosul. Oleh karena itu kami mencoba untuk
mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan
kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Agar menambahkan keimanan kita pada
Allah SAW.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiamana kondisi agama bangsa Arab
pada masa jahiliah ?
2. Bagaimana sejarah Nabi Muhammad diangkat
menjadi Nabi dan Rasul ?
3. Bagaimana kondisi dakwah Nabi Muhammad
pada masa periode Makkah ?
C. PEMBAHASAN
1. Kondisi Agama Bangsa Arab Pada Masa
Jahiliyah
Penduduk Arab menganut Agama yang
bermacam-macam, antara lain yang terkenal adalah penyembahan terhadap Berhala
atau paganisme. Menurut Syalabi penyembahan berhala itu pada mulanya ialah
ketika orang-orang Arab itu pergi keluar kota, mereka selalu membawa batu yang
di ambil di sekitar Ka’bah. Mereka mensucikan batu dan menyembahnya dimana
mereka berada. Lama-lama dibuatlah patung yang disembah dan mereka berkeliling
mengitarinya (Thowaf), dan di saat-saat tertentu mereka masih mengunjungi
ka’bah, kemudian mereka memindahkan patung-patung mereka di sekitar Ka’bah
yang jumlahnya mencapai 360 buah.
Disamping itu adapatung-patung besar
yang ada diluar makkah, yang terkenal ialah Manah/ Manata didekat Yasrib atau
Madinah, al-latta di thoif, menurut riwayat yang tersebut terakhir adalah yang
tertua, dan Al-Uzza di Hijaz. Hubal ialah patung yang terbesar yang terbuat
dari batu akik yang berbentuk manusia yang diletakkan didalam Ka’bah. Mereka
percaya bahwa menyembah berhala-berhala itu bukan menyembah kepada wujud
berhala itu, tetapi hal tersebut dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah
Tuhan, sebagaimana diterangkan didalam Al-Qur’an surat Az Zumar : 3
الا
لله الدين الخالص , والذين اتخذوا من دونه, اولياء ما نعبدهم الآ ليقربونا
Artinya : “ Kami tidak menyembah pada
mereka, tetapi agar mereka mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat dekatnya” (
Az Zumar : 3).
Namun demikian dikalangan bangsa Arab
masih ada yang tidak suka menyembah berhala; di antara mereka adalah Waraqah
ibn Naufal dan Ustman ibn Huwairis yang menganut agama Masehi, Abdullah ibn
Jahsy yang ragu-ragu, ketika islam datang ia menganutnya tetapi kemudian ia
menganut agama Masehi. Zaid ibnu Umar tidak tertarik agama Masehi, tetapi juga
enggan menyembah berhala sehingga ia mendirikan agama sendiri dengan menjahui
berhala dan tidak mau memakan bangkai dan darah. Umayyah ibn Abi as-Salt dan
Quss ibn Sa’idah al-lyyadi juga berbuat demikian.
Demikianlah keadaan bangsa Arab
menjelang lahirnya Muhammad SAW yang membawa Islam ditengah-tengah mereka. Masa
itu biasa disebut dengan jaman Jahiliyyah, masa kegelapan dan kebedohan dalam
hal Agama, bukan dalam hal yang lain, seperti ekonomi, perdagangan dan sastra.
Dalam dua hal yang terakhir bangsa Arab telah mencapai perkembangan yang pesat.
Mekkah bukan saja merupakan pusat perdagangan lokal akan tetapi ia adalah
jalur perdagangan dunia. Yang
menghubungkan antara Utara, Syam, dan selatan, Yaman, antara timur, Persia, dan
Barat, Abesinia dan Mesir.keberhasilan Mekah menjadi pusat perdagangan
Internasional itu adalah karena kejelian Hasyim sekitar abad ke-6 Masehi dalam
mengisi kekosongan peranan bangsa lain di bidang perdagangan di Mekah.
Peredaran dagang mereka itu sempat dikisahkan dalam Al-Qur’an sebagaimana
tersebut dalam surat Quraish (1-4).
Sastra mempunyai arti penting dalam
kehidupan bangsa Arab. Mereka mengabdikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang
bagus, maka ia akan diberi hadiah dan mendapat kehormatan bagi suku atau
kabilahnya serta syairnya digantungkan di Ka’bah yang dinamakan al-muallaq
as-sab’ah.[1]
2. Nabi Muhammad SAW diangkat Sebagai Nabi
Dan Rasul
Ketika dalam asuhan Pamannya, Abu Thalib,
Muhammad yang pada saat itu berusia 12 tahun ikut serta berdagang amanya. Dalam
perjalanan berdagang tersebut mereka bertemu dengan Rahib bernama Bahira yang
melihat tanda-tanda kenabian para diri Muhammad sebagaimana yang diterangkan
dalam kitab sucinya. Ia menasehati agar Abu Thalib jangan terlalu masuk dalam
wilayah Syam, karena bila orang-orang Yahudi mengetahui tanda-tanda itu maka
mereka akan membunuhnya karena ia bukan dari kaumnya.
