Monday, March 7, 2016

makalah macam-macam pola pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perubahan merupakan sebuah keniscayaan, semua yang ada di dunia ini mengalami hukum gerak dan perubahan. Begitu juga dinamika sejarah masyarakat, terus mengalir dan bergerak dari masyarakat konservatif dan tradisional menuju ke samudera modernisme. Sebuah perkembangan global yang menuntut keseriusan setiap komponen masyarakat dan bangsa untuk berbenah diri dengan seperangkat kompetensi dan profesionalisme agar tetap exist dan  survive.
Berbicara tentang pendidikan kaitannya dengan globalisasi, lebih-lebih di era reformasi di semua bidang di Indonesia sekarang tentu saja kita juga harus membicarakan mengenai “sosok guru ideal” yang diharapkan. Pendidikan kita tentunya harus mendiskripsikan profil seorang guru yang relevan dengan konteks globalisasi, sebagai landasan untuk mencapai tujuan ideal yang diharapkan[1].
Dari penjelasan tersebut guru membutuhkan pola-pola pembelajaran untuk menunjang penyampaian materi kepada siswa dan diharapkan dari pola tersebut siswa bisa menangkap apa yang diajarkan dari seorang guru, agar kelak siswa tersebut dapat bersaing pada dunia global yang semakin lama semakin dituntut harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yang keras, untuk menunjang pola-pola tersebut maka guru juga diharapkan menjadi guru yang profesional. Adapun pola-pola pembelajaran akan dijelaskan dalam isi makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana definisi dari pola pembelajaran?
2.      Apa macam-macam jenis pola pembelajaran?
3.      Apa pengertian model pembelajaran?
4.      Bagaimana macam-macam model pembelajaran?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. pengertian  Pola Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Di dasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
   Barry Morris (1963: 11) yang dikutip dalam bukunya Rusman mengklasifikasikan empat pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
pola.jpg
1.      Pola pembelajaran Tradisional 1
Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.
Dalam pola pengajaran tradisional ini, pengajar (guru) memegang peran utama dalam menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai kemajuan belajar siswa. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Dalam pola interaksi edukatif ini, guru kelas mendominasi kegiatan belajar mengajar.
Pola pengajaran seperti ini belum atau tidak memberikan peluang pada penggunaan teknologi dalam pengajaran., buku-buku, papan tulis, media pengajaran, perpustakaan belum berperan dalam proses belajar mengajar. Pola pengajaran seperti ini tida memberikan ruang bagi pengembangan teknologi dalam pengajaran.
Pola pengajaran tradisional dalam pengajaran bahasa asing akan lebih bertumpu pada keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara hanya kadang-kadang.

