Thursday, March 10, 2016

makalah perkemenbangan dan peradaban islam periode makkah


A.    PENDAHULUAN
Bangsa Arab sebelum masuk islam ialah suatu bangsa yang belum berperadaban, bodoh, tidak mengenal aksara. Bangsa Arab seperti itu sebelum islam dinamakan Arab Jahiliyah. Sebutan itu tidak perlu menyebabkan kkta berkesimpulan bahwa tidak seorang pun dari penduduk Jaziyah Arab yang mampu membaca dan menulis, karena beberapa orang sahabat Nabi diketahui sudah mampu membaca dan menulis senbelum mereka masuk islam. Baca tulis ketika itu belum menjadi tradisi, tidak dinilai sebagi sesuatu yang penting, tidak pula menjadi ukuran kepandaian dan kecendikiaan.
Sejarah merupakan perjalanan dari masa lalu, ke masa kini, dan melanjutkan perjalananya ke masa depan. Dalam perjalanan suatu sejarah selalu mengalami pasang surut dan pasang surut yang berbeda-beda tidak terkecuali dengan peradaban islam. Peradaaban islam merupakan manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologis. Dalam pengertian itulah peradaban islam akan dibahas. Pembahasan ini akan lebih menekankan pada perkembangan dan peradaban islam.
Pada periode mekah ini keadaan bangsa Arab diketahui bahwa pada saat itu masih menyembah berhala, berjudi, mabuk-mabukan, membunuh, dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Dalam kondisi inilah islam pertama kali lahir di makkah untuk mengubha masyarakatmakkah yang mempunyai akhlak dengan ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Sebagai seorang muslim hendaknya kita juga harus mengetahui sejarah Nabi Muhammad baik ketika beliau dalam berdakwah di Makkah dan diangkat sebagai Rosul. Oleh karena itu kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Agar menambahkan keimanan kita pada Allah SAW.   
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaiamana kondisi agama bangsa Arab pada masa jahiliah ?
2.      Bagaimana sejarah Nabi Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul ?
3.      Bagaimana kondisi dakwah Nabi Muhammad pada masa periode Makkah ?


C.    PEMBAHASAN

1.      Kondisi Agama Bangsa Arab Pada Masa Jahiliyah
Penduduk Arab menganut Agama yang bermacam-macam, antara lain yang terkenal adalah penyembahan terhadap Berhala atau paganisme. Menurut Syalabi penyembahan berhala itu pada mulanya ialah ketika orang-orang Arab itu pergi keluar kota, mereka selalu membawa batu yang di ambil di sekitar Ka’bah. Mereka mensucikan batu dan menyembahnya dimana mereka berada. Lama-lama dibuatlah patung yang disembah dan mereka berkeliling mengitarinya (Thowaf), dan di saat-saat tertentu mereka masih mengunjungi ka’bah, kemudian mereka memindahkan patung-patung mereka di sekitar Ka’bah yang  jumlahnya mencapai 360 buah. Disamping  itu adapatung-patung besar yang ada diluar makkah, yang terkenal ialah Manah/ Manata didekat Yasrib atau Madinah, al-latta di thoif, menurut riwayat yang tersebut terakhir adalah yang tertua, dan Al-Uzza di Hijaz. Hubal ialah patung yang terbesar yang terbuat dari batu akik yang berbentuk manusia yang diletakkan didalam Ka’bah. Mereka percaya bahwa menyembah berhala-berhala itu bukan menyembah kepada wujud berhala itu, tetapi hal tersebut dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah Tuhan, sebagaimana diterangkan didalam Al-Qur’an surat Az Zumar : 3

الا لله الدين الخالص , والذين اتخذوا من دونه, اولياء ما نعبدهم الآ ليقربونا

Artinya : “ Kami tidak menyembah pada mereka, tetapi agar mereka mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat dekatnya” ( Az Zumar : 3).

