A. PENDAHULUAN
Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak
harus dibagi menjadi dua periode yang berbeda, awal dan akhir masa kanak-kanak.
Periode awal berlangsung dari umur 2-6 tahun dan periode akhir dari 6 sampai
tiba saatnya anak matang secara seksual. Dengan demikian awal masa kanak-kanak
dimulai sebagai penutup masa bayi, usia dimana ketergantungan secara praktis
sudah dilewati diganti dengan tumbuhnya kemandirian, dan berakhir disekitar
usia masuk sekolah dasar.
B. PERMASALAHAN
1. Apakah kebutuhan dasar seorang anak?
2. Bagaiman pola tingkah laku kanak-kanak dan hubungannya dengan
pertumbuhan?
3. Ada berapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak?
C. METODE PENELITIAN
·
Observasi
Setiap anak
memiliki perkembangan mental dan fisik yang berbeda-beda. Bahkan, didalam satu
keluarga perbedaan perkembangan tersebut bisa ekstrem. Misalnya, si kakak pandai
bergaul sementara adiknya luar biasa pemalu. Perkembangan yang optimal sangat
dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi antara anak dan orang
tua/orang dewasa lainnya. Interaksi sosial di usahakan sesuai dengan kebutuhan
anak pada berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan.
Adapun kebutuhan dasar seorang anak adalah
1)
ASUH (kebutuhan biomedis)
Menyangkut asupan gizi anak selama
dalam kandungan dan sesudahnya, kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang
layak dan aman, perawatan kesehatan dini berupa imunisasi, deteksi dan
intervensi dini akan timbulnya gejala penyakit.
2)
ASIH (kebutuhan emosional)
Penting menimbulkan rasa aman
(emotional security) dengan kontak fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu.
Kebutuhan anak akan kasih sayang, diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru,
pujian, tanggung jawab untuk kemandirian sangatlah penting untuk diberikan.
Tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan, tetapi lebih banyak menberikan
contoh-contoh penuh kasih sayang adalah salah satunya.
3)
ASAH (kebutuhan akan
stimulasi mental dini)
Cikal bakal proses penbelajaran,
pendidikan dan pelatihan yang diberikan sedini dan sesuai mungkin. Terutama
pada usia 4-5 tahun pertama (golden age) sehingga akan terwujud etika,
kepribadian yang mantap, arif, dengan kecerdasan, kemandirian, ketrampilan dan
produktivitas yang baik.
ü
Pola tingkah laku
kanak-kanak dan hubungannya dengan pertumbuhan
©
Ketika anak mulai mampu
bergerak merangkak sendiri dan melakukan lebih banyak lagi kegiatan, mereka
lebih bisa berkelakuan agresif kecuali anak itu dibantu oleh orang tua yang
mendampinginya
©
Ketika anak itu belajar
tanggap terhadap sesamanya, maka pada saat itu ia telah mulai memilih orang-orang
yang hendak ditanggapinya. Dia tersenyum kepada wajah-wajah yang dikenalnya dan
menangis apabila wajah-wajah yang tidak dikenalnya menghampirinya. Anak itu
telah belajar untuk menghubungkan senyum dengan rasa senang
©
Mereka suka memasukkan
hampir semua apa yang diraih dan digenggamnya ke dalam mulutnya sebagai satu
cara untuk menyelidikinya
©
Ketika anak-anak mulai
tumbuh gigi mereka cenderung untuk menggigit dengan giginya itu hingga mereka
bisa menyadari kalau menggigit itu bisa melukai
©
Anak-anak juga cenderung
menghendaki meneruskan setiap kegiatan yang sedang dilakukannya, untuk
melanjutkan tanpa gangguan hingga mereka mendapat kepuasaan sendiri
ü
Pertumbuhan dan
perkembangan anak
Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang.
Sedangkan perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan
kemampuan (skill) fungsi organ atau individu. Kedua proses ini terjadi secara
sinkron pada setiap individu.
Proses tumbuh
kembang seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling
terkait, yaitu faktor genetik/keturunan, lingkungan biofisiko psikososial dan
perilaku. Proses ini bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil
akhir yang berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak.
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertunbuhan anak, yaitu
a.
Faktor heredo
konstitusional (tergantung ras, genetik, jenis kelamin dan kelainan bawaan)
b.