2.      Pola pembelajaran tradisional 2
Pola (guru+alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah mempengaruhi pola pengajaran, sehingga timbul kecenderungan membakukan masukan atau standarisasi input ke dalam sistem peengajaran.
Sementara itu, perkembangan teknologi, khususnya perlengkapan media dan fasilitas pengajaran juga mengalami kemajuan.
Kecenderungan pembakuan ini selain dikarenakan alasan ekonomis, namun juga memberikan keuntungan lain, yaitu memberikan keuntungan lain, yaitu memudahkan adanya perbaikan control dalam proses pengajaran. Standarisasi ini berlaku untuk pengadaan buku-buku sekolah, desain gedung  dan fasilitas sekolah, bentuk papan tulis, media instruksional, perpustakaan, dan laboratorium.
Dampak munculnya input dalam pengajaran ini, maka pla pengajaran mempunyai komponen-komponen baru berupa peralatan yang dipergunakan oleh guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Alat bentu pengajaran tersebut kemudian dikenal sebagai media pengajaran.
Munculnya media pengajaran merupakan sumber belajar lian selain guru di dalam pola pengajaran model ini. Dalam pola ini, guru masih tetap memegang peranan menentukan dalam mengontrol kegiatan belajar mengajar dikelas, nemun tidak mutlak 100% karena sudah didukung oleh sumber belajar lain, yaitu media.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru juga dituntut untuk mampu mengoperasikan media pengajaran yang ada, baik tinggal mmanfaatkan ataupun media yang harus dibuat.
3.      Pola pembelajaran guru dan media
Pola(guru)+(media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagaii sumber belajar, misalnya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini merupakan pola pembelajaran bergantian antara guru an medai berinteraksi dengan siswa.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi membawa implikasi meluasnya cakrawala umat manusia dalam ilmu pengetahuan. Generasi saat ini harus lebih banyak belajar daripada generasi masa lalu. Demikian pula generasi yang akan datang juga harus menjadi generasi terdidik yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.
Implikasi yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan umat manusia dari generasi ke generasi juga menuntut sistem pendidikan dan kepelatihan yang sangkil dan mangkus. Segala macam pengetahuan dan pesan, baik yang verbal maupun nonverbal, perlu ditransformasikan dalam sistem baru. Oleh sebab itu, maka kemudian media bukan saja merupakan hasil pengetahuan manusia, namun juga merupakan sarana mengkomunikasikan pengetahuan dan pesan tersebut. Terlebih lagi, bentuk transformasi tersebut juga dapat sebagai sarana mengembangkan keterampilan khusus dengan menggunakan teknik-teknik mutakhir.
Standarisasi pada input yang telah muncul pada pola pengajaran yang dibantu dengan media,pada perkembangannya ternyata belum dapat menjamin hasil belajar yang optimal. Oleh sebab itu diperlukan standarisasi lain dalam proses belajar mengajar. Muncullah kecenderungan sistem belajar lain (selain guru) yang dirancang sumber belajar tersebut berbentuk media yang disusun oleh sekelompok ahli media. Jadi pola pengajaran yang berbentuk ini adalah pola yang menghadirkan guru di satu sisi, dan guru dengan media di sisi lain, dan bersama-sama berinteraksi dengan siswa. Dalam hal ini, kehadiran guru berfungsi untuk melakukan kontrol terhadap disiplin dan minat belajar siswa. Sumber belajar yang berbentuk media akan mengontrol penyajian materi pelajaran.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru akan tetap muncul dan hadir di kelas, namun media juga turut dikembangkan dengan detail secara bersama-sama. Terlebih lagi dalam pengajaran keterampilan berbahasa, yang menuntut penguasaan reseptif meupun produktif lisan dan tulis.
4.      Pola pola pembelajaran bermedia
Pola pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan bahan atau materi pembelajaran apa saja yang kemudian bahan tersebut diaplikasikan pada media sebagai seumber belajar siswa yang utama.
Pola pengajaran ini muncul sebagai jawaban akan semakin meningkatnya kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar, baik dari segi jumlah maupun mutu. Munculnya tuntutan profesionalisme tenaga guru yang berkualitas tinggi. Jadi jumlah tenaga pengajar yang tebatas juga turut memberi andil akan hadirnya pola pengajaran ini. Sementara penambahan jumlah tenaga pengajar profesional tidak dapat dilakukan secara kilat. Maka muncul upaya untuk menemukan dan mengembangkan media pengajaran.
Lalu dimana letak tugas pengajar pada pola ini? Tenaga pengajar yang profesional dapat diberi tugas untuk mempersiapkan bahan pengajaran secara sistematis dan terprogram dalam bentuk modul atau paket belajar. Keadaan siswa yang telah cenderung belajar dengan sistem mandiri, akan memudahkan mereka dalam berinteraksi langsung dengan media pengajaran yang telah dipersiapkan oleh para ahli media dan guru.
Dalam pengajaran bahasa asing, pola ini tidak mewajibkan bahkan meniadakan guru. Pengajaran berlangsung dengan media pengajaran, misalnya dalam proses belajar mengajar dengan modul, mesin pengajaran, dan pengajaran berprogram dalam belajar mandiri. Kelemahan dari pola ini adalah bahwa dalam kenyataannya, media tidak dapat mendidik siswa. Dengan pola pengajaran ini, kehadiran guru dapat digantikan oleh media yang diciptakannya.

