Saturday, March 12, 2016

makalah sanad dan matan hadits

PENELITIAN SKEMA SANAD
      Untuk memperjelas dan memepermudah proses kegiatan al-i’tibar,diperlukan pembuatan skema untuk seluruh sanad bagi hadis yang akan diteliti. Dalam pembuatan skema ada tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian,yakni (1) jalur seluruh sanad; (2) nama-nama periwayat untuk seluruh sanad dan;(3) metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat.
     Nama-nama periwayat yang ditulis dalam skema sanad meliputi seluruh nama, mulai periwayat pertama, yakni sahabat Nabi yang mengemukakan hadis, sampai mukharrijnya, misalnya al-bukhari atau muslim.
1.           KAIDAH KESAHIHAN SANAD SEBAGAI ACUAN
     Untuk meneliti hadis, diperlukan acuan. Acuan yang digunakan adalah kaidah kesahihan hadis bila ternyata hadis yang diteliti bukanlah hadis mutawattir.
     Benih-benih kaidah kesahihan hadis telah muncul pada zaman Nabi dan zaman sahabat Nabi.
Berangkat dari definisi itu dapatlah dikemukakan bahwa unsur-unsur kaidah kesahihan hadis adalah sebagai berikut:
1.      Sanad hadis yang bersangkutan harus bersambung mulai dari mukharrij_nya sampai kepada Nabi.
2.       Seluru periwayat dalam hadis itu harus bersifat adil dan dabit.
3.      Hadis itu, jadi sanad dan matan-nya, harus terhindar dari kejanggalan dan cacat.
2.       SEGI-SEGI PRIBADI PERIWAYAT YANG DITELITI
        Ulama hadis sependapat bahwa ada dua hal yang harus diteliti pada diri pribadi periwayat hadis untuk dapat diketahui apakah riwayat hadis yang dikemukakanya dapat diterima sebagai hujah ataukah harus ditolak.

Untuk sifat adil dan dabit masing-masing memiliki kriteria tersendiri.                                       
     Ulama hadis memang beda pendapat dalam memberikan pengertian istilah untuk kata dabit, namun perbedaan itu dapat dipertemukan dengan memberi rumusan sebagai berikut :
1.      Periwayat yang bersifat dabit adalah periwayat yang (a) hafal dengan sempurna hadis yang diterimanya; dan (b) mampu menyampaikan dengan baik hadis yang dihafalnya itu kepada orang lain.
2.       Periwayat yang bersifat dabit ialah periwayat yang selain disebutkan dalam butir pertama diatas, juga dia mampu memahami dengan baik hadis yang dihafalnya.
3.      SEKITAR AL-JARH WAT-TA’DIL

a.       Pengertian AJ-JARH WAT-TA’DIL _ para periwayat hadis mulai dari generasi sahabat Nabi sampai generasi mukharijul hadis ( periwayat dan sekaligus penghimpun hadis) telah tidak dapat dijumpai secara fisik karena mereka telah meninggal dunia.

     Menurut bahasa, kata al-jarh merupakan masdar dari kata jaraha-yajrahu , yang berarti ‘’melukai’’.
Menurut istilah ilmu hadis, kata al-jarh berarti tampak jelasnya sifat pribadi periwayat yang tidak adil, atau yang buruk dibidang hafalnya dan kecermatannya, yang keadaan itu menyebabkan gugurnya atau lemahnya riwayat yang disampaikan oleh periwayat tersebut.
     Adapun kata at-ta’dil, asal katanya adalah masdar dari kata kerja ‘addala, artinya: mengemukakan sifat-sifat adil yang dimiliki oleh seseorang.
Menurut istilah ilmu hadis, kata at-ta’dil mempunyai arti: mengungkap sifat-sifat bersih yang ada pada diri periwayat, sehingga dengan demikian tampak jelas keadilan pribadi periwayat itu dan karenanya riwayat yang disampaikannya dapat diterima.
                                                        
b.        ULAMA KRITIKUS HADIS

       Ulama yang ahli di bidang kritik para periwayat hadis disebut sebagai al-jarh wal-mu’addil.
Ulama telah mengemukakan  syarat-syarat bagi seseorang yang dapat dinyatakan sebagai al-jarh wal-mu’addil.
Penjelasan ulama  itu dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Syarat-syarat yang berkenan dengan sikap pribadi, yakni (a) bersifat adil (sifat adil dalam hal ini ialah menurut istilah ilmu hadis); (b) tidak bersikap fanatik terhadap aliran atau madzhab yang dianutnya; (c) tidak bersikap bermusuhan dengan periwayat yang dinilainya, termasuk terhadap periwayat yang berbeda aliran dengannya.
2.      Syarat-syarat yang berkenan dengan penguasaan pengetahuan, dalam
hal ini harus memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam, terutama
yang berkenan dengan (a) ajaran islam; (b) bahasa arab; (c) hadis dan ilmu hadis; (d) pribadi periwayat yang dikritiknya; (e) adat istiadat yang berlaku; dan (f) sebab-sebab yang melatarbelakangi sifat-sifat utama
dan tercela yang dimiliki oleh periwayat.
c.       LAFAL-LAFAL AL-JARH WAT TA’DIL
Berdasarkan hasil penelitian ulama ahli kritik hadis , ternyata keadaan
Para periwayat hadis bermacam-macam: Sesuai dengan keadaan
Pribadi para periwayat itu, maka ulama ahli kritis hadis menyusun
Peringkat para periwayat dilihat dari kualitas pribadi dan kapasitas intelektual mereka.