Namun demikian dikalangan bangsa Arab masih ada yang tidak suka menyembah berhala; di antara mereka adalah Waraqah ibn Naufal dan Ustman ibn Huwairis yang menganut agama Masehi, Abdullah ibn Jahsy yang ragu-ragu, ketika islam datang ia menganutnya tetapi kemudian ia menganut agama Masehi. Zaid ibnu Umar tidak tertarik agama Masehi, tetapi juga enggan menyembah berhala sehingga ia mendirikan agama sendiri dengan menjahui berhala dan tidak mau memakan bangkai dan darah. Umayyah ibn Abi as-Salt dan Quss ibn Sa’idah al-lyyadi juga berbuat demikian.
Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang lahirnya Muhammad SAW yang membawa Islam ditengah-tengah mereka. Masa itu biasa disebut dengan jaman Jahiliyyah, masa kegelapan dan kebedohan dalam hal Agama, bukan dalam hal yang lain, seperti ekonomi, perdagangan dan sastra. Dalam dua hal yang terakhir bangsa Arab telah mencapai perkembangan yang pesat. Mekkah bukan saja merupakan pusat perdagangan lokal akan tetapi ia adalah jalur  perdagangan dunia. Yang menghubungkan antara Utara, Syam, dan selatan, Yaman, antara timur, Persia, dan Barat, Abesinia dan Mesir.keberhasilan Mekah menjadi pusat perdagangan Internasional itu adalah karena kejelian Hasyim sekitar abad ke-6 Masehi dalam mengisi kekosongan peranan bangsa lain di bidang perdagangan di Mekah. Peredaran dagang mereka itu sempat dikisahkan dalam Al-Qur’an sebagaimana tersebut dalam surat Quraish (1-4).
Sastra mempunyai arti penting dalam kehidupan bangsa Arab. Mereka mengabdikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang bagus, maka ia akan diberi hadiah dan mendapat kehormatan bagi suku atau kabilahnya serta syairnya digantungkan di Ka’bah yang dinamakan al-muallaq as-sab’ah.[1]

2.      Nabi Muhammad SAW diangkat Sebagai Nabi Dan Rasul

Ketika dalam asuhan Pamannya, Abu Thalib, Muhammad yang pada saat itu berusia 12 tahun ikut serta berdagang amanya. Dalam perjalanan berdagang tersebut mereka bertemu dengan Rahib bernama Bahira yang melihat tanda-tanda kenabian para diri Muhammad sebagaimana yang diterangkan dalam kitab sucinya. Ia menasehati agar Abu Thalib jangan terlalu masuk dalam wilayah Syam, karena bila orang-orang Yahudi mengetahui tanda-tanda itu maka mereka akan membunuhnya karena ia bukan dari kaumnya.
Kejujuran Muhammad dan kepercayaan manusia terhadapnya terlihat lagi ketika kabilah berselisih siapa yang harus meletakkan  Hajar Aswad ke tempat asalnya tatkala Ka’bah diperbaiki, yang Muhammad juga ikut serta bekerja disitu. Mereka percaya bahwa bagi siapa yang meletakkan Hajar Aswad ketempat semula maka ia dipandang sebagai orang yang Mulia. Mereka akhirnya bersepakat bahwa bagi siapa yang pertama lewat pintu Syaibah maka dialah yang berhk meletakkanya. Tanpa diduga bahwa yang paling duluan lewat pintu tersebut adalah Muhammad, maka beliaulah yang berhak meletakkan batu hitam tersebut. Tapi Muhammad tidak mau menggunakan haknya itu tanpa harus ikut sertanya para pemimpin kabilah masing-masing yang ada di Mekah. Setelah sampai Ka’bah baru Muhammad yang meletakkan batu hitam tersebut ketempat asalnya. Dengan demikian maka semua kabilah merasa mulia, tanpa ada yang direndahkan. Sejak saat itu beliau digelari Al-Amin, yang dapat dipercaya.
Melihat kegelapan pada ummatnya yang menyembah pada berhala, beliau merasa prihatin dengan mengundukan diri dari keramaian bertahannus, menyepi di gua Hira’di puncak gunung Nur di luar Mekah. Usaha untuk mendapatkan petunjuk dari Yang Maha Kuasa itu berasal dari datangnya malaikat Jibril pada bulan Ramadhan tanggal 17. Dibacakan Jibril surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:


اقراء باسم ربك الذيي خلق   1   خلقالانسن من علق  2   اقرأ ورب الاكرم  3   الذي علم بالقلم  4   علم الاانسن ما لم يعلم  5

Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Yang Mulia. Yang mengajarkan dengan penakalam. Yang mengajarkan manusia apa yang mereka tidak tahu. ( Q.S Al-Alaq: 1-5).

Saking kagetnya Muhammad merasa badannya menggigil ketika pulang ke istrinya tercinta, Khadijah yang dengan bijaksana ikut merasakan apa yang terjadi pada suwaminya itu. Pergilah Khadijah ke Waraqah ibn Naufal, anak pamannya yang ahli kitab (Nasrani) yang telah menterjemahkan Injil ke bahasa Arab, menanyakan gerangan apa yang tersembunyi dibalik peristiwa yang belum pernah dialami Muhammad itu. Waraqah mengatakan bahwa Muhammad akan menjadi orang pilihan dengan katanya : “Maha Kudus Ia, Maha Kudus demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah percayalah, dia telah menerima namus besar seperti yang telah diterima Musa, dan dia akan didustakan orang, disiksa, diusir dan diperangi. Bila saja pada saat itu Waraqah masih hidup dia akan membela yang benar dipihak Allah.
Dengan wahyu pertama maka Muhammad telah diangkat oleh Allah sebagai Nabi, utusan-Nya. Namun Muhammad belum diseru untuk menyeru kepada ummatnya. Yang percaya pertama pertama kali bahwa beliau sebagai Nabi adalah isterinya sendiri, Khadijah. Kemudian turun lagi wahyu yang kedua ketika Muhamad dalam keadaan berselimut karena menggigil setelah mendengar suara gemerincing yang keras yang tidak  pernah didengar sebelumnya, ialah surat al-Mudassair : 1-7. Dari situlah Muhammad diangkat sebagai Rasul yang harus berdakwah, mengajak Muhammad untuk mengagungkan Tuhan dan membersihkan jiwa dan raga yang akan diterangkan dalam penjelasan sebagai berikut. ( QS. Al-Mudassir 1-7)