Kejujuran Muhammad dan kepercayaan
manusia terhadapnya terlihat lagi ketika kabilah berselisih siapa yang harus
meletakkan Hajar Aswad ke tempat asalnya
tatkala Ka’bah diperbaiki, yang Muhammad juga ikut serta bekerja disitu. Mereka
percaya bahwa bagi siapa yang meletakkan Hajar Aswad ketempat semula maka ia
dipandang sebagai orang yang Mulia. Mereka akhirnya bersepakat bahwa bagi siapa
yang pertama lewat pintu Syaibah maka dialah yang berhk meletakkanya. Tanpa
diduga bahwa yang paling duluan lewat pintu tersebut adalah Muhammad, maka
beliaulah yang berhak meletakkan batu hitam tersebut. Tapi Muhammad tidak mau
menggunakan haknya itu tanpa harus ikut sertanya para pemimpin kabilah
masing-masing yang ada di Mekah. Setelah sampai Ka’bah baru Muhammad yang
meletakkan batu hitam tersebut ketempat asalnya. Dengan demikian maka semua
kabilah merasa mulia, tanpa ada yang direndahkan. Sejak saat itu beliau
digelari Al-Amin, yang dapat dipercaya.
Melihat
kegelapan pada ummatnya yang menyembah pada berhala, beliau merasa prihatin
dengan mengundukan diri dari keramaian bertahannus, menyepi di gua Hira’di
puncak gunung Nur di luar Mekah. Usaha untuk mendapatkan petunjuk dari Yang
Maha Kuasa itu berasal dari datangnya malaikat Jibril pada bulan Ramadhan
tanggal 17. Dibacakan Jibril surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
اقراء
باسم ربك الذيي خلق 1 خلقالانسن من علق 2
اقرأ ورب الاكرم 3 الذي علم بالقلم 4 علم
الاانسن ما لم يعلم 5
Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu
yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmu Yang Mulia. Yang mengajarkan dengan penakalam. Yang mengajarkan manusia
apa yang mereka tidak tahu. ( Q.S Al-Alaq: 1-5).
Saking kagetnya Muhammad merasa badannya
menggigil ketika pulang ke istrinya tercinta, Khadijah yang dengan bijaksana
ikut merasakan apa yang terjadi pada suwaminya itu. Pergilah Khadijah ke
Waraqah ibn Naufal, anak pamannya yang ahli kitab (Nasrani) yang telah
menterjemahkan Injil ke bahasa Arab, menanyakan gerangan apa yang tersembunyi
dibalik peristiwa yang belum pernah dialami Muhammad itu. Waraqah mengatakan
bahwa Muhammad akan menjadi orang pilihan dengan katanya : “Maha Kudus Ia, Maha
Kudus demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah percayalah, dia telah
menerima namus besar seperti yang telah diterima Musa, dan dia akan didustakan
orang, disiksa, diusir dan diperangi. Bila saja pada saat itu Waraqah masih
hidup dia akan membela yang benar dipihak Allah.
Dengan
wahyu pertama maka Muhammad telah diangkat oleh Allah sebagai Nabi, utusan-Nya.
Namun Muhammad belum diseru untuk menyeru kepada ummatnya. Yang percaya pertama
pertama kali bahwa beliau sebagai Nabi adalah isterinya sendiri, Khadijah.
Kemudian turun lagi wahyu yang kedua ketika Muhamad dalam keadaan berselimut
karena menggigil setelah mendengar suara gemerincing yang keras yang tidak pernah didengar sebelumnya, ialah surat
al-Mudassair : 1-7. Dari situlah Muhammad diangkat sebagai Rasul yang harus
berdakwah, mengajak Muhammad untuk mengagungkan Tuhan dan membersihkan jiwa dan
raga yang akan diterangkan dalam penjelasan sebagai berikut. ( QS. Al-Mudassir
1-7)
يايها
المدثر 1
قم فانذر 2 وربك فكبر
3 وثيابك فطه 4
والرجز فاهجر 5 ولاتمنن تستكثر 6
ولربك فاصبر 7
Artinya
: Hai orang yang Berselimut! Bangun dan sampaikan peringatan. Dan
agungkanlah Tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa.