Pola-pola pembelajaran diatas memberikan gambaran bahwa seiring dengan pesatnya perkembangan media pembelajaran, baik software maupun hardware, akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer atau yang sering kita kenal dengan pembelajaran berbasis computer (CBI atau computer based intruction), baik model drill, toturial, simulasi maupun instructional games ataupun dari internet. Sekarang ini atau dimasa yang akan datang, peran guru tidak hanya sebagai director of learning, yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar. Bahkan, bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang peran media sebagai sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran (pola pembelajaran bermedia), seperti halnya penerapan pembelajaran berbasis komputer (computer based instruction), disini peran guru hanya sebagai fasilitator belajar saja.
Dalam versi lain menyebutkan bahwa, pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari gerakan yang di dominasi oleh guru sampai kapan kegiatan yang dilakukan oleh murid itu sendiri. Pola interaksi dapat berbentuk klasikal, kelompok, dan perorangan. Sedangkan variasi kegiatan bisa berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan atau demonstrasi. Dalam mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi: kesesuaian, kesewajaran, kelancaran, dan kesinambungan, perencanaan bagi alat atau bahan yang memerlukan penataan khusus.[2]

2.2. Macam-Macam Pola Pembelajaran
Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan seperti dibawah ini:
1.      Pola guru- murid: komunikasi sebagai satu arah.
2.      Pola guru-siswa-guru: ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara siswa.  
3.      Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4.      Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi arah).
5.      Pola melingkar: setiap siswa giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat giliran.[3]
Secara opersional penerapan pola pembelajaran akan mempunyai ciri sebagai berikut:
1.      Sarana fisik yang menjadi perantara penyajian informasi.
2.      Sistem intruksional dimana secara fisik tersebut merupakan salah satu komponen yang terpadu.
3.      Adanya serangkaian pilihan yang menghendaki antara lain :
a.       Perubahan fisik dan cara tempat belajar.
b.      Hubungan antara pengajar dan anak didik yang tidak langsung.
c.       Aktifitas anak didik yang lebih mandiri.
d.      Perlunya tenaga pembantu untuk mengajar.
e.       Perubahan peranan dan kecakapan pengajar.
f.       Keluwesan waktu dan tempat belajar. [4]

2.3.  Model Pembelajaran
            Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut sangat terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, agama, seni, sikap dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar sangat dinamis dan kompleks. Hasil penelitian para ahli tentang kegiatan guru, siswa dan kaitannya dengan bahan pengajaran adalah model pembelajaran. Perintis penelitian model pembelajaran adalah March Belt penelitian tentang kegiatan pembelajaran adalah berusaha menemukan model pembelajaran. Model-model yang ditemukan dapat diubah, diuji kembali, dan dikembangkan, selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan.[5]
            Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model adalah sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti “globe” yang merupakan model dari bumi tempat kita hidup. Dalam istilah selanjutnya, istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Menurut Dewey dan Joyce dan Weil (1986) yang dikutip dalam bukunya Abdul Majid mendefinisikan model pembelajaran sebagai “ a plan or pattern that we can use to design face to face teaching in the classroom or tutorial setting and to shape instructional material” (suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka dikelas, atau pembelajaran tambahan diluar kelas dan untuk menajamkan materi pelajaran). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa:
a.       Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik  kerangka dasarnya.
b.      Model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatar belakanginya.
Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain pembelajaran dan para pengajar dalam perencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar .[6]
Suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.[7]
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran dikelas.[8]