يايها المدثر  1  قم فانذر  2  وربك فكبر  3  وثيابك فطه  4  والرجز فاهجر  5  ولاتمنن تستكثر  6  ولربك فاصبر  7

Artinya : Hai orang yang Berselimut! Bangun dan sampaikan peringatan. Dan agungkanlah Tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa. Jangan kau memberi, karena ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu.

Dalam sejarah Islam, kerasulan Nabi Muhammad  secara resmi ditandai dengan turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad, dan Khadijah (istri beliau) adalah orang yang pertama yang mengimani kenabian Muhammad SAW , atau yang pertama kali masuk Islam, ini berarti bahwa rumah tangga Nabi sudah sejak awal telah menyatu dalam keimanan dan siao bahu membahu dalam menghadapi tantangan, sehingga mengalami sendiri betapa beratnya perjuangan awal Muhammad sebagai Nabi.[2]



3.      Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Masa Periode Mekah

Setelah turunnya surat yang kedua yakni surat Al-Mudassir 1-7 Nabi Muhammad SAW diwajibkan menyiarkan Islam. Ajakan Muhammad sebagai Rasul dimulai dari keluarganya, mula-mula Khadijah yang percaya terlebih dahulu, kemudian Ali bin Abi Thalib yang masih belum balig ketika melihat Nabi SAW sedang shalat bersama Khadijah ia menanyakan kepada siapa mereka sujud. Muhammad menerangkan “ kami sujud kepada Allah SWT yng mengutuku menjadi Nabi dan mengajak manusia untuk menyembah kepada Allah SWT “ dan Nabi mengajak masuk Islam. Demikian Islam baru tersiar dikalangan keluarga Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW berfikir bagaimana caranya menyiarkan agama Islam dikalangan umatnya yang keras dan masih menyembah berhala. Diajaklah orang pertama masuk Islam yang pertama kali dari luar lingkungan keluarga, ialah teman akrabnya Abu Bakar ibn Abi Quhafah yang terkenal bersih dan jujur serta dapat dipercaya. Dari Abu Bakarlah Islam disiarkan kepada teman-temannya yang dapat dipercaya, seperti Usman ibn Affan, Abdurrahman ibn ‘Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Sa’ad ibn al-‘Awwam, serta Abu Ubaidillsh ibn al-Jarrah dan banyak lagi.[3]
Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah SWT  untuk mendakwahkan Islam kepada manusia. Tugas kerasulan sudah terletak di pundak beliau. Untuk mendakwahan Islam itu Nabi melakukannya dengan sembunyi-sembunyi dan berhati-hati, walaupun perintah cukup jelas dan tegas. Dakwah Nabi hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu yang diyakini dapat menerima ajaran tersebut. Pada tahap rahasia ini, yang berlangsung kurang lebih 3 tahun, hanya beberapa orang saja yang masuk islam. Mereka yang mula-mula masuk islam, dalam sejarah dikenal dengan sebutan “al-sabiqun al-awwalun”.  Kelompok pertama ini, bersama-sama dengan Nabi, melakukan kegiatan berpusat dirumah Arqam bin Arqam.[4]
Dalam tahap berikutnya, dakwah Nabi ditujukan kepada anak-cucu keturunana Abdul Muthalib. Dengan demikian, sasaran dakwah sudah luas dan terbuka. Hal ini dilakukan Nabi stelah adannya perintah Allah SWT dalam surat as-Syura ayat 214-216. Lebih luas lagi setelah turunnya perintah Allah SWT dalam surat al-Hijr ayat 94-95. Maka sasaran dakwah Nabi adalah Masyarakat Mekah (Quraisy) secara umum dan lebih luas dan lebih terang-terangan.
Upaya Rasulullah dalam rangka mendakwahkan Islam secara terang-terangan ini kemudian mendapat reaksi dari pihak kaum Musrik Quraisy. Reaksi tersebut pada mulannya masih bersifat bujukan dan rayuan, agar Nabi meninggalkan tugas-tugasnya menyampaikan islam. Namun dengan tegas Nabi menepis bujukan tersebut , dengan mengatakan “Aku datang kepada kalian bukanlah untuk mendapatkan harta, pangkat dan kedudukan. Allah SWT mengutus Aku kepada kalian untuk menjadi Rasulnya”. Dalam posisinya sebagai Nabi Muhammad sangat tegas terhadap mereka.[5]