Faktor hormonal (insulin,
tiroid, hormon sex dan steroid)
c.
Faktor lingkungan selama
dan sesudah lahir (gizi, trauma, sosio-ekonomi, iklim, aktivitas fisik,
penyakit, dan lain-lainya)
Perkembangan kesadaran beragama pada usia ini
ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a)
Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima)
meski[un banyak bertanya
b)
Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormoph (dipersonifikasikan)
c)
Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun
mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual
d)
Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan
pribadinya) sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih bersifat egosentrik
(memandang segala sesuatu dari sudut dirinya). (Abin Syamsudin Makmun,1996)[1]
D. HASIL OBSERVASI
Pada masa
ini, pertumbuhan fisik berjalan terus. Pertumbuhan tidak sama dengan
bertambahnya besar tubuh secara beraturan. Melainkan suatu penambahan yang
serasi, sehingga anak merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Selain
belajar melalui permainannya, anak balita juga belajar melalui pertanyaan dan
jawaban yang diperolehnya dari orang tua atau orang lain. Anak akan bertanya:
apa itu, kenapa, untuk apa, bagaimana, dan sebagainya. Dari jawaban atau
keterangan yang diberikan, anak akan membentuk konsep, sikap, harapan,
pengetahuan, sebagai persiapan untuk masuk sekolah.
Komunikasi
dengan orang lain dan jawaban atas pertanyaanya akan merangsang keingintahuan
anak dan menambah pengetahuan anak sehingga mengurangi perilaku “coba-coba”.
Contoh:
anak melihat kompor yang menyala. Ia bertanya, apa itu? Untuk apa?
Apabila ia tidak mendapat jawaban,
maka mungkin ia akan menyentuh kompor dan terasa panas. Dari pengalaman ini, ia
belajar bahwa kompor yang menyala panas.
Dari
beberapa contoh di atas bisa disimpulkan bahwa anak balita bisa belajar dari
pengalaman yang mengasyikkan dalam permainan, tetapi juga melalui pengalaman
yang membahayakan. Denagn demikian, lebih baik anak menambah pengetahuan
melalui jawaban atau keterangan yang diberikan atas pertanyaannya.
Pola perilaku dalam situasi sosial
pada masa awal kanak-kanak:
J
Pola perilaku social
·
Kerja sama
·
Persaingan kemurahan hati
·
Hasrat akan penerimaan social
·
Simpati dan empati
·
Ketergantungan
·
Sikap ramah
·
Sikap tidak mementingkan diri sendiri
·
Meniru
·
Perilaku kelekatan (attachment behavior)
J
Pola perilaku yang tidak social
·
Negativisme
·
Agresif
·
Pertengkaran
·
Mengejek dan menggertak
·
Perilaku yang sok kuasa
·
Egosentrisme
·
Prasangka
·
Antagonisme jenis kelamin[2]
E. KESIMPULAN
Setelah melihat aspek perkembangan yang berbeda
pada setiap tahap perkembangan masa anak, maka dapat dikemukakan bahwa:
1.
Dalam menghadapi, mendidik dan mengajar anak,
perlu mengerti tahap-tahap perkembangan anak
2.
Mengetti anak berarti mengenal anak secara
mendalam, dengan aspek perkembangan dan tujuan perkembangannya, latar belakang
lingkungan yang berpengaruh dalam pembentukan perilaku dan kepribadiannya
3.
Mengenal anak berarti mengetahui macam-macam
cirri khusus, segi karakterologos maupun kemampuan dan batas-batasnya, latar
belakang lingkungan yang mendasari dan mempengaruhi perkembangannya
Dengan demikian dalam menghadapi anak, dan
membantu mengembangkan dirinya, perlu melihat anak sebagai anak dalam kaitan
dengan proses perkembangannya.
F. PENUTUP
Demikian makalah
yang dapat saya sampaikan, selaku makalah sadar bahwa makalah yang saya buat
tidaklah sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan agar kepadanya lebih baik dan baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
G. REFERENSI
J Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja,
PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2009, p.176-177
J Elizabeth
B.Hurlock, Perkembangan Anak,
Erlangga, Jakarta, p.262-263
J Singgih
D.Gunarsa, Psikologi Praktis:Anak, Remaja
dan Keluarga, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2004
No comments:
Post a Comment