Jangan kau memberi, karena ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu,
tabahkan hatimu.
Dalam
sejarah Islam, kerasulan Nabi Muhammad
secara resmi ditandai dengan turunnya wahyu yang pertama kepada
Muhammad, dan Khadijah (istri beliau) adalah orang yang pertama yang mengimani
kenabian Muhammad SAW , atau yang pertama kali masuk Islam, ini berarti bahwa
rumah tangga Nabi sudah sejak awal telah menyatu dalam keimanan dan siao bahu
membahu dalam menghadapi tantangan, sehingga mengalami sendiri betapa beratnya
perjuangan awal Muhammad sebagai Nabi.[2]
3. Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Masa
Periode Mekah
Setelah
turunnya surat yang kedua yakni surat Al-Mudassir 1-7 Nabi Muhammad SAW
diwajibkan menyiarkan Islam. Ajakan Muhammad sebagai Rasul dimulai dari
keluarganya, mula-mula Khadijah yang percaya terlebih dahulu, kemudian Ali bin
Abi Thalib yang masih belum balig ketika melihat Nabi SAW sedang shalat bersama
Khadijah ia menanyakan kepada siapa mereka sujud. Muhammad menerangkan “ kami
sujud kepada Allah SWT yng mengutuku menjadi Nabi dan mengajak manusia untuk
menyembah kepada Allah SWT “ dan Nabi mengajak masuk Islam. Demikian Islam baru
tersiar dikalangan keluarga Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah
SAW berfikir bagaimana caranya menyiarkan agama Islam dikalangan umatnya yang
keras dan masih menyembah berhala. Diajaklah orang pertama masuk Islam yang
pertama kali dari luar lingkungan keluarga, ialah teman akrabnya Abu Bakar ibn
Abi Quhafah yang terkenal bersih dan jujur serta dapat dipercaya. Dari Abu
Bakarlah Islam disiarkan kepada teman-temannya yang dapat dipercaya, seperti
Usman ibn Affan, Abdurrahman ibn ‘Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Sa’ad ibn
al-‘Awwam, serta Abu Ubaidillsh ibn al-Jarrah dan banyak lagi.[3]
Nabi
Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah SWT
untuk mendakwahkan Islam kepada manusia. Tugas kerasulan sudah terletak
di pundak beliau. Untuk mendakwahan Islam itu Nabi melakukannya dengan
sembunyi-sembunyi dan berhati-hati, walaupun perintah cukup jelas dan tegas.
Dakwah Nabi hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu yang diyakini dapat
menerima ajaran tersebut. Pada tahap rahasia ini, yang berlangsung kurang lebih
3 tahun, hanya beberapa orang saja yang masuk islam. Mereka yang mula-mula
masuk islam, dalam sejarah dikenal dengan sebutan “al-sabiqun al-awwalun”. Kelompok pertama ini, bersama-sama dengan
Nabi, melakukan kegiatan berpusat dirumah Arqam bin Arqam.[4]
Dalam
tahap berikutnya, dakwah Nabi ditujukan kepada anak-cucu keturunana Abdul
Muthalib. Dengan demikian, sasaran dakwah sudah luas dan terbuka. Hal ini
dilakukan Nabi stelah adannya perintah Allah SWT dalam surat as-Syura ayat
214-216. Lebih luas lagi setelah turunnya perintah Allah SWT dalam surat
al-Hijr ayat 94-95. Maka sasaran dakwah Nabi adalah Masyarakat Mekah (Quraisy)
secara umum dan lebih luas dan lebih terang-terangan.
Upaya
Rasulullah dalam rangka mendakwahkan Islam secara terang-terangan ini kemudian
mendapat reaksi dari pihak kaum Musrik Quraisy. Reaksi tersebut pada mulannya
masih bersifat bujukan dan rayuan, agar Nabi meninggalkan tugas-tugasnya
menyampaikan islam. Namun dengan tegas Nabi menepis bujukan tersebut , dengan
mengatakan “Aku datang kepada kalian bukanlah untuk mendapatkan harta, pangkat
dan kedudukan. Allah SWT mengutus Aku kepada kalian untuk menjadi Rasulnya”.
Dalam posisinya sebagai Nabi Muhammad sangat tegas terhadap mereka.[5]
Perjalanan
dan perjuangan dakwah Rasulullah pada periode-periode ini sangat berat, bahkan
sampai pada tahun ke lima kerasulan pun jumlah penganut agama islam baru sekitar
102 orang. Setelah Umar bin Khattab masuk islam pada tahun 616 M mau atau tahun
keenam dari kenabian Rasul, maka jumlah penganut islam, secara
berangsur-angsur, terus bertambah, walaupun masih menjadi kaum yang terindas.