d.         BEBERAPA TEORI AL-JARH WAT-TA’DIL
Mungkin penggunaan istilah teori dalam hal ini kurang tepat. Istilah itu dipakai untuk memudahkan pemahaman tentang adanya kaidah yang diikuti oleh ulama ahli kritik hadis dalam melakukan kritik terhadap para periwayat hadis. Kaidah yang telah dikemukakan oleh para kritikus hadis selain ada beberapa macam,juga memiliki argumen yang mendukung lahirnya ,masing-masing kaidah.
4.      PERSAMBUNGAN SANAD YANG DITELITI

a.         Lambang-lambang metode periwayatan
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa sanad hadis selain memuat nama-nama periwayat, juga memuat lambang-lambang atau lafal-lafal yang memberi petunjuk tentang metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan.
      Lambang-lambang atau kata-kata yang penggunaanya disepakati, misalnya sami’na, haddasana, nawalana.
Kedua lambang yang disebutkan pertama disepakati penggunaannya untuk periwayatan dengan metode as-sama’ (arti harfiahnya : pendengaran),
Sebagai metode yang menurut jumhur ulama hadis yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi.
b.        Hubungan periwayatan dengan metode periwayatannya
Secara mudah , keadaan periwayat dapat dibagi kepada yang siqah dan yang tidak siqah. Dalam menyampaikan riwayat, periwayat yang siqah memiliki tingkat  akurasi yang tinggi dan karenanya dapat dipercaya riwayatannya.
      Dalam hubungannya dengan  persambungan sanad, kualitas periwayat sangat menentukan. Periwayat tidak siqah yang menyatakan telah menerima riwayat dengan metode sami’na, misalnya walaupun metode itu diakui ulama hadis  memiliki tingkat akurasi yang tinggi, tetapi karena yang menyatakan lambang itu adalah orang yang tidak siqah, maka informasi yang dikemukakannya itu tetap tidak percaya. Sebaliknya, apabila yang menyatakan sami’na adalah orang siqah, maka informasinya dapat dipercaya. Selain itu, ada periwayat yang dinilai siqah oleh ulama ahli kritis hadis, namun dengan syarat bila dia menggunakan  lambang periwayatan haddasana atu sami’tu, sanadnya bersambung, tetapi bila menggunakan  selain kedua lambang tersebut, sanadnya dapat tadlis( penyembunyiannya cacat ).
c.        Menyimpulkan  hasil penelitian sanad
   Kegiatan berikutnya dalam penelitian sanad hadis ialah mengemukakan kesimpulan hasil penelitian. Kegiatan menyimpulkan itu merupakan kegiatan akhir bagi kegiatan penelitian sanad hadis.

·          Natijah Dan Argumen
Hasil penelitian  yang dikemukakan harus berisi natijah. Dalam mengemukakan natijah harus disertai argumen-argumen yang jelas.
Semua argumen dapat dikemukakan sebelum ataupun sesudah rumusan natijah dikemukakan.
Isi natijah  untuk hadis yang dilihat dari segi jumlah periwayatnya mungkin berupa pernyataan bahwa hadis yang bersangkutan berkualitas sahih, atau hasan,atau daif sesuai dengan apa yang telah diteliti.





·         Beberapa Contoh Penelitian Sanad Hadis
     Contoh kesatu
a.       Meneliti sanad  hadis tentang mengatasi kemungkaran

-          Langkah Pertama, Melakukan kegiatan Takhrijul Hadis.
-          Langkah kedua, Melakukan kegiatan Al-i’tibar.
-          Langkah ketiga, Melakukan penelitian sanad.

b.      Meneliti kulitas periwayat dan persambungan sanad

Dalam kegiatan ini, penelitian dapat dimulai pada periwayat pertama ataupun periwayat terakhir(al-mukharrij).

c.       Meneliti kemungkinan adanya Syuzuz dan illah

   Apabila seluruh sanad diperhatikan (lima skema ketiga), maka tampak jelas bahwa seluruh sanad ahmad yang berjumlah lima buah merupakan sanad-sanad yang lebih pendek dari pada mukharrij lain.

