Sunday, March 6, 2016

makalah masa kanak-kanak

A.    PENDAHULUAN
Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi menjadi dua periode yang berbeda, awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur 2-6 tahun dan periode akhir dari 6 sampai tiba saatnya anak matang secara seksual. Dengan demikian awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi, usia dimana ketergantungan secara praktis sudah dilewati diganti dengan tumbuhnya kemandirian, dan berakhir disekitar usia masuk sekolah dasar.

B.     PERMASALAHAN
1.    Apakah kebutuhan dasar seorang anak?
2.    Bagaiman pola tingkah laku kanak-kanak dan hubungannya dengan pertumbuhan?
3.    Ada berapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak?

C.    METODE PENELITIAN
·      Observasi
Setiap anak memiliki perkembangan mental dan fisik yang berbeda-beda. Bahkan, didalam satu keluarga perbedaan perkembangan tersebut bisa ekstrem. Misalnya, si kakak pandai bergaul sementara adiknya luar biasa pemalu. Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi antara anak dan orang tua/orang dewasa lainnya. Interaksi sosial di usahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan. Adapun kebutuhan dasar seorang anak adalah
1)        ASUH (kebutuhan biomedis)
Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya, kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak dan aman, perawatan kesehatan dini berupa imunisasi, deteksi dan intervensi dini akan timbulnya gejala penyakit.

2)        ASIH (kebutuhan emosional)
Penting menimbulkan rasa aman (emotional security) dengan kontak fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih sayang, diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru, pujian, tanggung jawab untuk kemandirian sangatlah penting untuk diberikan. Tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan, tetapi lebih banyak menberikan contoh-contoh penuh kasih sayang adalah salah satunya.
3)        ASAH (kebutuhan akan stimulasi mental dini)
Cikal bakal proses penbelajaran, pendidikan dan pelatihan yang diberikan sedini dan sesuai mungkin. Terutama pada usia 4-5 tahun pertama (golden age) sehingga akan terwujud etika, kepribadian yang mantap, arif, dengan kecerdasan, kemandirian, ketrampilan dan produktivitas yang baik.
ü Pola tingkah laku kanak-kanak dan hubungannya dengan pertumbuhan
©          Ketika anak mulai mampu bergerak merangkak sendiri dan melakukan lebih banyak lagi kegiatan, mereka lebih bisa berkelakuan agresif kecuali anak itu dibantu oleh orang tua yang mendampinginya
©          Ketika anak itu belajar tanggap terhadap sesamanya, maka pada saat itu ia telah mulai memilih orang-orang yang hendak ditanggapinya. Dia tersenyum kepada wajah-wajah yang dikenalnya dan menangis apabila wajah-wajah yang tidak dikenalnya menghampirinya. Anak itu telah belajar untuk menghubungkan senyum dengan rasa senang
©          Mereka suka memasukkan hampir semua apa yang diraih dan digenggamnya ke dalam mulutnya sebagai satu cara untuk menyelidikinya
©          Ketika anak-anak mulai tumbuh gigi mereka cenderung untuk menggigit dengan giginya itu hingga mereka bisa menyadari kalau menggigit itu bisa melukai
©          Anak-anak juga cenderung menghendaki meneruskan setiap kegiatan yang sedang dilakukannya, untuk melanjutkan tanpa gangguan hingga mereka mendapat kepuasaan sendiri
ü Pertumbuhan dan perkembangan anak
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang. Sedangkan perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ atau individu. Kedua proses ini terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Proses tumbuh kembang seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait, yaitu faktor genetik/keturunan, lingkungan biofisiko psikososial dan perilaku. Proses ini bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertunbuhan anak, yaitu
a.         Faktor heredo konstitusional (tergantung ras, genetik, jenis kelamin dan kelainan bawaan)
b.         Faktor hormonal (insulin, tiroid, hormon sex dan steroid)
c.         Faktor lingkungan selama dan sesudah lahir (gizi, trauma, sosio-ekonomi, iklim, aktivitas fisik, penyakit, dan lain-lainya)
Perkembangan kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a)      Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meski[un banyak bertanya
b)      Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormoph (dipersonifikasikan)
c)      Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual
d)     Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya). (Abin Syamsudin Makmun,1996)[1]