Masuknya Umar ke dalam kelompok islam membawa daya dorong tersendiri dalam
perkembangan islam
Ketika Abu
Thalib dan Istri beliau Siti Khadijah meninggal dunia, pada masa yang
beriringan, tindakan kekerasan kaum Kafir Quraisy terhadap Nabi dan para
pengikutnya bertambah. Ini karena memang Abu Thalib adalah tokoh dikalangan
orang-orang Quraisy dan Khadijah sendiri juga orang yang tepandang. Abu Thalib
adalah figur yang disegani pemua Kafir Quraisy dan sebagai pelindung dakwah
Nabi. Khadijah pun sebagai istri yang selalu setia mendampingi dan mendukung
perjuangan beliau.. meninggalkannya kedua orang tersebut menjadikan pemuka kaum
Quraisy lebih leluasa melakukan penganiayaan terhadap Nabi.
Ada
beberapa hal yang perlu disemak bahwa, terdapat beberapa faktor yang menyebakan kaum Quraisy menentang
dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh Nai Muhammad SAW. Pertama,adanya
persaingan antar suku dan keturunan yang terdapat di Mekah, dan berebut
pengaruh dan kekuasaan, terutama antara bani Hasyim dengan bani Umayyah. Kedua,
karena pertimbangan ekonomi ekonomi, dalam hal ini kaum Kafir Quraisy merasa
khawatir terhadap menurunnya dominasi mereka dalam ekonomi dan perdagangan,
apabila mereka menerima islam sebagai agama. Di sampang itu mereka juga melihat
bahwa orang-orang masuk islam hanyalah orang-orang yang miskin dan ketiga,
mereka ingin tetap mempertahankan agama dan kepercayaan lama, yang mereka anut
secara turun menurun dari nenek moyang mereka. Itulah sebabnya mengapa mereka
secara keras menentang dakwah Rasul.
Tindakan
keras kaum kafir Quraisy terhadap Rasulullah dan kaum muslimin ini berakhir
pada saat Rasulullah dan umat islam melakukan hjrah ke Madinah, yang pada waktu
itu disebut dengan Yastrib. Peristiwa hijrah ini terjadi pada tahun 622 M yang
sekaligus menandai berakhirnya periode Mekah di Zaman Rasulullah.
Selama kurang
lebih tiga belas tahun , Nabi telah berjuang dengan gigih. Namun ia belum
berhasil menciptakan suatu komunitas yang tauhidi yang sikap dan tindakannya
sesuai dengan pesan dan ajaran tauhid sebagaimana yang dicita-citakan, sebaliknya
ia, mendapatkan tantangan yang berat, oleh sebab itu selama di Mekah esistensi
kerasulannya baru tampak pada dimensi kepemimpinan agama, sampai dengan
hijrahnya ke Madinah dengan membawa perubahan-perubahan besar terhadap tatanan
social masyarakatnya yang kelak dikenal dengan Negara Madinah.[6]
Kondisi
Dakwah Nabi Muhammad SAW pada masa Periode Mekah:
Islam disiarkan oleh Nabi dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri, kemudian dari luar keluarga Abu bakar sahabat akrab beliau. Pada tahap rahasia ini, yang berlangsung selama kurang lebih 3 tahun, hanya beberapa orang saja yang masuk islam. Mereka yang mula-mula masuk islam, dalam sejarah dikenal dengan sebutan “al-sabiqun al-awwalun “. Kelompok pertama ini, bersama-sama dengan Nabi, melakukan kegiatan berpusat di rumah Arqam bin Arqam. Dan selama kurang lebih tiga belas tahun, nabi telah berjuang dengan gigih berdakwah di Mekah.
Islam disiarkan oleh Nabi dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri, kemudian dari luar keluarga Abu bakar sahabat akrab beliau. Pada tahap rahasia ini, yang berlangsung selama kurang lebih 3 tahun, hanya beberapa orang saja yang masuk islam. Mereka yang mula-mula masuk islam, dalam sejarah dikenal dengan sebutan “al-sabiqun al-awwalun “. Kelompok pertama ini, bersama-sama dengan Nabi, melakukan kegiatan berpusat di rumah Arqam bin Arqam. Dan selama kurang lebih tiga belas tahun, nabi telah berjuang dengan gigih berdakwah di Mekah.
No comments:
Post a Comment