2.4.  Jenis Model Pembelajaran
Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990) yang dikutip dalam bukunya Trianto mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: 1) model interaksi sosial, 2) model pengolahan informasi, 3) model personal-humanistik, dan 4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran. Keempat model pembelajaran tersebut dapat dilihat pada uraian berikut:
1)      Model Proses Informasi
Teori belajar yang oleh Gagne (1988) yang dikutip dalam bukunya Trianto disebut dengan information processing Learning Theory. Dan teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan didalam otak manusia disaat memproses suatu informasi.
Menurut Gagne, yang dikutip dalam bukunya Trianto, tahapan proses pembelajaran tersebut meliputi delapan fase, fase tersebut meliputi : 1) Motivasi, 2) Pemahaman, 3) pemerolehan, 4) penyimpanan, 5) ingatan kembali, 6) generalisasi, 7) perlakuan, 8) umpan balik.
2)      Model Personal
Rumpun model personal bertolak dari pandangan kedirian atau self-hood dari individu. Penggunaan model-model pembelajaran dalam rumpun personal ini lebih memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan tanggung jawab atas tujuannya.
3)      Model Interaksi Sosial
Model interaksi social pada hakikatnya bertolak dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan social, atau hubungan individu dengan lingkungan socialnya. Dalam konteks ini, proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan hubungan social dalam pengertian peserta didik berinteraksi dengan peserta didik lain, dan berinteraksi dengan kelompoknya.
4)      Model Sistem Perilaku (Behaviour)
Model behaviorial menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta didik, sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus respons, model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas yang harus diberikan dalam suatu rangkaian kecil, berurutan, dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement).[9]


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.      Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Di dasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
2.      Adapun jenis pola pembelajaran yaitu:
·         Pola guru- murid : komunikasi sebagai satu arah.
·         Pola guru-siswa-guru : ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara siswa.
·         Pola guru-murid-murid : ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
·         Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid : interaksi optimal antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi arah).
·         Pola melingkar : setiap siswa giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat giliran.
3.      Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran dikelas.
4.      Macam-macam model pembelajaran, yaitu: 1) model interaksi sosial, 2) model pengolahan informasi, 3) model personal-humanistik, dan 4) model modifikasi tingkah laku

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Syamsul Ma’arif, Profesionalisme Guru, Need’s Press, Semarang, 2011
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung. Remaja Rosdakarya.2013
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta,
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Pt Grafindo Persada
Rusman dalam http//Materi Pendekatan dan Model Pembelajaran. Pdf (diakses pada 10 Oktober 2013)
http//file.upi.eduDirektoriFIPJUR_KURIKULUM_DAN_TEK_PENDIDIKAN_model_pembelajaran_dan_pola pembelajaran.pdf (diakses pada 12 Oktober 2013)
http///httpfele.upi.eduDirektoriFIPJUR_KURIKULUM_DAN_TEK>_PENDIDIKAN199610191991021-RUDI_SUSILAANAKP10a-
http///file.upi.eduDirektoriFIPJUR_KURIKULUM_DAN_TEK_PENDIDIKAN_model_pembelajaran_dan_pola pembelajaran.pdf (diakses pada 12 oktober 2013)








[1] Syamsul Ma’arif, Profesionalisme Guru, Need’s Press, Semarang, 2011 hlm 5-6
[2] Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT. Grafindo Persada,2013, hlm 134-137
[3] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung, Rosada Karya,2013, hlm 272-273
[4] Rudi Susilana,
http//httpfile.upi.eduDirektoriFIPJUR_KURIKULUM_DAN_TEK_PENDIDIKAN196610191991021-RUDI_SUSILANAKP10a-pengertian_model_pembelajaran_dan _pola_pembelajaran pdf (diakses pada 12 Oktober 2013 jam 19:30)
[5] Dr.Rusman, M.Pd dalam http//Materi Pendekatan dan Model Pembelajaran. Pdf (diakses pada 10 Oktober 2013 jam 19:35)
[6]http//file.upi.eduDirektoriFIPJUR_KURIKULUM_DAN_TEK_PENDIDIKAN_model_pembelajaran_dan_pola pembelajaran.pdf (diakses pada 12 Oktober 2013, jam 19.00 WIB)
[7] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung. Remaja Rosdakarya.2013. hlm.13-14
[8] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta, hlm 51
[9] Trianto, Op.cit, hlm 15-18

No comments:

Post a Comment