Perjalanan dan perjuangan dakwah Rasulullah pada periode-periode ini sangat berat, bahkan sampai pada tahun ke lima kerasulan pun jumlah penganut agama islam baru sekitar 102 orang. Setelah Umar bin Khattab masuk islam pada tahun 616 M mau atau tahun keenam dari kenabian Rasul, maka jumlah penganut islam, secara berangsur-angsur, terus bertambah, walaupun masih menjadi kaum yang terindas. Masuknya Umar ke dalam kelompok islam membawa daya dorong tersendiri dalam perkembangan islam
Ketika Abu Thalib dan Istri beliau Siti Khadijah meninggal dunia, pada masa yang beriringan, tindakan kekerasan kaum Kafir Quraisy terhadap Nabi dan para pengikutnya bertambah. Ini karena memang Abu Thalib adalah tokoh dikalangan orang-orang Quraisy dan Khadijah sendiri juga orang yang tepandang. Abu Thalib adalah figur yang disegani pemua Kafir Quraisy dan sebagai pelindung dakwah Nabi. Khadijah pun sebagai istri yang selalu setia mendampingi dan mendukung perjuangan beliau.. meninggalkannya kedua orang tersebut menjadikan pemuka kaum Quraisy lebih leluasa melakukan penganiayaan terhadap Nabi.
Ada beberapa hal yang perlu disemak bahwa, terdapat beberapa  faktor yang menyebakan kaum Quraisy menentang dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh Nai Muhammad SAW. Pertama,adanya persaingan antar suku dan keturunan yang terdapat di Mekah, dan berebut pengaruh dan kekuasaan, terutama antara bani Hasyim dengan bani Umayyah. Kedua, karena pertimbangan ekonomi ekonomi, dalam hal ini kaum Kafir Quraisy merasa khawatir terhadap menurunnya dominasi mereka dalam ekonomi dan perdagangan, apabila mereka menerima islam sebagai agama. Di sampang itu mereka juga melihat bahwa orang-orang masuk islam hanyalah orang-orang yang miskin dan ketiga, mereka ingin tetap mempertahankan agama dan kepercayaan lama, yang mereka anut secara turun menurun dari nenek moyang mereka. Itulah sebabnya mengapa mereka secara keras menentang dakwah Rasul.
Tindakan keras kaum kafir Quraisy terhadap Rasulullah dan kaum muslimin ini berakhir pada saat Rasulullah dan umat islam melakukan hjrah ke Madinah, yang pada waktu itu disebut dengan Yastrib. Peristiwa hijrah ini terjadi pada tahun 622 M yang sekaligus menandai berakhirnya periode Mekah di Zaman Rasulullah.
Selama kurang lebih tiga belas tahun , Nabi telah berjuang dengan gigih. Namun ia belum berhasil menciptakan suatu komunitas yang tauhidi yang sikap dan tindakannya sesuai dengan pesan dan ajaran tauhid sebagaimana yang dicita-citakan, sebaliknya ia, mendapatkan tantangan yang berat, oleh sebab itu selama di Mekah esistensi kerasulannya baru tampak pada dimensi kepemimpinan agama, sampai dengan hijrahnya ke Madinah dengan membawa perubahan-perubahan besar terhadap tatanan social masyarakatnya yang kelak dikenal dengan Negara Madinah.[6]
Kondisi Dakwah Nabi Muhammad SAW pada masa Periode Mekah:
Islam disiarkan oleh Nabi dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri, kemudian dari luar keluarga Abu bakar sahabat akrab beliau. Pada tahap rahasia ini, yang berlangsung selama kurang lebih 3 tahun, hanya beberapa orang saja yang masuk islam. Mereka yang mula-mula masuk islam, dalam sejarah dikenal dengan sebutan “al-sabiqun al-awwalun “. Kelompok pertama ini, bersama-sama dengan Nabi, melakukan kegiatan berpusat di rumah Arqam bin Arqam. Dan selama kurang lebih tiga belas tahun, nabi telah berjuang dengan gigih berdakwah di Mekah.




[1]Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997. Hal: 8-11
[2] Ibid. hal: 14-16
[3] Ibid. hal: 17
[4] Ibnu Hisyam. Sirat al-Nabi. Tth. Hal: 158-166
[5] Imam Fu’adi. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: teras. 2011. Hal: 6-7
[6] Ibid. hal: 9-12 

No comments:

Post a Comment