-          Langkah ke empat, Mengambil natijah hadis
Hadis yang  diteliti memiliki banyak sanad. Walaupun demikian , hadis tersebut bukanlah hadis mutawatir, melainkan hadis ahad.
Melihat jumlah periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad , hadis tersebut pada periwayat tingkat pertama berstatus garib dan mulai pada periwayat tingkat keempat dan seterusnya berstatus masyhur.


         Contoh kedua
Meneliti sanad hadis tentang “ Kegiatan ijtihad yang dilakukan setelah tiadanya petunjuk langsung dari alquran damn sunnah Nabi ”.

·          Langkah pertama, Melakukan Takhrijul Hadis.
Hadis yang diteliti itu adalah  hadis yang berisi dialog antara Nabi dan Mu’az bin jabal tatkala Mu’az diutus ke Yaman.
Hadis tersebut telah dikutip oleh banyak ulama di berbagai kitab tatkala mereka menerangkan urut-urutan sumber hukum islam.

·          Langkah kedua, Melakukan I’tibar.
Sebelum dikemukakan  skema sanadnya, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan terlebih dahulu.
Dengan demikian , skema akan lebih mudah disusun dan dipahami.

·          Langkah ketiga, Meneliti Sanad.
Dengan melihat skema sanad pada skema ke empat, maka dapatlah diketahui bahwa sanad Abu Daud dan salah satu Ahmad bin Hanbal, yakni yang melewati waki’,  dalam keadan terputus pada periwayat tingkat pertama.
·          Langkah keempat, Mengambil Natijah.

Seluruh sanad untuk hadis yang diteliti ternyata mengandung kelemahan.








PENELITIAN MATAN

Berangkat dari berbagau penjelasan ulama ahli hadis melalui kitab-kitab yang telah disinggung diatas, tulisan ini mencoba mengajukan langkag-langkah metodologis kegiatan penelitian matan hadis, yakni:
·          Pertama: Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya.
·          Kedua: Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna.
·          Ketiga : Meneliti kandungan matan.


MENELITI MATAN DENGAN MELIHAT KUALITAS SANADNYA

1.    Meneliti matan sesudah meneliti sanad
 Dilihat dari segi obyek penelitian, matan dan sanad hadis memiliki  kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan status kehujahan hadis.
·          Setiap Matan  Harus Bersanad.

2.    Kualitas matan tidak selalu sejalan dengan kualitas sanadnya

Pada pembahasan terdahulu telah dikemukakan bahwa kualitas sanad dan matan suatu hadis cukup bervariasi.
 Diantaranya ada suatu hadis yang sanadnya sahih, tetapi matan nya daif, atau sebaliknya.
·          Hadis yang sanadnya sahih, tetapi matan nya daif

3.          Kaidah kesahihan matan sebagai acuan

Pada pembahasan terdahulu telah dikemukakan bahwa unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang berkualitas sahih ada dua macam, yakni terhindar dari syuzuz dan terhindar dari ‘illah.

Menurut jumhur ulama hadis, tanda-tanda matan hadis yang palsu itu ialah :
1.           Susunan bahasanya rancu.
2.           Kandungan pernyataannya bertentangan dengan akal yang sehat.
3.           Kandungannya pernyataannya bertentangan dengan tujuan pokok ajaran islam.
4.           Kandungannya pernyataanya bertentangan dengan sunnatullah (hukum islam).
5.           Kandungannya pernyataanya bertentangan dengan fakta sejarah.
Fakto-faktor yang menonjol sebagai penyebab sulitnya penelitian matan ialah :
1.             Adanya periwayatan secara makna.
2.             Acuan yang digunakan sebagai pendekatan tidak satu macam saja.
3.             Latar belakang timbulnya petunjuk hadis tidak selalu mudah dapat diketahui.
MENELITI KANDUNGAN MATAN

1.      Menbandingkan kandungan matan yang sejalan atau tidak bertentangan
Setelah susunan lafal diteliti, maka langkah berikutnya adalah meneliti kandungan matan, perlu diperhatikan matan-matan dan dalil-dalil lain yang mempunyai topik masalah yang sama.
2.      Membandingkan kandungan matan yang tidak sejalan atau tampak bertentangan.



MENYIMPULKAN HASIL PENELITIAN MATAN

Natijah Dan Argumen
Setelah langkah-langkah yang telah dikemukakan di atas selesai dilakukan , maka langkah terakhir yang dilakukan oleh peneliti adalah menyimpulkan hasil penelitian matan.

BEBERAPA CONTOH PENELITIAN MATAN HADIS

·         Meneliti matan hadis yang kandungannya tampak bertentangan dengan matan hadis yang lain
·         Meneliti matan hadis yang sanadnya sahih, tetapi matan nya daif
·         Hadis riwayat al-bukhari dan muslim yang matan nya dinilai daif, tetapi penilaian itu masih perlu dipersoalkan validitasnya




















No comments:

Post a Comment