D.    HASIL OBSERVASI
Pada masa ini, pertumbuhan fisik berjalan terus. Pertumbuhan tidak sama dengan bertambahnya besar tubuh secara beraturan. Melainkan suatu penambahan yang serasi, sehingga anak merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Selain belajar melalui permainannya, anak balita juga belajar melalui pertanyaan dan jawaban yang diperolehnya dari orang tua atau orang lain. Anak akan bertanya: apa itu, kenapa, untuk apa, bagaimana, dan sebagainya. Dari jawaban atau keterangan yang diberikan, anak akan membentuk konsep, sikap, harapan, pengetahuan, sebagai persiapan untuk masuk sekolah.
Komunikasi dengan orang lain dan jawaban atas pertanyaanya akan merangsang keingintahuan anak dan menambah pengetahuan anak sehingga mengurangi perilaku “coba-coba”.
Contoh: anak melihat kompor yang menyala. Ia bertanya, apa itu? Untuk apa?
              Apabila ia tidak mendapat jawaban, maka mungkin ia akan menyentuh kompor dan terasa panas. Dari pengalaman ini, ia belajar bahwa kompor yang menyala panas.
Dari beberapa contoh di atas bisa disimpulkan bahwa anak balita bisa belajar dari pengalaman yang mengasyikkan dalam permainan, tetapi juga melalui pengalaman yang membahayakan. Denagn demikian, lebih baik anak menambah pengetahuan melalui jawaban atau keterangan yang diberikan atas pertanyaannya.
Pola perilaku dalam situasi sosial pada masa awal kanak-kanak:
J  Pola perilaku social
·           Kerja sama
·           Persaingan kemurahan hati
·           Hasrat akan penerimaan social
·           Simpati dan empati
·           Ketergantungan
·           Sikap ramah
·           Sikap tidak mementingkan diri sendiri
·           Meniru
·           Perilaku kelekatan (attachment behavior)
J  Pola perilaku yang tidak social
·           Negativisme
·           Agresif
·           Pertengkaran
·           Mengejek dan menggertak
·           Perilaku yang sok kuasa
·           Egosentrisme
·           Prasangka
·           Antagonisme jenis kelamin[2]
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
E.     KESIMPULAN
Setelah melihat aspek perkembangan yang berbeda pada setiap tahap perkembangan masa anak, maka dapat dikemukakan bahwa:
1.         Dalam menghadapi, mendidik dan mengajar anak, perlu mengerti tahap-tahap perkembangan anak
2.         Mengetti anak berarti mengenal anak secara mendalam, dengan aspek perkembangan dan tujuan perkembangannya, latar belakang lingkungan yang berpengaruh dalam pembentukan perilaku dan kepribadiannya
3.         Mengenal anak berarti mengetahui macam-macam cirri khusus, segi karakterologos maupun kemampuan dan batas-batasnya, latar belakang lingkungan yang mendasari dan mempengaruhi perkembangannya
Dengan demikian dalam menghadapi anak, dan membantu mengembangkan dirinya, perlu melihat anak sebagai anak dalam kaitan dengan proses perkembangannya.

F.     PENUTUP
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan, selaku makalah sadar bahwa makalah yang saya buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar kepadanya lebih baik dan baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

G.    REFERENSI
J Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2009, p.176-177
J Elizabeth B.Hurlock, Perkembangan Anak, Erlangga, Jakarta, p.262-263
J Singgih D.Gunarsa, Psikologi Praktis:Anak, Remaja dan Keluarga, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2004
J http://psikologi.or.id, hari minggu tanggal 4 november 2011


[1] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2009, p.176-177
[2] Elizabeth B.Hurlock, Perkembangan Anak, Erlangga, Jakarta, p.262-263

No comments:

Post a Comment